Wrong Time

Chap 3

Hari demi hari terus terulang, seperti biasa Naoya membangunkan Megumi untuk menjalani kesehariannya.

"Megumi."

.....

"Megumii."

.....

"Megumi?"

.....

"MEGUMII."

Biasanya dua kali panggilan Megumi sudah bangun, tetapi hari ini, Naoya sudah membangunkan 4 kali, dan tidak melihat Megumi menggerakkan badannya.

Naoya di landa panik, tangannya mulai memegang pipi Megumi untuk menepoknya pelan.

Tetapi justru yang ia rasakan adalah, panas menyentuhnya, badan Megumi panas.

Padahal tadi pagi, Megumi biasa biasa saja, tapi memang pagi ini ia tidak ingin ke taman, memilih tidur kembali.

Naoya menghela nafas, setidaknya bukan mati kan?

Sepertinya Naoya akan mengurungkan niatnya untuk membangunkan Megumi, ia mulai ke dapur untuk menyiapkan makan siang.

Selesai menyiapkan Naoya membangunkan Megumi kembali.

"Megumi.... " Naoya sedikit mengoyang goyangkan badan Megumi.

Akhirnya yang di tunggu tunggu pun bergerak, Megumi mengucek ucek matanya. Perih.

"Naoya, sekarang jam berapa?"

"Jam 2."

"Ha? Aku harus ke Yuuji."

"Kenapa aku nggak di bangunin??" Lanjut Megumi.

"Badanmu panas Gumi."

"Gapapa bangunin aja."

"Udah kubuat makan siang, ayo makan."

Naoya membantu Megumi duduk, baru juga duduk, Megumi seperti akan jatuh tidur lagi, ia memegang kepalanya, pusing.

"Pusing? Istirahat disini dulu aja ya."

"Ke Yuujinya bisa saat kamu sudah sembuh." Lanjut Naoya.

"Nggak mau, Yuuji pasti sedang menungguku disana."

"Duduk aja kamu udah pusing Gumi, bisa lain kali kesananya."

"Nggak mau."

"Duduk aja, kamu pusing Gumi."

"Naoya udah ku bilang jangan panggil Gumi, udah berapa kali aku ingetin."

'ah lupa.'

Naoya hanya menggaruk tengkuknya.

"Udah ya jangan kesana dulu Megumi."

"Nggak mau Naoya..., Aku harus kesana."

"Tapi kalau kesana terus kamu pingsan gimana?"

"Udahlah, turutin aja napa si, disini kamu tuh sebagai pelayan yang di bayar, bukan sepupu."

'huft...'

"Oke oke, mau makan apa mandi dulu."

"Makan."

•••

Sesampainya di rumah sakit.

"Yuuji, aku sampai."

Naoya mengarahkan Megumi ke tempat kasur itu berada, seperti biasa juga, Yuuji masih menutup matanya.