Banyak siswa yang menantikan datangnya musim semi dengan penuh antusiasme. Setelah melewati musim dingin yang suram, mereka sangat bersemangat untuk menyambut udara segar yang dibawa oleh musim semi.
Langit cerah dengan warna biru muda yang menyejukkan, dipadukan dengan gumpalan awan putih yang memberikan sentuhan keindahan. Pemandangan di sekitar sekolah semakin memukau dengan bunga sakura yang bermekaran dengan gemerlap warna merah muda. Semua ini menciptakan suasana yang benar-benar mempesona dan membangkitkan semangat di hati setiap siswa.
Dari depan gerbang sekolah, terlihat beberapa siswa sedang berjalan bersama menuju gerbang sambil bersenda gurau. Mereka terlihat begitu bahagia, tertawa riang dan mengobrol dengan antusias. Seolah-olah tak ada beban di pundak mereka, dan semangat mereka terpancar jelas dari wajah yang tersenyum lebar.
Sugawara tersenyum lembut sambil menadahkan tangannya untuk menangkap kelopak bunga sakura yang turun perlahan. Rambut putihnya terombang-ambing oleh hembusan angin sembari matanya yang berwarna coklat memandang ke arah dua juniornya, Kageyama dan Hinata, yang tengah terlibat dalam pertengkaran sengit.
"Kenapa kamu selalu seperti ini, Kageyama? Kamu selalu merasa lebih hebat dan menilai rendah kemampuan orang lain."
"Aku tidak merasa lebih hebat dari kamu, Hinata. Tapi aku selalu mengkritikmu karena aku ingin kamu jadi lebih baik."
"Tapi cara kamu mengkritik aku terasa menyakitkan, Kageyama! Aku juga ingin jadi lebih baik, tapi aku butuh bantuanmu, bukan kritik."
Kageyama menunjuk ke arah Hinata. "Sudah berkali-kali aku memberimu kritik, Hinata. Tapi bukan karena aku meragukan kemampuanmu. Aku tahu kamu bisa lebih baik dari ini, dan setiap kesalahan yang kamu buat sangat mempengaruhi performa tim."
"Aku tahu aku punya kelemahan, tapi aku sedang berusaha untuk memperbaikinya, Kageyama. Kamu tidak bisa selalu mengkritik aku tanpa memberi bantuan! "
Sugawara yang saat itu mendengar pertengkaran mereka langsung berjalan tuk memisahkan. "Hei, hei, apa yang terjadi di sini?" tanyanya.
Sadar akan kehadirannya, Kageyama dan Hinata saling memandang, lalu memalingkan muka mereka.
"Kageyama selalu mengkritikku tanpa henti dan tidak pernah membantuku. Aku merasa dia tidak menghargai usaha yang aku lakukan." Sindir lelaki berambut oranye itu.
Kageyama langsung menampik, "Itu tidak benar, aku selalu membantumu, Hinata. Aku hanya mengkritikmu karena aku ingin kamu jadi lebih baik."
Sugawara menghela napas, "Baiklah, baiklah. Kami semua tahu bahwa kalian berdua ingin menjadi pemain yang lebih baik. Tapi kalian harus ingat bahwa voli adalah olahraga tim. Kalian butuh saling mendukung dan saling menghargai dalam tim ini."
Kageyama menundukkan kepalanya sehingga rambutnya menutupi matanya dan membuatnya terlihat sedikit murung. "Aku tahu, Sugawara-Senpai. Aku mungkin terlalu keras terhadap Hinata," Kageyama mendongak dan mengukir senyum di wajahnya, "aku akan berusaha untuk lebih menghargai usahanya dan memberinya bantuan jika dia membutuhkannya."
Hinata tersenyum cerah, "Terima kasih, Sugawara-Senpai. Aku juga akan berusaha untuk mendengarkan kritiknya dan tidak merasa tersinggung."
Sugawara tersenyum lega melihat mereka berdua berdamai dan berjanji untuk bekerja sama lagi. "Bagus, kalian berdua sudah mulai memahami arti kerjasama dalam tim ini. Sekarang, ayo kembali berlatih dan bermain dengan semangat!" ujarnya.
***
Sugawara melangkah pelan di sepanjang koridor sekolah, sibuk dalam pemikirannya. Hari itu, dia sedang memikirkan pertandingan bola voli yang akan datang dan bagaimana dia dapat memimpin timnya untuk meraih kemenangan. Namun, tiba-tiba, lengannya tersentuh, dan saat dia menoleh, tatapannya langsung bertemu dengan mata perempuan yang selama ini diam-diam dia taksir.
Dari kejauhan, Sugawara terus memperhatikanmu. Ia mengamati setiap gerakanmu saat kamu berjalan melewatinya untuk menuju ke kelasmu. Rambut hitam legam yang terurai indah dan halus membuatmu terlihat anggun, ditambah senyum manis yang selalu terlukis di bibirmu.
Dia ingin sekali mengucapkan sesuatu, namun detak jantungnya semakin cepat dan kata-kata terasa macet di tenggorokannya. Tatapannya tulus dan penuh harap saat ia melihatmu. Kamu menolehkan kepala dan tersenyum. Senyuman lembut di bibirmu membuatnya terdiam sejenak, kedua pipinya memanas.
Dengan hati yang berdebar kencang, Sugawara melangkah perlahan menuju kelasnya. Dia tahu bahwa ia tidak bisa terus bersembunyi di balik perasaannya dan harus menemukan cara untuk mengungkapkan perasaannya padamu
Sugawara mulai memperhatikan hal-hal kecil tentangmu yang mungkin tidak pernah ia sadari sebelumnya. Ia mengetahui bahwa kamu sangat menyukai jus apel dan selalu membelinya setiap kali kalian bertemu di kantin sekolah. Tanpa ragu, Sugawara memutuskan untuk membeli jus apel tersebut ketika ia mengantri di belakangmu.
Selain itu, ketertarikanmu terhadap buku semakin membuat Sugawara terpesona denganmu. Ia mulai mencari tahu tentang buku-buku yang kamu sukai, dan berusaha memahami apa yang membuatmu tertarik dengan buku-buku tersebut.
***
Sekitar seminggu sebelum ujian, Sugawara hendak belajar di perpustakaan. Ia mengedarkan pandangan, matanya menangkap sosok perempuan yang disukainya tengah belajar di salah satu bangku perpustakaan.
Diam-diam Sugawara mengulum senyum, dia menarik kursi di sampingmu. Kamu menoleh, penasaran dengan presensi seseorang yang duduk di sampingmu. Tak sengaja dua manik berwarna senada itu bertemu, kamu dengan cepat memalingkan pandangan karena merasa tidak nyaman bersitatap dengan seorang lelaki.
Sugawara tersenyum lembut, mengucapkan salam kepada sosok perempuan yang sedang belajar di sebelahnya. "Hai, apa yang sedang kamu pelajari?" tanyanya.
Kamu terdiam sesaat, sebelum memasang senyum ramahmu kepada Sugawara. "Hai, aku sedang mempelajari Ilmu Sosial untuk ujian besok, tapi ada beberapa konsep yang masih sulit untuk dipahami." jawabmu.
"Oh, aku juga sedang belajar topik yang sama. Apa kamu butuh bantuan?"
Matamu berbinar cerah mendengarnya, "Benarkah? Tentu saja aku butuh bantuan. Terima kasih banyak."
Sugawara terkekeh, "Tidak perlu berterima kasih, mari kita cari tahu bersama-sama."
Mereka kemudian bekerja sama untuk mempelajari materi yang sulit. Sugawara membantumu dengan menjelaskan konsep-konsep yang sulit dipahami dan memberikan beberapa tips tentang cara mempelajari ilmu sosial secara lebih efektif.
***
Sugawara akhirnya sampai di rumah pukul tujuh malam. Setelah mandi dan makan malam, dia menyalakan lampu belajar dan langsung memulai mengerjakan tugas sekolahnya. Dengan tekun, dia bekerja tanpa henti hingga seluruh pekerjaan rumahnya rampung hanya dalam waktu dua jam saja.
Setelah menutup buku, Sugawara merilekskan tubuhnya dengan menyilangkan kedua tangannya di belakang kepala sambil bersandar. Dia tidak bisa menahan senyumnya saat teringat momen ketika ia belajar di perpustakaan tadi.
"Akhirnya aku bisa mendekatimu, [Nama Kamu]-San. Biarlah waktu yang menentukan, cepat atau lambat, kamu akan segera menjadi milikku, [Nama Kamu]-San." gumam Sugawara dengan perasaan bahagia.
To Be Continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Oleander 「Haikyuu」
FanfictionOleander: Romantisme Berbahaya Siapa yang tidak mengenal Koushi Sugawara? Setiap orang mengenalnya sebagai sosok senior kelas tiga yang terkenal dengan sifat pengemongnya, plus, kedudukannya sebagai setter dan wakil kapten di tim voli laki-laki Kara...