Musik menggema di dance floor. Disc jockey yang didatangkan Annika--- soon to be bride--- dari London itu memang mampu menggoyang VIP room Drachaena--- sebuah night club eksklusif yang berada di pulau Bintan--- tempat Annika Priyandhanira Suseno--- mengadakan pesta lajang malam itu.
Tentu saja gadis 24 tahun itu mengundang para sahabat terdekatnya. Dayana adalah salah satu di antaranya. Dalam balutan bustier warna hitam yang dipadukan dengan celana pendek berwarna senada dan mempertontonkan paha mulusnya yang putih dan belahan dada yang menantang mata, gadis itu cekikikan sembari menggoda seorang pria jangkung berkulit gelap mirip pria- pria latin dalam video klip Britney Spears.
Nggak ketinggalan Gianna Fransisca Joseph, serta Olivia Hardjoeroekmoeno--- sahabat mereka yang lainnya yang bergoyang heboh di dance floor tengah ruangan khusus itu. Tak ada siapapun di ruangan yang sengaja dipesan khusus oleh Annika untuk merayakan pesta lajangnya--- kecuali Sang Disk Jockey, bartender, dan empat pria seksi yang didapuk menjadi pramusaji khusus untuk para gadis malam itu.
Keempat gadis itu sudah berencana menghabiskan pekan ini di pulau Bintan dan kemudian sisanya akan terbang ke Sentosa, sebelum Minggu depan Annika harus duduk di pelaminan di ballroom Shangri- La hotel sebagai pengantin dari Wishnu Ardhana---VVP sebuah bank swasta internasional.
Keempat gadis yang kalau sudah berkumpul itu pasti bikin heboh, kini sedang bergoyang mengikuti hentakan musik yang dimainkan sang disc jockey. Mulanya mereka berteriak, berseru, bersulang, cekikikan heboh. Bercerita dengan suara yang bisa membangunkan orang mati tentang banyak hal dan melantur--- sebelum dua orang membuka paksa VIP room yang sudah didekor sesuai dengan keinginan Annika yaitu pub seperti di pedesaan Inggris.
Keempat gadis itu awalnya tak peduli dengan pintu ruangan yang tiba- tiba saja menjeblak terbuka, bahkan Gia mulai menaiki meja bar, sementara Paul--- bartender berkepala plontos yang malam ini khusus melayani para gadis kaya raya itu meracik minuman--- hanya mengangkat sudut- sudut bibirnya, pada lima pendatang baru.
Dua pria pertama yang masuk mengenakan polo shirt hitam dengan logo monster wanita dalam mitologi Yunani tampaknya adalah pegawai kelab malam itu. Dua berikutnya adalah pria biasa dalam balutan kaus dan celana jin hitam, satu lagi mengenakan kemeja abu berlengan pendek dan celana chino warna hitam menampakkan raut muka jengkel. Bibirnya yang kecokelatan menipis, matanya yang hitam mirip kelereng itu menatap tajam ke arah gadis yang mengenakan bustier hitam bling- bling yang pahanya diobral ke mana- mana--- termasuk ke arah disc jockey yang tidak keberatan menerima pemandangan tersebut sambil asyik bergoyang di booth, empat pria jangkung berkulit gelap dan bertubuh atletis mondar- mandir hanya dalam balutan kaus singlet putih dan celana jin biru. Agaknya mereka bukanlah warga lokal---dilihat dari matanya yang sewarna hazel--- perpaduan antara cokelat dan hijau--- serta rambut ikal yang amat khas dimiliki pria Italia.
Pria yang mengenakan celana chino itu mendekati si gadis yang makin menggila di tengah lantai dansa pribadi dalam VIP room tersebut. "Selamat malam," katanya dengan intonasi kaku ala aparat penegak hukum. Pria ini memang sehari- harinya jarang berinteraksi dengan banyak orang. Apalagi seorang perempuan yang masih muda.
Menurut kabar yang beredar, gadis yang tengah menatapnya dengan sorot ingin tahu itu belum genap seperempat abad usianya. Tapi sudah sering membuat ulah. Dan kali ini, ulahnya itu membuatnya jengkel karena melibatkan dirinya.
Seharusnya lelaki itu sedang berada di rumahnya di Cilegon. Bersantai di teras belakang sambil makan uli bakar dan minum kopi. Bukan meringkus seorang gadis bandel yang menjengkelkan.
"Woy! Siapa nih yang panggil polisi ke sini!?" gadis itu berseru entah pada siapa. Pandangan matanya tidak fokus, meskipun tatapannya terarah pada sosok jantan di hadapannya. Tentu saja dengan gestur centil menggoda, sambil menggulung sejumput rambutnya dengan jemari berkuteks merah darah dengan gerakan seduktif.
"Well, hello..." si Gadis mengulurkan tangannya yang sehalus dan seputih pualam itu.
Mata Sang Pria lekat menatap tangan yang terulur ke arahnya itu. "Dayana. Bisa dipanggil Day, atau Daya. Kamu pasti punya nama kan?" gadis itu menaikkan sebelah alisnya--- ketika Sang Pria tak kunjung menyambut uluran tangannya.
Kemudian alisnya yang rapi dan melengkung indah itu mengerut tak suka. Kedua bahunya yang ramping terangkat acuh tak acuh, sebelum dia berbalik hendak turun dari atas sofa yang tadi dinaikinya dengan tujuan ingin memamerkan atraksi striptease atau apa, namun karena mabuk, gadis itu pasti sudah jatuh terjengkang--- jika saja sepasang lengan kokoh tidak segera memerangkapnya. "Kamu sebaiknya pulang. Acara bersenang- senangnya sudah selesai!"
"Siapa sih lo?!"
"Hmmm,"
"Hmmmm?"
"Turunin gue! Lancang banget lo nyentuh- nyentuh gue! Lo nggak tahu siapa bokap gue?!" bentak Dayana keras.
Pria itu hanya menaikkan sebelah alisnya tak peduli. Yang jelas malam ini misi merepotkan ini sudah selesai.
"Turunin gue, atau ..."
"Atau?"
"Hooeeeekkkkk!"
****
YOU ARE READING
Princess Marriage
RomanceSikap Dayana Hazelle Aldrich dinilai sudah keterlaluan. Berpesta pora dan tertangkap sedang berciuman dengan seorang lelaki di sebuah night club mencoreng arang di kening Mami dan daddynya. Atas kesepakatan kedua orangtuanya dan kakak- kakaknya, Ja...