Five

1.2K 150 15
                                    

"Sebenarnya, hubungan kita ini apa sih, Kang?"

Ditanya seperti itu, Eka serta- merta menoleh ke arah Naya. Siang itu berlalu seperti biasanya. Eka tidak keluar kantor dan berniat untuk menelepon warung nasi depan pabriknya untuk memesan makan siang.

Namun belum sempat niat itu terlaksana, Naya sudah muncul dengan rantang empat susunnya ditambah dengan kontainer boks ukuran kecil berisi aneka buah potong. Handry sudah ribut dan berkoar-koar tentang calon istri idaman. Ia belum tahu bahwa Eka ditawari menikah dengan putri sematawayangnya James. Lelaki itu memang sengaja tidak mau gembar-gembor ke banyak orang. Hanya Sancaka yang tahu perihal tawaran James tersebut. Eka tahu siapa yang harus dipercayainya.

"Kita udah deket begini selama tiga tahun." Keluh wanita itu. "Dan tetap nggak ada perubahan. Aku kan tahun ini sudah 32 tahun, Kang. Akang sendiri sudah 38 tahun."

Eka semakin bingung dengan pertanyaan tersebut. Dia merasa bahwa hubungannya dengan Naya selama ini baik-baik saja. Baik-baik saja karena memang mereka berdua hanya sebatas teman. Setidaknya itu yang Eka rasakan. Rupanya wanita itu salah memahami keakraban dari Eka.

Tapi Eka memang bisa dibilang kurang peka juga. Hari begini, mana ada lelaki dan perempuan hanya sekedar berteman? Tentu saja ada salah satu pihak yang akan berharap lebih pada hubungan tersebut. Dan di sini tentu saja bukan Eka orangnya.

Meski sudah bertahun-tahun gersang dari hubungan asmara, Eka jelas bukan tipikal lelaki yang akan menyambar perempuan mana saja yang lewat di depan hidungnya. Dia sendiri punya tiga adik perempuan. Yang dua sudah menikah. Sementara yang bungsu masih menyelesaikan studi pascasarjananya di Bandung.

Eka jelas tidak ingin bila adiknya itu dipermainkan oleh lelaki iseng. Makanya, ia juga menahan diri agar jangan jadi lelaki iseng.

"Maaf, tapi maksud kamu apa, Nay?"

Naya menganga mendengarkan pertanyaan yang dilontarkan dengan nada dan gaya yang polos dari seorang lelaki dewasa seperti Eka. "Kang ... Akang ..." Ia gelagapan. "Akang... selama ini menganggap saya sebagai apa?"

"Kita ... teman kan?"

Naya seketika bangkit dari tempat duduknya di sebuah bangku panjang di lorong menuju ke bagian dalam pabrik dekat ruangan kantor yang dihuni Eka, Handry dan Sancaka.

Wanita itu segera bergegas berjalan ke luar dari area pabrik. Sementara Eka tetap bengong duduk di bangku tersebut tanpa ada niatan untuk mengejar wanita yang sedang marah itu.

Eka sebenarnya bukan tidak tahu bahwa Naya mempunyai perasaan lebih padanya. Hanya saja, lelaki itu memang sengaja menjaga jarak agar hubungan mereka tetap berada di koridor yang aman dan tepat.

Dia menyukai Naya sebagai seorang teman. Bukan seperti seorang lelaki yang menyukai lawan jenisnya.

Rantang susun dan kontainer masih teronggok di atas bangku. Eka termangu- mangu sesaat sebelum membereskan semuanya dan berniat untuk membawanya masuk ke dalam ruangan miliknya sebelum terjadi kehebohan.

Seluruh penghuni pabrik paku itu sudah sering menyindir- nyindir tentang hubungannya dengan Naya. Ada yang mendukung. Ada yang tidak.

Namun, baru saja ia berdiri di depan daun pintu ruangannya, hendak membuka benda itu dan masuk, seorang gadis dalam balutan jumpsuit warna biru muda yang hanya menutupi sebagian pahanya itu melangkah penuh percaya diri ke arahnya.

Eka memicingkan mata sejenak. Sosok itu hadir dengan rambut yang diekor kuda tinggi dan rapi. Dan riasan yang tidak mencolok. Harus Eka akui, putri James memang sangat cantik dan menggoda. Anggun serta mahal.

Eka tidak bisa memalingkan wajah dan lupa dengan apa yang hendak dia lakukan, ketika gadis itu semakin mendekat ke arahnya dan kini berdiri tegak dengan kaki jenjang berbalut sandal gladiator warna putih. "Bisa bicara sebentar?"

Princess MarriageWhere stories live. Discover now