"Aku sudah bilang supaya Om membatalkan rencana pernikahan itu." Daya menggeram ke arah Eka yang hanya mengamati ke mana pun gadis itu melangkah.
Siang itu, Daya kembali mengunjungi pabrik tempat Eka berkantor. Dalam balutan gaun tanpa lengan warna pastel, semua orang pasti akan sepakat menyetujui bahwa Daya sangat cantik. Terutama saat sedang marah seperti ini.
"Kalau kamu berani, seharusnya kamu yang menolak pernikahan itu. James ayahmu. Kita cuma dijodohkan. Aku bukan dengan sukarela untuk datang melamarmu!" ujar Eka acuh tak acuh.
James memang tidak pernah memaksa tentang menikahi anak gadisnya yang manja itu. Lelaki itu hanya menawarkan pada Eka. Dengan iming-iming lelaki itu bisa memiliki lima belas persen saham dari total enam puluh lima persen milik James.
Siapa yang tidak tergiur? Bodoh kalau Eka tidak menyambar tawaran itu. Menikahi anak manja ini juga bukan perkara gampang, karena Eka sudah lama hidup selibat.
"James seharusnya akan mengikuti apa pun kemauan putri tercintanya." Lelaki itu mendesah. Dia menampilkan ekspresi seolah- olah di sini dialah yang paling dirugikan dari perjodohan tersebut. "Sementara aku hanya orang lain."
Daya yang kini berada di samping jendela ruangan Eka. Tangannya dilipat di depan dada, sementara matanya mendelik ke arah Eka yang tampaknya santai-santai saja. Maksudnya, menurut Dayana, lelaki berusia kepala empat itu seharusnya menolak lebih keras keinginan ayah Daya. Bukan menyetujuinya begitu saja.
Mata Daya memicing tajam. "Atau sebenarnya kamu memang sengaja menginginkan pernikahan ini?"
Tepat pada saat yang bersamaan, terdengar suara pintu diketuk. Suara salah satu resepsionis di kantor itu terdengar agak ragu, menyampaikan keberadaan Naya di luar.
"Siapa Naya?" tanya Daya menyelidik. Kali ini dia memutar badan dan sepenuhnya menghadap ke arah Eka yang masih bertahta di balik meja kayu jati kebesarannya. Lelaki itu hanya mengangkat sebelah alisnya.
"Bukan siapa-siapa."
"Pacar kamu?"
Eka bangkit dan merapikan kemeja birunya yang kusut di sana-sini. Mereka tidak melakukan apa pun di ruangan itu, bahkan sebelum Daya tiba di tempat ini, pakaian Eka sudah tak karuan begitu, membuat Daya yang seorang fashionista sejati mengeluh sakit matanya melihat cara lelaki itu berpakaian.
Semua kemejanya seolah-olah kebesaran. Tidak bermerek. Tidak disetrika dengan baik. Warnanya tidak sesuai dengan kulit Eka yang kuning cenderung kecokelatan. "Kalau kamu menginginkan pernikahan ini batal, seharusnya kamu tidak usah pedulikan siapa yang menemuiku." Senyum asimetris itu sangat mengganggu benak Daya.
Sebentar kemudian terdengar bunyi pintu handle pintu yang berusaha dibuka dari luar. Kemudian terdengar suara ketukan dan disusul dengan gedoran tidak sabar. Suara seorang perempuan yang terdengar gusar kemudian terdengar memanggil-manggil nama Eka.
Daya yang masih berdiri di dekat pintu itu akhirnya mundur. Sementara Eka melewatinya begitu saja. Pintu terkuak. Seorang wanita berpostur sedang dengan rambut diikat ekor kuda dan mengenakan blus warna hijau daun serta celana pensil berbahan kain, menyerobot masuk. Tanpa menoleh dan tidak menyadari keberadaan Daya di dalam, wanita itu langsung menangis di pelukan Eka.
"Kang, cepat nikahin aku..." Kemudian terdengar bunyi sesunggukan. Rupanya wanita itu menangis di dada Eka. "Bapak mau jodohin aku sama anak temannya. Tolongin aku Kang. Datang ke rumah dan bilang kalau Akang serius denganku. Pasti bapak akan membatalkan perjodohan itu!"
Eka merentangkan kedua tangannya dengan rikuh. Ia tidak pernah memeluk atau dipeluk oleh perempuan sejak lama. Daya sendiri mengamati pemandangan itu dengan takjub. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Saat itu, belum tumbuh cinta di hatinya untuk sang calon suami. Tapi melihat lelaki berkumis tipis itu dipeluk tiba-tiba oleh seorang wanita yang tidak dikenalinya, tak urung membuat Daya panas juga.
YOU ARE READING
Princess Marriage
RomanceSikap Dayana Hazelle Aldrich dinilai sudah keterlaluan. Berpesta pora dan tertangkap sedang berciuman dengan seorang lelaki di sebuah night club mencoreng arang di kening Mami dan daddynya. Atas kesepakatan kedua orangtuanya dan kakak- kakaknya, Ja...