Eight

802 122 16
                                    

Setelah hiruk pikuk pesta pernikahan itu selesai, mau tak mau Dayana harus menghadapi kenyataan bahwa ia kini bukanlah miliknya sendiri. Ia milik seorang lelaki yang tidak ia kenali.

Salah satu petugas dari Wedding Organizer membantunya untuk melepaskan pakaian pengantin. Ia memang hanya mengenakan kebaya kontemporer yang bagian dalamnya ditahan supaya tubuhnya tetap tegak. Petugas itu membantunya untuk melepaskan kancing-kancing kebaya yang terletak di punggungnya.

"Mau dibantu lepas korsetnya juga, Mbak Daya?"

"Nggak usah, Mbak. Makasih." Gumam wanita itu. Agak sedikit murung. Di acara pernikahannya tadi, Olivia, Gianna, dan Annika muncul. Mata mereka menyorotkan rasa prihatin lantaran Dayana harus bersanding di pelaminan yang megah dan mewah sebelum pergi ke Buffalo seperti cita- citanya semula. Sekarang dia malah menikahi lelaki hasil perjodohan Daddy.

"He's not ugly, anyway . But very, very, hot! Like a hell!" bisik Gianna sewaktu menyalami Daya di pelaminan. Gianna datang dari Singapura bersama sepupunya yang adalah gebetan Daya dulu, Fabrizio Hansel yang tampak amat menawan dalam balutan tuksedo.

"Hai," Zio menyapa dengan senyum menawan. "Gue jadi kehilangan partner senang-senang nih." Senyum asimetris yang digilai banyak perempuan itu tersungging. "Gue harap lo bahagia." Ucapnya. Sementara di samping Daya, Eka sudah mendelikkan matanya. Belum satu hari mereka menikah, tapi sudah ada yang main mata dengan istrinya.

"Tapi seandainya lo nggak bahagia dengan pernikahan ini, lo masih ingat dong ... sama nomor telepon gue?"

Dayana tersenyum simpul. "Apaan sih lo?!" Olivia yang berada di samping Zio langsung menggaplok pundak lelaki itu. "Baru juga nikah udah lo prospek aja!"

"Gue enggak prospek. Gue nawarin penghiburan."

"Lo tawarin ke yang lain aja! Nggak pake ngardus di sini!" geram Olivia. Dari keempat sahabatnya, memang Pia yang paling benar orangnya. "Sorry ya, Om ... euumhh... maksudnya, Mas. Teman aku ini memang suka sembarangan. " Pia tersenyum canggung pada Eka. Yang dibalas lelaki itu dengan half smile yang membuat Eka mirip tokoh-tokoh mafia dalam film-film. Amat membahayakan.

"Lo yang bener ya, jadi istri. Gue nggak sangka lo yang bakalan kawin duluan. Mudah-mudahan, setelah dipaksa dengan kejam lanjut spesialis, gue nggak lantas dijodohin deh."

Dayana manyun.

"Gue bercanda. "

"Lo dateng sama siapa?"

"Mas Barga." Ujar gadis itu bangga. "Daripada nganggur gue seret aja ke sini. Biar nggak kebanyakan galau deh. Heran gue, orang sesibuk dia masih sempat- sempatnya galau. Gue ini yang masih pantes buat galau. Lo mah enak udah ada gandengan tuh."

Dayana melirik Eka  sejenak dengan ekor matanya. Lelaki itu sama sekali tidak  bereaksi. Datar kayak tembok. Atau televisi plasma? Entahlah. Rasanya Kay mau kabur aja ke Monaco kek atau ke manalah asal tidak di samping manusia ini.

"Ya udah ya. Itu Annika datang sama ... what? Kok bukan sama Rod?" alis Pia serta merta menukik tajam. "Udah deh. Biarin dia datang sama siapa aja! Lo buruan turun. Gue pegel. Mau istirahat. Korsetnya bikin punggung gue kaku. " Gumam Dayana cepat.

Yang membuat Eka serta merta menoleh ke arahnya.

Pia kemudian memeluk Dayana sekali lagi. Lalu turun dengan mimik wajah sedih, haru, bercampur bahagia. Karena akhirnya Dayana taken juga. Pia berharap supaya sahabatnya itu tidak pecicilan lagi.

***

Dayana duduk di atas penutup kloset. Petugas dari Wedding Organizer yang disewa untuk mengatur pernikahannya itu sudah membawa kebayanya untuk di dry clean. Sementara kini dirinya hanya mengenakan gaun tidur satin tanpa bra. Hanya celana dalam.

Princess MarriageWhere stories live. Discover now