Prolog

368 37 43
                                    

Ramaikan dulu dengan beri vote dan komentar ya! :)

Selamat membaca!

***

"Bagus, jadi salah satu dari kita ternyata nggak ada yang bawa pasangan," ujar Caraka saat melihat ketujuh saudara laki-lakinya sudah datang—kompak mengenakan kemeja putih sesuai permintaan dari Eyang Uti.

"Bini gue di dalem," tukas Labda nggak terima. Enak aja dia disamain sama ketujuh sepupunya yang punya hubungan asmara nggak jelas. Dari mereka semua, hanya Labda yang punya nyali untuk meminang kekasihnya. Padahal dia adalah salah satu cucu termuda klan Wibisana.

"Gue lupa kalau lo udah nikah," kata Caraka tak acuh pada adik kandungnya itu kemudian menunjuk Tyaga yang sedang merokok sendirian di ujung taman. "Lo bukannya punya pacar?"

"Lagi berantem."

"Berantem aja terus sampai ladang gandum dihujani meteor cokelat," timpal Gala. "Hobi kok berantem sama pacar."

Tyaga mendengus, tapi nggak mau membalas Gala. Padahal dia sendiri tahu, hubungan asmara Gala juga nggak mulus. Lelaki itu malah terjebak status friendzone dalam waktu yang lama. Nggak punya nyali untuk menyatakan perasaan.

"Sena juga punya pacar, kenapa nggak lo absen?" tanya Adri.

"Bukannya udah putus?"

"Nyambung lagi kayaknya," timpal Gala lagi.

"Ya elah, Sen. Nggak capek apa?"

"Gue yang jalanin, jadi nggak usah ikut campur," tukas Sena.

"Sensi amat lo kayak testpack."

Caraka kemudian memperhatikan sepupunya satu persatu. Mereka semua memang jarang kumpul bareng, kecuali kalau ada acara penting, hari raya, atau panggilan darurat dari Eyang. Terkadang kalau pengen nongkrong, hanya tiga—maksimal empat orang yang bisa datang, sisanya punya kesibukan lain. Tapi anehnya, mereka nggak pernah ketinggalan kabar terbaru dari sepupu-sepupunya yang lain. All thanks to Gala dan Gading yang hobi mengumpulkan berita tentang orang lain.

"Lo bau cewek," ucap Caraka tiba-tiba sambil mengendus Adri yang berada di sebelahnya. "Habis dari apartemennya Jasmine ya?"

Adri nyengir. Sudah bukan rahasia lagi di kalangan persepupuan para cowok ini kalau Adri punya sifat yang agak berkebalikan dengan penampilannya. "Kebetulan gue ninggal beberapa kemeja putih di apart Jasmine," jawabnya.

"Tobat, anjir," timpal Lintang yang nggak sengaja menguping pembicaraan Adri dan Caraka. "Hormon lo tuh dikontrol!"

"Tinggal nunggu waktu sampai Jasmine muak—nanti dia cari cewek lagi," tambah Gala. "Tapi omong-omong, sama Jasmine awet banget, Dri? Udah berapa tahun?"

"Empat tahun," balas Adri sambil mengingat-ingat. Benar juga kata Gala, dia nggak sadar kalau sudah menjalin hubungan berkedok 'teman tidur' dengan Jasmine ini selama empat tahun. Selama empat tahun itu pula, Adri nggak mengembara mencari wanita lain. Dia seperti terpaku pada Jasmine, sampai tanpa sadar, sihir gadis itu membuat Adri nggak berani macam-macam lagi.

"Canggih bener si Jasmine!"

"Soalnya pawang buaya—"

"Ayo anak-anak, udah dicariin Eyang kok masih di sini aja?" Mama Sena dan Tyaga tiba-tiba muncul dari dalam sambil menggiring kedelapan pria dewasa yang masih berada di luar seperti sedang menggiring anak ayam untuk masuk ke kandang. "Sana salim-salim dulu, banyak makanan di dalam—Aga matiin rokoknya dulu bisa? Udah berapa batang rokok kamu habisin dari tadi pagi?! Sen, Alyssa nggak kamu ajak?"

Into the Planets (SERIES, A SHORT STORY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang