“Cewek mati rasa bahaya banget kalau ngerasain jatuh cinta lagi,” sindir Kayla.
“Kalau mau ngomongin orang tuh mending sebut nama langsung.” Syafa berucap sebelum memasukkan bakso ke mulutnya. Bakso dengan sambal empat sendok ternyata masih kalah pedasnya dengan ucapan orang-orang ketika menanggapi perubahannya. Terlalu pedas.
“Gila banget kamu tuh, Syaf. Sampe main ke rumanya segala,” protes Kayla merasa tidak terima. Dia merasa tidak adil.
“Lagian nggak sengaja juga. Itu namanya keberuntungan, hoki, rezeki,” jelas Syafa, lagi.
Sebelumnya Syafa sudah menjelaskan bahwa niat awalnya hanyalah bermain ke rumah Khasna, meminta Syafa untuk mengajarinya hal-hal yang tidak atau belum dirinya mengerti. Lalu, tiba-tiba saja Khasna mengajaknya pergi ke rumah Gus Alkaf. Kemudian rupanya, kedua orang tua, kakak serta adiknya sedang berkumpul. Jadilah akhirnya Syafa seperti sedang diperkenalkan dengan keluarga Gus Alkaf.
Perihal tingkah laku Gus Alkaf terhadapnya yang berubah, Syafa juga tidak paham mengenai itu. Jadi, tolong jangan salahkan Syafa. Tugasnya hanya mencoba memantaskan diri dan berdoa agar Gus Alkaf menjadi jodohnya. Jika ternyata doanya terkabulkan, dia hanya bisa pasrah berjodoh dengan Gus Alkaf dan berterima kasih kepada Allah.
“Nggak terima pokoknya. Aku yang mengusahakan beribu cara biar bisa deket, malah kamu pake jalur orang dalem,” keluh Kayla. Jalur orang dalam memang lebih terjamin, tetapi itu sungguh persaingan yang teramat sangat tidak sehat.
“Lagian gunanya ada orang dalem itu apa. Malah disia-siain. Ehm, udah ada perkembangan. Nanti mau nikah pake adat apa, ya.” Syafa mengetuk-ngetukkan jari telunjuk pada dagunya. Tidak lupa matanya melirik ke atas seolah tengah berpikir.
“Bodo amat, Syaf. Serius, bodo amat. Pikirin tuh nilai. Bentar lagi ujian. Jangan cinta terus yang dipikirin. Cinta nggak bakal bikin lulus dengan nilai A semua,” cibir Kayla dan beranjak pergi dari tempat duduknya. Sedangkan Syafa masih berusaha untuk menghabiskan baksonya.
Gus Alkaf tiba-tiba saja memasuki kantin. Membuat Syafa tersedak. Gus Alkaf sempat meliriknya sebentar. Sangat sebentar. Tampak Gus Alkaf membeli minum dua botol. Setelah membeli minum, Gus Alkaf berjalan di depannya. Ekspektasi Syafa kecewa.
Ini hidup, Syaf, bukan cerita novel. Syafa kira Gus Alkaf akan memberikan satu botol minumnya untuk Syafa setelah melihat dia tersedak dan semua orang tahu raut wajah Syafa seperti orang sedang kepedasan. Akan tetapi, ya. Mari berpikir secara realistis saja. Jangan berekspektasi terlalu tinggi agar tidak kecewa.
Dengan segera Syafa menghabiskan baksonya. Sebentar lagi bel masuk berbunyi. Sebagai wanita yang baik, dia tidak boleh terlambat masuk ke kelas lagi. Syafa meneguk segelas air di hadapannya hingga tandas tak bersisa.
“Makasih, ya, Bude!” Usai itu, Syafa melenggang pergi.
BERSAMBUNG
Tegal
30 Maret 2023
@najwawafzh_
KAMU SEDANG MEMBACA
Istauda'tukallah
Teen FictionIstauda'tukallah. Aku menitipkanmu kepada Allah. Menitipkan segala rasa yang seharusnya tak hadir meski sekadar singgah. Akan tetapi, realitasnya rasa itu menjelma menjadi tuan dalam relung yang telah lama tak bertuan. Gus, mengagumimu layaknya menj...