Hari sudah menjelang sore, sekolah sudah berakhir 2 jam yang lalu. sementara nara? Dia bersama dengan segala kerinduannya menghabiskan waktunya sepulang sekolah menjenguk sang kakak dirumah barunya.
Queenara menikmati setiap hembusan angin yang menerpa dirinya. Dia seakan enggan utuk pulang padahal jam sudah menunjukan pukul 4 sore.
Disini dirumah baru milik Elvano felixian Alexandre kakak dari queenara yang Sudah 2 tahun meninggalkan dirinya.
Nara menghela nafas beratnya kala mengingat setiap moment yang pernah dihabiskannya bersama sang kakak dulu. Dimana disaat dia merayakan ulangtahun kakaknya. Sungguh waktu terlalu cepat berlalu. Dia merenggut kebahagianya, mengurasnya sampai tak tersisa sedikitpum
semenjak kepergian sang kakak, nara sudah tidak tau lagi kemana arah hidupnya.
Alasan nara tersenyum telah pergi meninggalkannya. Sebegitu bencinya semesta terhadap nara.
Nara menatap lisan didepannya dan mengelusnya perlahan. Sungguh sesak rasanya. Namun nara tetap berusaha agar tak menangis.
"Gimana disana kak? Pasti kakak bahagia banget yahh disana?" Nara berucap seolah sang empu akan menjawab dirinya
"Aku kangen banget sama kakak. Kalo boleh milih aku pengen banget ikut sama kakak." Ucap nara menahan sesak didadanya. Dia berulang kali menahan diri agar tak menagis.
"Kak, kenapa semesta jahat banget sama aku? Kenapa dia seakan gk mau aku bahagia? Aku capek kak harus hadapi semuanya sendirian. Aku capek. Kenapa kak? Kenap kakak gk bawa nara pergi sama kakak? Aku sendirian disini"
Sungguh nara sudah tak tahan lagi. Air mata yang ia bedung sedari tadi kini lolos tanpa pamrih.
"Semenjak kepergian kakak, nara udah gk punya siapa-siapa lagi. Mama papa seakan gk peduli sama keberadaan nara. Mereka selalu menyalahkan nara atas kepergian kakak."
"Kak nara capek setiap hari nara selalu dicap pembunuh sama semua orang. Nara capek kak hiksss... hiksss. Hiksss"
"Na~nara udah gk tau lagi nara harus apa. Setiap kali nara bangun, nara selalu berharap bahwa semuanya sudah berakhir. Setiap kali nara mau tidur nara selalu berharap kalau nara gk mau bangun lagi."
"Tetapi semesta seakan menampar nara, dia menyadarkan nara bahwa itu semua tidak akan mungkin terjadi."
Queenara, dia tidak sekuat seperti yang dilihat. Setiap hari disaat dirinya merindukan sang kakak dia akan datang kesini seperti sekarang.
***
Ketika langit sudah mulai menggelap, nara memilih untuk pulang. Jujur saja setiap kali nara akan kembali tempat yang disebut rumah tersebut nara merasa sangat takut. Takut akan dimaki kedua orangtuanya, takut dibilang pembawa sial dan takut kena pukulan dari ayahnya lagi, semuanya nara sangat takut.
Ketika sudah sampai didepan pintu rumahnya nara mengehela nafas beratnya. Dia mengatur nafasnya yang terasa berat.
Nara membuka pintu rumah itu perlahan dengan sangat hati-hati. Dia melangkah perlahan masuk kedalam rumah tersebut.
Gelap, yahhh itulah kesan pertama saat nara memasuki rumah tersebut.
Saat nara ingin melanjutkan langkahnya lagi, nara tersentak kaget saat suara bariton milik ayahnya menggema
"Dari mana saja kamu?"
Nara celingak celinguk di tengah kegelapan samar-samar mencari keberadaan sang ayah.
Ceklekkk
David menyalakan lampu rumahnya. Sedari tadi dia berada diruang tamu dengan kegelapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Queenara
RandomAku lebih baik tak dilahirkan dari pada harus hidup di neraka yang aku anggap sebagai Rumah.