Jika dibuat pilihan, aku lebih
Memilih tak dilahirkan, dari
Pada hidup seperti di neraka.QUEENARA ALEXANDRE🍂
****
"Ras, lu gk kasian sama adik lu itu?" Ucap salah satu teman laras saat melihat adik dari sahabatnya dihukum abis-abisan dengan sang ayahLaras enggan menjawab pertanyaan sang sahabat sama sekali. matanya terus memfokuskan pada sang adik yang terus disiksa sang ayah.
"Gue sama sekali gk peduli sama dia. Mau dia matipun gue bakal gk akan pernah peduli" ucap laras tegas dan pergi meninggalkan kediaman alexandre.
Sementara sahabatnya hanya menghembuskan nafasnya berat. Dia menatap nara iba. Sungguh tega sekali ayahnya memukul nara bak seperti hewan. tapi mau gimana lagi dia tidak bisa membantu.
**
"Kamu emang pembawa sial nara" ucap sang ayah dengan terus mencambuki nara tanpa belas kasihan menggunakan ikat pingganya.
"Cu-cukup yah tub-uh nara sakit yah"
Nara terus memohon, agar sang ayah berhenti mencambukinya. Namun rupanya sang ayah sudah digelapi dengan amarah. sungguh nara sudah tidak kuat, punggunya terasa sangat sakit karena pukulan sang ayah. Belum lagi darah yang terus keluar dari dahinya.
Karena sudah tak bisa menahan semuanya, penglihatan nara mulai mengkabur. rasa sakit yang menyelimuti dirinya sudah tak bisa ia tahan. Kepalanya terasa sangat pening.
"Kau pantas mendapatkan semua ini anak sialan."
tanpa belas kasihan david sang ayah terus memukulinya dan menendang tubuh nara beberapa kali membuat sang empu terus merasa kesakitan.
Sungguh nara merasa seperti sudah diambang pintu kematian saja. Siksaan sang ayah yang terus datang bertubi-tubi membuatnya tak berdaya.
Karena sudah merasa puas, david menghentikan aksinya. Dia membuang ikat pinggang tersebut ke sembarang arah dan pergi meninggalkan nara yang terbaring tak berdaya dilantai
Menangis, hanya itulah nara yang bisa lakukan. Meminta bantuan kepada tuhan pun, tuhan tidak akan pernah membantunya.
"K-kak, jemput nara hiksss" ucap nara terbata-bata dengan suara tangisan yang begitu menyayat hati.
Dengan sisa tenaganya nara berusaha untuk bangun, namun kesadarannya mulai menipis, tubuhnya ambur seketika danNara jatuh pingsan.
**
Nara membuka matanya perlahan, penglihatannya masih remang-remang. Nara meringis ketika tubuhnya terasa sakit.
"Ini dimana" ucap nara masih setengah sadar.
Nata menatap sekeliling ruangan saat tatapannya sudah jelas. Nara melihat selang infus yang menempel ditanganya.
Mungkinkan dia dirumah sakit? Tapi siapa yang menghatarnya kesini?
Nara kembali mengingat-ingat kejadian dimana sang ayah menyiksanya. Nara masih ingat bahwa setelah itu dia pingsan. Setelahnya dia tidak tau apa yang terjadi.
Akhhhh
Nara meringis saat merasa kesakitan disekujur tubuhnya.
Bersamaan dengan itu pintu ruangan yang sekarang iya tempati terbuka. Nara mengalihkan atensinya menatap kearah pintu dan mendapatin Dokter Farhan.
"Kak Farhan?" Batin nara bertanya. Apa dokter farhan yang membawanya kesini? Tapi tidak mungkin, nara tidak pernah memberikan alamat rumahnya kedapa siapapun, apalagi dokter farhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Queenara
RandomAku lebih baik tak dilahirkan dari pada harus hidup di neraka yang aku anggap sebagai Rumah.