Part 3

3.9K 334 0
                                    


***

Aku mengambil laptop ku lalu mencari referensi tempat tinggal yang aman dan nyaman.

Katakan aku pengecut, Tapi aku memang butuh suasana baru.

Aku sudah punya firasat buruk jika aku terus berada di sini. Aku bukan indigo, Tapi entah kenapa aku sudah kurang nyaman tinggal di sini.

Aku berharap buku ku cepat selesai, juga pernikahan Julian-Kayla cepat di laksanakan. Agar aku bisa secepat nya pindah.

Kebetulan kuliahku sudah tinggal skripsi. Mungkin aku akan melanjutkan s2. Entahlah.

Tok tok tok!

"Lex! Buka pintunya dong! Gue capek di diemin terus sama lo dari kemaren! Gue minta maaf deh!"

Itu Julian. Ya memang, Aku mengabaikan semua pesan singkat atau telfon yang masuk dari Julian.

Walau aku memang selalu mengabaikan semua orang di ponselku. Tapi kali ini beda.

"Alex buka! Lo bukan bocah lagi!"Kayla berteriak.

Aku menggeram kesal, "Bukanya kalian yang memperlakukan gue macam bocah 5 tahun?"Balasku yang membuat hening.

Aku menghembuskan nafas. Lalu buka pintu dan di sambut dua wajah penuh rasa bersalah.

"Gue gak suka di usik di sini. Mending kalian pulang deh."

Kayla juga Julian baru aja mau bicara, aku langsung mengangguk.

"Iya, Gue ngusir."Ucapku datar.

Julian menghela nafasnya,"Kami ada kapan pun lo butuh. See you soon, Al."

Aku mengangguk lalu mengantar mereka sampai depan.

Mereka memang orang terdekat ku, Tapi bukan berarti mereka bisa mengusik ku di apartemen ku kan?

Baru aku akan menutup pintu tapi sebuah kaki mengganjal pintu ku.

Astaga! Sebuah kaki!

Aku langsung membuka pintu ku kembali dan menemukan Finn meringis di depan pintu apartemen ku.

Tunggu dulu, Finn? Aku tak kaget jika Rangga yang datang. Tapi Finn?

Betapa baiknya hari ku, Right? Baca lah nada sarkas ku di sana.

***

Aku menaruh dua cangkir teh di atas meja depan Finn. "Sorry, Cuman ada itu di sini."Ucapku lalu duduk di seberang Finn.

Finn tertawa, "Gue gak kaget. Bahkan, gue malah gak nyangka lo bisa tinggal sendiri."

Aku menggedikan bahu acuh tak acuh. "Katakan saja semua manusia tumbuh."

Finn minum teh yang ku sediakan perlahan lalu juga menaruh cangkir nya perlahan ke tempat semula.

Oh, Ayolah Alex, Kadang kala terlalu detail tak baik. Membuang waktu.

"So..Lo mau ngapain ke sini? Dari mana lo tau apartemen gue?"

Finn terkekeh "Lo gak berubah. Masih sama kepo nya kayak dulu."

Lelucon macam apa ini? Aku hanya tersenyum tipis..terkesan dingin sialnya.

"Ternyata emang bener. Lo berubah. Sangat."

Aku benci basa-basi. Astaga, Ini hanya membuatku semakin merasa sesak.

"Lo mau apa ke sini, Finn?"

Finn menghela nafasnya "Gue cuman pengen tau kabar lo. Udah lama juga kita gak main bareng."

"Well, Gue gak kabur ke Inggris lalu pulang sebagai stranger sih."

Begin AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang