MOVE ON

232 14 2
                                    

Semenjak tragedi mie ayam itu, gue langsung move on total dari makanan sejenis itu dan segala olahan daging yang dihaluskan. Termasuk bakso dan burger favorit yang biasanya bikin gue ngiler, jadi gak nafsu lagi. Kecuali masakan rumah, itu pun jika potongan dagingnya masih jelas dan dapat kupastikan.

Meskipun mengaku sebagai foodie, tetep aja gue il-feel. Gimana enggak, itu tempat makan mie ayam paling yahut dan cozy. Yang semakin bikin shock, calon suami gue yang punya! Eh tau-tau ternyata dia nyuapin gue pake daging binatang pengerat buduk yang gue aja phobia!

Sekian lama move on, gue akhirnya dapet pengganti yang aman: Mie Sapi! Seorang teman ngajak ke acara launching resto itu, rayuannya yang seorang chef berhasil membujukku. Daging sapi teksturnya jauh dan bakal susah ditipu dengan binatang buduk itu, pikir gue tenang.

Karena resto penuh, empunya resto menyiapkan kursi di samping dapur. Dapur terdengar riuh. Suara tatakan pisau, minyak panas, didihan air... sesekali orang keluar masuk dengan kotak gabus putih bernoda merah. Tentu daging sapi segar dari supplier, kan?

Pesanan kami datang. Semangkuk mi yang mengepul. Harumnya kaldu, potongan daging dadu-dadu, bumbu dan taburan daun bawangnya mengulik seleraku yang selama ini tidur. Kutarik dengan sumpit sejumput mie yang tampak begitu lembut...

PYAARRR!!!

Sontak tanganku lemas... Seruas jari dengan kuku berkutek merah menyembul di sela-sela mie. Tanda V di kuteknya mengingatkanku pada kawanku yang hilang.

Semenjak itu, gue move on dari segala daging-dagingan.

Jeritan JakartaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang