8

3.2K 500 29
                                    

Kadang-kadang dia itu...

"(Name) bunda beli bahan dulu ya, kamu bikinin jus mangga buat temen-temen kamu."

"Oke bun"

Minggu pagi, kamu dan teman-temanmu mengadakan kerja kelompok di rumahmu. Kamu membawa empat gelas jus mangga yang sudah kamu buat dan beberapa cemilan.

"Waduh (name) gak usah repot-repot. Sini aku bantu." Kata Isagi smabil mengambil alih nampan yang kamu bawa.

"Yeey banyak cemilan!" Nah, kalau yang satu ini langsung membuka toples cemilan yang kamu bawa.

"Bachira sopan dikit ini di rumah orang!" Kata Rin yang dibalas juluran lidah oleh Bachira.

"Gak papa Rin, kamu juga, nih makan." Tanganmu menata toples itu di tengah meja.

"Makasih (name)"

"Oke, materinya ada di pdf, bagi 4 ya berarti..."

Isagi yang membagi materi. Kalian mengerjakan tugas-tugas dengan tenang. Ya, kecuali satu orang sih. Banyak tingkah banget.

"(Name)" kamu menengok ke belakang.

"Kenapa Mihya? Bunda ke pasar sebentar."

"Enggak, temanmu cowok semua?" Tanyanya menaikkan salah satu alis.

"Hu um, Bu Anri baginya pake nomor." Kamu merasa gak enak. Soalnya tau sifat kakakmu.

"Oh" Katanya. Dia berbalik lalu ke arah dapur.

"Lah udah gitu doang? Tumben." Kamu sedikit bingung karena itu.

"(Name) beneran adiknya Kaiser?" Bachira tanya.

"Iya lah tolol, diliat juga langsung tau, mirip terus satu rumah." Rin buka suara.

"Iya ya, (name) mirip banget sama kak Kaiser." Susul Isagi.

"Tapi (name), kakakmu gak pergi kah? Tadi kak Sae bilang jam segini mau pergi latihan futsal." Tanya Rin.

"Lah iya ya? Kok gak pergi? Kayaknya tadi juga pake jersey?" Kamu baru sadar kemarin kakakmu ijin ke bunda mau latihan futsal.

"Mungkin lupa?" Kata Bachira sambil terus makan cemilan.

"Yakali lupa tapi pakai jersey—ih Chira jangan dihabisin!"

Kamu menghiraukan aksi Isagi yang merebut toples yang dipeluk Bachira.

Sibuk bertanya-tanya, kakakmu tiba-tiba duduk di sofa ruang keluarga yang dekat dengan ruang tamu. kamu bisa melihat dia duduk meminum secangkir kopi dan menonton televisi.

"Mihya," panggilmu ke kakakmu.

"Hm?"

"Gak pergi?"

"Lah, kamu ngusir?"

"Perasaan kamu kemarin bilang mau latihan futsal."

"Aku? Enggak tuh?"

"Kak Sae udah berangkat."

"Tau dari mana?" Kini dia menghadapmu.

"Ini Rin." Kamu menunjuk Rin di sebelahmu.

"Lah iya itu Rin. Kerkom di sini?" Sekarang kakakmu menatap Rin.

"Iya kak, anu, ini kak Sae juga chat, tanya kak Kaiser masih di rumah kah?" Kata Rin. Dia menunjukkan chat dari kakaknya.

"Eh!" Kakakmu berjalan mendekat untuk melihat chat di layar ponsel Rin.

"Nah kan, nanti diamuk kak Sae loh." Ancammu yang juga melihat layar ponsel Rin.

"Ih Sae mah," kakakmu berbalik untuk mengambil ponselnya dan mengetikkan sesuatu di sana.

"Yakin gak berangkat?" Tanyamu ke kakakmu yang sedang menggerakkan ibu jarinya cepat.

"Mana bisa berangkat (name), kelompokmu isinya cowok semua gitu, gak akan ku tinggal."

"Ya ampuun Mihyaa" kamu menepuk keningmu karena alasan kakakmu.

"Apa? Mending gak berangkat futsal—"

"Nah itu anaknya masih di sini nak Sae. Makasih udah bantu bawa belanjaannya ya." 

Suara ibumu membuat yang di sana seketika menengok.

"Oh haha iya ya tante.. Sae ijin culik anaknya sebentar ya.."

"Iya bawa aja"

Bundamu tersenyum lalu berjalan ke dapur.

"Lah itu Itoshi pertama dateng" bisik Bachira.

"Eh...Sae..haha.."

Kamu menatap kasihan pada kakakmu. Nah, kan.

"Pilih sekarang atau nanti?"

"Iya! Iya, ini mau berangkat!"

"Lama" Sae langsung menyeret paksa kerah belakang jaket kakakmu keluar meninggalkan kamu dan teman-temanmu yang menonton aksi kekerasan dalam pertemanan itu.

"Aduh! Sae, Sae, Sae! Ini yang diseret anak orang loh?"

"Bodoamat"

"Bunda tolooong!"

... protektif tapi bikin malu...




HEY SISTER! Michael Kaiser Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang