14. Mom : Aku Tahu

237 42 35
                                    

— 𝙈𝙊𝙈 : 𝙄'𝘼𝙈 𝙎𝙊𝙍𝙍𝙔 —

"Sayang, anak-anak sudah makan?"

"Sudah, baru saja."

Jeonghan duduk di samping istrinya, merangkul bahu Wanita-nya yang begitu ia cintai. Memang paling enak duduk bersantai di luar rumah seperti ini, memandangi langit yang mulai berwarna oranye. Hari ini menjadi hari keluarga, Sowon libur dari rumah sakit, Jeonghan libur dari pekerjaannya, jadi dari pagi mereka benar-benar menghabiskan waktu bersama.

"Sayang," panggil Sowon.

"Hm?"

"Aku mau lebih bahagia dari sekarang."

"Tentu saja, kamu berhak bahagia."

Sowon menyandarkan kepalanya di bahu Sang suami, perlahan ia memejamkan mata menikmati angin yang berembus menerpa wajahnya. Jadi ingat masa-masa sedang pacaran dahulu, meskipun sering berdebat tapi ada saja momen manis yang seperti  ini.

"Jangan pergi terlalu jauh," ujar Jeonghan. "Aku tidak bisa hidup tanpa kamu."

Sowon menepuk pelan lengan Jeonghan sambil tertawa geli. "Yak, itu sangat lebay!"

"Kenapa?" tanya Jeonghan memelas. "Seharusnya kamu senang mendengar ini, karena aku benar-benar tidak bisa hidup tanpa kamu."

"Iya, iya terserah kamu saja."

"Kalau kamu, bagaimana?"

"Sama." Sowon mengangkat pandangannya ke langit sana. "Aku juga tidak bisa hidup tanpa kamu dan anak-anak."

Tawa keduanya pecah seketika, entah mengapa mereka tiba-tiba saja tertawa padahal tidak ada yang lucu sama sekali.

"Aku mau melihat anak-anak dulu, deh!" kata Sowon, kemudian ia beranjak dari duduknya.

"Tidak~" Jeonghan menahan lengannya. "Duduk sebentar sampai matahari terbenam."

"Sayang, aku mau menemui anak-anak."

"Kamu sudah menghabiskan waktu kamu dengan mereka dari pagi, ya."

Sowon mencebikan bibirnya. "Kumohon~"

"Tidak!" Jeonghan menolak posesif. "Duduk di sini, temani Suamimu ini!"

Tak jauh dari rumah tempat Sowon dan Jeonghan menikmati hari bersama, putri mereka yang telah lama meninggalkan rumah menyaksikan kehangatan itu dari kejauhan. Dia hanya bisa memandang getir kedua orang tuanya yang telah ia maki hingga ia lukai. Mungkin secara fisik mereka terlihat sehat, tetapi tidak dengan batin mereka.

Tidak ada orang tua yang tidak sakit hati ketika dihina oleh anak kandung sendiri.

"Ibu, Ayah, bawa Eunbi pulang."

Tetapi Eunbi tidak sendirian, dia ditemani Han Haechan yang kini berjongkok di sampingnya sambil menangkup dagu. Pemuda Han itu tampak ikut bersedih melihat bagaimana hubungan antara Eunbi dengan kedua orang tua kandungnya. Sebelum datang ke sini bersama Haechan, Eunbi memberitahu pemuda Han mengenai hubungan yang terjalin di antara dirinya dengan wanita Kang. Mengungkap fakta bahwa kedua orang tua kandungnya masih ada.

"Kak Eunbi," panggil Haechan. "Sepertinya Kakak salah pilih orang tua."

Eunbi mengangguk. "Aku tahu."

"Kenapa Kak Eunbi memilih tinggal dengan wanita jahat itu?" tanya Haechan, ia mendongak menatap Eunbi yang sedari tadi berdiri sambil berpegangan pada tali tasnya. "Kan, kalau Kakak tinggal sama mereka, Kakak bisa bahagia."

"Aish!" Eunbi menghentakkan kakinya kesal. "Aku tahu, aku memang bodoh!"

Haechan beranjak berdiri, dia tersenyum penuh arti memandang candaan sepasang insan di kejauhan sana. Jika dia boleh jujur, dia masih ingat tentang siapa pria yang dahulu hampir membunuhnya. Hwang Jeonghan, Haechan masih ingat bagaimana rupanya dan bagaimana sifatnya.

MOMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang