27. Mom : Eunbi Sakit, Ya?

354 34 32
                                    

— 𝙈𝙊𝙈 : 𝙄'𝘼𝙈 𝙎𝙊𝙍𝙍𝙔 —

Beberapa pukulan mendarat sempurna di tubuh Sowon, tetapi Sowon tak bisa menghindar karena ketika seperti ini Eunbi benar-benar lebih kuat dari dirinya. Tidak lagi menghancurkan benda-benda di sekitarnya, secara tak sadar Eunbi mengamuk dengan memukuli Sang ibu. Dia tak sadar ketika dirinya mengalami kenaikan emosi seperti ini, dan setelah tersadar pun ia tak akan ingat sungguh-sungguh.

"Sudah puas, hm?" tanya Sowon sesaat setelah ia berhasil menahan kedua tangannya.

Eunbi menelan salivanya dengan susah payah, ia menarik paksa tangannya dari pertahanan Sang ibu. Dia meremas rambutnya sendiri merasa bahwa situasi saat ini benar-benar membuat kepalanya pening bukan main. Lebih gilanya lagi, Eunbi hampir tak ingat mengapa dia bisa terjaga di jam sekarang.

"Ibu."

Sowon memalingkan pandangannya ke sembarang arah, tak sanggup menghadapi sifat putrinya yang benar-benar jauh dari kata baik. Ia kembali merebahkan tubuhnya, mengambil posisi membelakangi Eunbi dan menarik selimut hingga menutup dada.

"Ibu."

Sepasang matanya terpejam kuat, menghasilkan cairan bening dari pelupuk matanya yang jatuh begitu saja. Tentu saja ia merasa sangat sesak saat ini, putrinya yang selalu ia sayangi memiliki kelainan secara mental. Dia merasa gagal menjadi seorang ibu.

"Ibu, Eunbi kenapa?"

Kedua tangan Sowon meremas ujung selimut yang ia gunakan, bibirnya melipat berusaha menahan suara karena tahu itu akan menambah rasa sesak. Berbicara ketika sedang menangis itu hanya akan menambah deras air mata, Sowon tak ingin putrinya melihat ia menangis.

"Ibu, Eunbi tidak bisa tidur."

"Ibu, di sini sangat berisik sekali."

"Suara detak jantungku terdengar lebih kencang."

"Ah, Ibu~"

Suara Eunbi mulai terdengar tidak stabil, gadis itu kini memukul-mukul dadanya yang mengundang rasa takut pada diri Sowon atas hal buruk menimpa Sang putri. Sowon akhirnya memaksa untuk beranjak, mendekap putrinya sambil menarik kedua tangan itu agar berhenti melukai diri sendiri.

"Peluk Eunbi erat, erat sekali."

"Lebih erat lagi, Ibu."

"Nah, Ibu seperti ini, tapi harus lebih erat lagi dan lagi."

"Kenapa suaranya masih terdengar, Ibu?"

"Kenapa detak jantung Eunbi begitu cepat?"

Dengan sisa tenaga yang dimiliki Sowon makin memeluk Eunbi erat, ia mengusap-usap punggungnya dengan penuh kasih sayang. Sulit untuk menghadapi kondisi Eunbi yang sekarang ini, dia banyak kehilangan kewarasannya akibat dahulu mendapatkan obat-obatan tak sesuai prosedur.

Eunbi terbatuk-batuk, napasnya menjadi lebih pendek dari sebelumnya. Tentu saja Sowon tak akan tinggal diam, ia lepaskan pelukan itu dan ia ambilkan air beserta sebutir obat untuk menenangkannya. Dari raut wajahnya Sowon jelas menunjukkan rasa cemas, terlebih ketika putrinya bernapas tersenggal seperti tak kebagian oksigen di sini.

"Ibu~" lirih Eunbi, sorotnya tampak sendu sekali. "Eunbi boleh menyerah, Bu?"

Sowon menggelengkan kepalanya. "Tidak. Anak Ibu tidak boleh menyerah begitu saja, jika kamu pergi ... Ibu dengan siapa di sini, Nak? Ibu tidak punya siapa-siapa selain kamu, Ibu bertahan karena kamu, jadi kamu ... bertahanlah untuk Ibu, mengerti?"

"Eunbi sakit, ya?"

"Tidak." Sowon mengusap surai hitamnya dengan penuh kasih sayang, ia memaksa senyuman agar putrinya tak merasa kalut lagi. "Eunbi baik-baik saja, Eunbi tidak sakit sama sekali."

MOMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang