13. Mom : M-Maaf

271 42 32
                                    

— 𝙈𝙊𝙈 : 𝙄'𝘼𝙈 𝙎𝙊𝙍𝙍𝙔 —

Hari ini menjadi hari ke-5 Eunbi tinggal bersama Seulgi, ia sudah tidak lagi dirawat karena kondisinya membaik. Tepat di hari ini pula, Eunbi menerima fakta bahwa nilai ulangannya dua poin lebih rendah dari Han Kyulkyung. Dia sampai meninggalkan sekolah di pertengahan jam pelajaran, berharap bisa menghindari pertemuan dengan Kang Seulgi.

Eunbi gelisah setiap kali mengingat nilainya yang lebih rendah dari gadis Han. Dia benar-benar tidak bisa menemui Seulgi karena takut mendapatkan hukuman atas turunnya nilai yang selama ini ia pertahankan. Terlebih matematika merupakan nilai yang menjadi patokan dari segala nilai.

"Hallo~"

"YAK!"

Pemuda itu tertawa kecil ketika melihat raut wajah Eunbi yang terkejut karena tiba-tiba disapa olehnya dari belakang. Eunbi kalau sedang melamun memang begitu, disapa sedikit saja terkejut.

"Hm, apa aku harus memanggilmu Noona?" Pemuda itu berpikir sambil mengetuk dagunya. "Seragam sekolahnya sama seperti Kakak perempuanku."

"Pergi dari sini, Bocah!" usir Eunbi.

"Tapi ... dompet Kakak jatuh di jalan tadi."

"Apa?"

Eunbi kelabakan, dia berusaha mencari dompetnya yang semula tersimpan di tas. Ternyata benar hilang, baru setelah pemuda itu mengulurkannya Eunbi tak sungkan untuk mengambilnya.

"Sama-sama," katanya.

"Terima kasih!" cetus Eunbi.

Pemuda itu menyengir lagi. "Iya, sama-sama, Kak Eunbi."

Eunbi menatapnya intens, dari mana pemuda ini tahu namanya?

"Dompetnya lucu, ada nama Hwang Eunbi." Pemuda itu berucap sambil menunjuk ke arah dompetnya. "Sebelum aku mengembalikan, aku mengecek identitas terlebih dahulu, sih."

"Aku tidak peduli," cetus Eunbi lagi. "Sana pergi, kamu sangat mengganggu."

"Upah?" Pemuda itu mengulurkan tangannya. "Jika sampai dompet itu ditemukan oleh orang lain, mungkin sekarang tidak kembali pada Kakak."

"Kamu sebenarnya—baiklah, aku akan berikan sisa uang di dompetku."

Senyuman di bibir pemuda bernama Han Haechan itu mengembang seketika, dia benar-benar merasa bahagia saat akan mendapatkan upah berkat dari kebaikannya.

"Kak Eunbi, satu kelas dengan Kakakku, kah?" tanyanya. "Namanya Han Kyulkyung."

"Tidak." Eunbi menutup kembali dompetnya saat mendengar nama itu. "Kamu ... saudaranya Han Kyulkyung?"

Pemuda bernama lengkap Han Haechan itu mengangguk mantap.

"Sungguhan?"

Haechan menganggukan kepalanya lagi.

"Apa dia anak yang pintar?"

Haechan memicingkan matanya berpikir, kemudian ia menggeleng menjawab pertanyaan Eunbi.

"Kamu mau makan sesuatu?"

"Aku tidak bisa menolak, sih," jawab Haechan. "Kak Eunbi ... kenapa tiba-tiba mengajak makan?"

"Ayo!" Eunbi meraih lengan Haechan tanpa ragu. "Aku, akan mentraktir apapun, sangat bersyukur kamu bisa menemukan dompetku."

Pemuda berkulit tan itu benar-benar senang bukan main, terlebih ketika mendengar akan ditraktir. Mungkin saldo di rekeningnya masih banyak, tapi karena yang mengajaknya makan adalah perempuan sesuai tipenya, maka dia merasa senang bukan main.

MOMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang