Assalamualaikum teman-teman pembaca semua!
How r u today?
Semoga dalam keadaan yang terbaik, ya!
Absen dulu, yuk. Jam berapa kamu membaca prolog Setelah Hujan?
Mohon bantuannya untuk membaca, vote, dan meramaikan kolom komentar di setiap paragrafnya.
Langsung aja yuk ketemu Geva dan Rea!
Sudah siap?
Happy reading,
***
“Apa sesulit itu untuk lo naikin sedikit aja rasa sayang lo ke gue jadi rasa cinta?”
“Gev, lo tau gue nggak bisa, ‘kan?”
“Lo masih trauma?”
Geva menyeringai pelan sembari menggeleng. Ia masih tak percaya jika Rea juga takut dengannya setelah hampir 7 tahun mereka bersama.
“Apa yang lo takutin dari gue? Gue sahabat lo sendiri--”
“Lo nggak tau karena lo nggak pernah ada di posisi gue!” potong Rea menggebu.
“Gev, gue punya alasan dan harusnya lo menghargai itu. Tolong berhenti buat gue merasa bersalah atas perasaan lo itu,” pinta Rea, gadis itu susah payah menahan suaranya agar tidak gemetar.
“Sahabat bukan jaminan, Gev.”
Geva menyugar rambutnya frustasi. Beberapa kali ia mengembuskan napasnya yang menyesak di dada.
“Gue yakin lo bisa, Gev.”
Cowok itu menggeleng. “Gue nggak tau lagi, Re.”
Entahlah, Geva tetap tidak bisa menerima kenyataan cintanya masih bertepuk sebelah tangan.
Geva kembali menatap Rea.
“Dari sekian banyak penolakan, gue juga nggak tau kenapa perasaan gue masih tetap sama.”
Sekali lagi Geva mengatakan, “gue cinta sama lo, Rea. I don’t know why.”
Iris hitam Rea mulai bergerak gusar. Ia kesulitan menyembunyikan kegugupan dan perasaan kecewanya tatkala Geva kembali menyatakan bahwa ia mencintai Rea.
“Gev, kita udah sangat menyenangkan menjadi seorang sahabat. Jadi, gue minta sama lo untuk hapus semua ingatan tentang pernyataan bahwa lo mencintai gue.”
Dada Rea semakin naik-turun setelah kalimat itu terlontar begitu saja. Rea lantas menunduk, ia tak sanggup jika harus menatap mata Geva lagi. Ia yakin, setelah ini Geva akan sangat membencinya.
Rea bisa merasakan atmosfir kecewa Geva atas permintaannya. Ia melihat dengan jelas bagaimana Geva mencoba menguatkan dirinya melalui kepalan tangan.
Tatapan Geva masih lurus, namun kali ini kosong. Seperti secercah harapannya yang mendadak lenyap dalam hitungan detik.
Geva kecewa, sangat kecewa.
Tapi ia sama sekali tak mampu untuk membenci Rea. Sekadar marah pun Geva tak sanggup.
Geva menyadari tudung hoodie hitam dan bahu Rea mulai bergetar.
“Maafin gue, Gev.”
Mengesampingkan rasa kecewanya, Geva memilih untuk menarik Rea ke dalam pelukannya. Kepala gadis itu ia sembunyikan di dada bidangnya.
Tak seharusnya ia se-memaksa itu. Geva memang tahu Rea trauma. Tapi benar kata gadis itu, Geva tak akan pernah mengerti karena ia tak berada di posisi Rea.
“Sorry, Re ….”
Geva menarik napasnya dalam. Ia meletakkan dagunya di atas kepala Rea, perlahan ia memejamkan matanya.
“Tapi lo harus tau, perasaan gue akan selalu sama. Apapun yang terjadi.”
TBC
Gevariel Anthonio
(Si humoris tapi manja)
Azharea Melina
(Si imut tapi galak)
Gimana prolognya?
Ada yang mengalami hal serupa? ^^
Kasih semangat buat Geva yuk!
Ketik kata-kata untuk nyemangatin diri kalian juga jika mengalami hal serupa!
Boleh ketik next di sini?
Kesan pesan buat Author dan cast juga boleh ^^
Semoga selalu suka dengan cerita Setelah Hujan.
Sekarang bantu VOTE GRATIS ya?
Terima kasih banyak bagi yang sudah membantu!
See u in the next part!
Salam hangat,
Rintik Membumi

KAMU SEDANG MEMBACA
Setelah Hujan
Romance"Gev, cukup. Hapus semua ambisi lo, karena pada kenyataannya lo nggak butuh gue." - Azharea Melina "Lo salah. Hujan datang, karena bumi membutuhkan, Re." - Gevariel Anthonio. Geva dan Rea terlibat perasaan di dalam persahabatannya. Geva memilih unt...