Happy reading–!
Jaemin meremat celananya ketika duduk berhadapan dengan pemilik perusahaan itu dan istrinya.
Selepas makan siang tadi ditemani Mark, Jaemin menemui pasangan suami istri itu. Dalam hati menyumpahi Lee Jeno si pembawa sial itu. Jika saja atasan menyebalkan itu tidak cari masalah, mungkin ia tidak akan terjebak dengan situasi canggung ini.
"Wah kamu sudah besar ya nana. Dulu kamu masih kecil banget sering minta gendong sama tante" ujar Nyonya Lee alias istri dari Lee Donghae alias ibu dari Lee menyebalkan Jeno.
"Aaaa iya kah, Nana gak ingat tante. Kalau sekarang tante gabisa gendong nana lagi, nana berat"
Jawaban Jaemin sontak membuat yang lain tertawa. Sedangkan Jeno kini tengah menahan tawanya yang mengakibatkan badannya bergetar serta hidungnya yang kembang-kempis.
"Tentu saja mamiku tidak bisa menggendongmu, kau kan gembul" ujar Jeno supaya bisa berhenti tertawa.
Sontak hal itu membuat Jaemin murka dan kesal. Jeno selamat karena ada kedua orang tuanya disini. Jika tidak, maka sekarang adalah hari terakhir pemuda itu melihat dunia.
"Nyenyenye"
Jeno mendengus ketika pahanya dicubit pelan oleh sang mami.
"Kamu tuh!"
Siang itu hanya terjadi percakapan ringan. Kebanyakan tentang pasangan Lee itu yang bernostalgia tentang masa muda mereka bersama orang tua Jaemin. Dan juga beberapa kali Tiffany mengingat masa kecil Jaemin yang cukup banyak ia saksikan.
"Tante gak nyangka kalau nana yang kecil itu udah segede ini aja. Mana udah kerja"
"Iya tante, nana juga gak nyangka masih hidup sampai sebesar ini. Nana pikir nana bakal jadi anak-anak selamanya"
Lagi, jawaban Jaemin membuat dua orang tua itu tertawa. Betapa serunya rumah mereka jika nana menjadi anak mereka.
…
Sore ini Jaemin sudah ada janji dengan Sungchan untuk berburu jajanan kaki lima di sekitar kantor mereka.
"Uchan udah janji loh mau jajanin nana"
"Iya iya, silahkan mau jajan apa, nanti dibayarin"
Jaemin tersenyum lebar sampai matanya hilang. Menurut Sungchan itu agak imut, namun dominan creepy.
"Banyak?" Tanyanya sambil mengeluarkan jurus mata bulat besar memohon.
"Iya, yuk jalan"
Jaemin tak berhenti berdecak kagum melihat banyaknya jajanan yang menggoda. Bau harum terus memasuki indra penciumannya sepanjang jalan.
Tangannya kini sudah banyak memegang kantong plastik. Bahkan kakinya tidak juga lelah untuk menelusuri jalan.
"Udah yuk na, besok masih bisa jajan lagi. Udah banyak banget nanti susah dibawa. Ingat kita gak naik mobil"
Jaemin mengangguk, benar juga. Ia kalap dan membeli semuanya.
"Aku ambil motor dulu, tunggu disini. Ingat tunggu disini dan jangan bergerak se senti pun!"
"Iya uchan"
Sungchan dengan cepat menuju Parkiran dan mengambil motornya sebelum Jaemin berjalan meninggalkan tempat tadi.
Selagi menunggu Sungchan, matanya menangkap sesuatu yang aneh.
"Oh, bukankah itu si menyebalkan Jeno. Tunggu! Kenapa dia dikejar-kejar oleh wanita itu. Hais dasar aneh"
Jeno yang sedang dikejar pun tak sengaja menangkap keberadaan Jaemin dengan tangan penuh belanjaan dan berdiri sendirian seperti anak hilang.
"Nana!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Moon Love (nomin)
Fanfiction"Bulan purnama yang agung, tolong berikan nana jodoh kaya raya tapi yang masih muda. nana sudah tidak tahan lagi jika harus bekerja bagai kuda" seorang pemuda manis dengan piyama kelincinya berdiri di depan jendela besar kamarnya dan berdoa pada bu...