Bab 5

297 30 5
                                    

Gwangju, akhir musim dingin. 2023




Tempat tinggalnya sekarang bernama Alive House. Terletak di sebuah desa yang berada di dataran tinggi dekat hutan wisata. Baekhyun membenarkan jika tempat ini memiliki udara yang segar dan bersih, juga tenang.

Tenang, sampai membuatnya begitu kesepian.

Sudah dua bulan sejak dirinya ditinggalkan begitu saja di tempat ini oleh anak satu-satunya, tidak satu haripun Baekhyun lewatkan tanpa menangis ketika rindu pada anak cucunya begitu menyiksa.

Dia diperlakukan baik, tidak harus bekerja atau melakukan apapun, disini dia dilayani dan semua kebutuhan terpenuhi. Tapi sungguh, dia sangat merindukan kesehariannya.

Biasanya, pagi seperti ini dia akan memasak di dapur dengan dibantu menantu kesayangannya. Membersihkan rumah sambil mengobrol banyak hal dengan Jongin. Ia juga berbelanja di pasar tradisional atau supermarket, lalu menunggu sang cucu di depan apartemen sampai bus sekolah yang mengantar Haowen tiba. Selanjutnya menemani cucunya bermain. Ia tidak pernah merasa lelah, karena semua itu adalah kebahagiaan yang besarnya tiada tara.

Tapi semua itu kini serasa hilang, Sehun sudah tak lagi mengijinkan dirinya berada di sana. Yah, sepertinya Baekhyun harus mengiklaskan semua itu. Dirinya harus sadar jika usianya semakin bertambah. Tubuhnya juga semakin renta, ia tidak akan membiarkan Jongin kerepotan jika harus mengurusnya.

Baekhyun sedang berusaha menghentikan tangis. Tiba-tiba pintu kamar Baekhyun dibuka, lalu muncullah seorang gadis muda yang memakai baju seragam perawat.

Kim Yerim, namanya. Orang yang pertama kali dikenal Baekhyun dan mereka pun berteman.

"Pagi, tuan Byun. Ayo kita sarapan," ajak Yerim dengan ceria seperti biasanya.

Kemudian senyum gadis itu memudar kala melihat Baekhyun sibuk mengusap matanya yang basah. Gadis itu sedikit tersentak lantas kemudian mendekat.

"Tuan Byun, kenapa?" tanya Yerim khawatir. Mengambil duduk di sisi ranjang penuh perhatian.

Ini adalah pertama kali Baekhyun membiarkan orang lain melihat tangisannya, jadi tak heran Yerim khawatir.

Baekhyun tertawa kecil, lalu kembali memakai kacamatanya. "Tidak ada apa-apa, Yerim." Namun tidak seperti yang dikatakan. Suara Baekhyun bahkan sudah menjelaskan ia baru menangis begitu banyak.

Kim Yerim tersenyum lembut mendengar jawaban itu, ia mengerti. Sudah tiga tahun ia bekerja di Alive House, banyak para orang tua yang seperti tuan Baekhyun ini. Mereka dititipkan bukan karena demensia atau sebatang kara, namun anak-anak mereka tidak bisa menjaga orang tuanya lagi. Tuan Baekhyun pasti sama. Sekarang dia pasti masih sangat rindu keluarganya. Begitu pikir Yerim.

"Mau membohongiku rupanya?" Yerim bersedekap berpura-pura kesal. "Aku sudah memberitahu untuk bercerita jika butuh teman, tapi aku seperti tidak dianggap," katanya berpura-pura marah.

Hal itu cukup membuat Baekhyun akhinya tertawa. Yerim pun diam-diam merasa senang. Lalu pandangan Yerim tak sengaja menangkap sesuatu yang menyembul di bawah selimut Baekhyun.

"Apa Tuan membaca Novel?" tanya gadis itu penasaran. Tangannya meraih sebuah buku yang tadinya ikut terselimuti bersama Baekhyun.

"Oh, ini bukan Novel."

Baekhyun tersenyum lalu mengambil buku bersampul kulit itu dari tangan Yerim. "Ini buku harian suamiku, Yerim-ah."

"Buku harian? Wah, dan Tuan masih suka membacanya?" Gadis itu terkik. "Romantis sekali, eoh."

"Apa isinya? Kisah cinta kalian?" tanya Yerim penasaran.

Senyum Baekhyun melemah. Tangan keriputnya mengusap-usap buku, lalu menggeleng.

Windflower ; ChanbaekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang