Bab 6

274 22 10
                                    

Musim panas, tahun 1998.






Park Chanyeol menatap rumah baru yang mulai hari ini akan ditinggali keluarga kecilnya dari luar. Pria tinggi itu tersenyum tipis, ada rasa bangga yang terselip di dalam hatinya. Dengan hasil kerja kerasnya selama bertahun-tahun dan bekerja lebih keras lagi dengan pekerjaan sampingannya, akhirnya ia berhasil memboyong keluarganya keluar dari apartemen untuk pindah ke rumah yang lebih nyaman.

Rumahnya terlihat minimalis jika dilihat dari depan, tapi ini cukup besar jika sudah masuk ke dalam. Bergaya perpaduan modern eropa dan tradisional korea, menjadikan rumahnya sangat cantik ditambah banyak dinding kaca yang terpasang agar cahaya matahari terbenam dapat dilihat dari dalam rumah. Sengaja didesain seperti itu karena rumah ini dibangun dekat pantai, sedikit jauh dari perkotaan.

Rumah yang cukup mewah, paling tidak hampir mendekati rumah milik Baekhyun dulu. Chanyeol berharap istrinya akan lebih nyaman dan lingkungan yang sepi ini akan cocok untuk Baekhyun.

Puas menatap, ia pun beranjak memasuki rumahnya.

Oh! Dan bila ada yang penasaran bagaimana bisa Chanyeol masih bersama lelaki cantik itu. Jawabannya adalah dengan menjadi batu. Mereka masih sah menjadi pasangan menikah. Itu berkat pertahanan keras Chanyeol yang berhasil menggagalkan perceraiannya di tahap mediasi berkali-kali. Setiap Baekhyun menggugat cerai, ia akan juga membuang harga dirinya. Gagal dalam gugatannya berkali-kali akhirnya membuat Baekhyun lelah. Lelaki itu seolah pasrah menerima keadaan bahwa memang hanya Park Chanyeol lah tempatnya bergantung.

Baekhyun harus menerimanya.

Karena Park Chanyeol tidak akan melepaskan lelaki cantik itu. Tidak akan sampai Chanyeol berhasil membuat Baekhyun mencintai putranya.

Putra mereka.

Park Sehun.











"Abeoji!!"

Chanyeol menoleh, lalu tersenyum ketika anaknya melambaikan tangan, memintanya bergabung bermain di halaman samping rumah.

Putranya itu terlihat senang, berlarian kesana kemari lalu duduk di ayunan ditemani seekor anjing berwarna putih yang diberi nama Vivi.

Park Sehun, lahir sedikit awal dengan operasi cesar waktu badai salju di bulan januari. Dengan tangisan yang keras, putranya membuktikan bahwa dirinya kuat, sanggup bertahan hingga lahir kedunia meski dibenci selama di dalam kandungan oleh ibu kandungnya.

Putranya yang malang. Selama sang anak dapat bernapas di dunia hingga sekarang, Sehun belum sekalipun merasakan pelukan dari sang ibu. Jangankan memberi pelukan, bahkan Baekhyun enggan menyentuh dan melihat kearah putranya.

"Abeoji!! Vivi buang air di sini!!" pekik Sehun lagi, memecah lamunan sang ayah.

Chanyeol pun berjalan menghampiri anaknya itu.

"Ada apa?"

"Lihat. Vivi buang air di ayunan!!" adu Sehun kecil, wajahnya menekuk pertanda sedang kesal.

"Biarkan saja nanti Abeoji yang bersihkan. Ayo masuk, Sehun harus mandi lalu makan siang." Chanyeol mengulurkan tangannya lalu disambut tangan kecil putranya. Kemudian mereka berjalan memasuki rumah.

"Sehunie suka rumahnya?"

Sehun mengangguk semangat. "Tentu, rumah kita sangat sangat sangat sangat bagus," ujarnya senang.

Park Chanyeol terkekeh senang. Tangan yang bertaut itu diayunkan oleh si kecil. Senyum keduanya mengembang. Kaki pendek si kecil terus melompat, menyamai langkah ayahnya. Mengekspresikan kegembiraannya.

Windflower ; ChanbaekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang