Bab 7

232 22 7
                                    

Teringat akan senja yang mengalah pada langit malam.
Yang bersedia hadir sebentar memberi keindahan, sebelum akhirnya lenyap ditelan kegelapan.

Kadang-kadang, seperti itulah dirimu.



Pukul sebelas malam lebih dua puluh menit, ketika Chanyeol sampai di rumahnya usai bekerja. Suasana rumah tampak sepi, semua lampu juga sudah dimatikan. Pria itu berpikir, pasti anak dan istrinya sudah tidur di kamar masing-masing sekarang.

Chanyeol menyalakan lampu dapur, pria itu lebih dulu mengambil air minum sebab merasa sangat haus usai berjalan jauh. Di dapur ia membuka lemari pendingin, melihat ke dalamnya lalu mengambil dua buah pisang. Pria itu lantas duduk di kursi dan memakan buah itu dengan tenang.

Chanyeol tidak sempat makan malam hari ini. Kesibukan membuatnya lupa waktu, dan ia tidak berselera membeli  makanan ketika pulang tadi. Di pikirannya hanya ingin cepat sampai rumah dan melihat anak istrinya.

Chanyeol tidak pernah berharap, ketika dirinya pulang bekerja akan disambut senyum hangat sang istri yang menawarinya makan. Atau makanan yang disimpan untuknya di lemari pendingin. Tidak. Sebab ia tahu itu adalah sesuatu yang mustahil. Baekhyun tidak akan pernah melakukan itu. Mengetahui bahwa istrinya masih bersedia tinggal di rumah mereka saja itu sudah lebih dari cukup. Chanyeol tidak butuh apapun lagi. Matanya melirik tempat sampah dan melihat dua bungkus paket makanan cepat saji yang masih baru.

Yah, paling tidak Baekhyun tidak lupa memberi makan Sehun.

Itu sudah cukup.


.

.

.

Cahaya temaram menyambut Chanyeol ketika melangkah masuki kamarnya. Langkahnya tertahan, heran menyergap dengan apa yang pria itu lihat.

Biasanya pada jam seperti ini Baekhyun sudah terlelap dalam tidurnya, namun kali ini berbeda. Istrinya itu masih berkutat di meja riasnya. Seperti kejutan, Chanyeol luar biasa senang saat bukan punggung Baekhyun yang menyambutnya pulang malam ini.

Ia masih berdiri di tempatnya. Mengagumi sang istri dalam diam, tak ingin menimbulkan suara atau nyanyian kecil dari bibir si mungil itu akan lenyap nantinya.

Satu hal yang tidak pernah hilang dari Baekhyun. Selain sifat kerasnya, itu adalah kecantikannya yang seolah tidak pernah luntur sedikit pun. Aura bintang yang Baekhyun miliki masih melekat, sehingga sering membuat Chanyeol terpaku seperti orang bodoh ketika melihat istrinya itu.

Persis seperti saat ini, padahal hanya dengan memakai kemeja tidur saja, namun Baekhyun bisa serupa malaikat di matanya. 

Baekhyun menoleh saat menyadari tidak ada pergerakan lagi dari Chanyeol. Tentu saja pria cantik itu mendengar saat suaminya membuka pintu kamar tadi. 

"Apa yang kau lakukan?" tanya Baekhyun membuat pria tinggi itu seketika tersadar.

Chanyeol terbatuk pelan lalu berjalan untuk menaruh tas kerjanya di kursi dekat jendela. Lalu melepas kancing lengan kemejanya dan digulung.

"Kau belum tidur?" tanya Chanyeol untuk sedikit berbasa-basi.

Baekhyun hanya melirik lewat pantulan kaca, sibuk membubuhkan cairan kental yang disebut serum pada wajah putih yang semulus porselen itu. Ia mendesah pelan. "Apa gunanya bertanya, kalau jawabannya bisa kau lihat sendiri."

Windflower ; ChanbaekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang