Bab 4

264 27 4
                                    

Baekhyun-ah, seandainya aku bisa menukar nyawaku untuk mengembalikan kebahagiaanmu, maka akan ku lakukan.

Tapi Baekhyun.... apakah nyawaku cukup?

.

.

.

Windflower

.

.

.

Chanyeol berjalan memasuki kamar dengan membawa nampan di tangannya. Pria itu lalu kemudian duduk di tepi ranjang setelah meletakkan makan siang yang ia bawanya untuk istrinya yang kini sedang sakit.

"Nam ahjumma membuat bubur ini untukmu. Kau makan ya," kata Chanyeol mengaduk bubur cair itu, lalu menyodorkan satu sendok suapan mendekati bibir pucat Baekhyun. "Ayo, ku suapi," bujuknya.

Baekhyun tetap bergeming, membuat Chnayeol menghela napas pelan dan menarik tangannya. Menatap dengan iba istrinya. Sudah seperti ini selama dua minggu lebih, dan itu membuatnya sangat khawatir.

"Ku mohon kau harus makan. Harabeoji pasti akan sangat sedih melihatmu seperti ini, Baekhyun-ah."

Mendengar kata kakek membuat mata Baekhyun kembali memanas, lalu sebutir air mata jatuh dari kelopak matanya yang sudah memerah. Sungguh Chanyeol ikut merasakan sakit saat melihat Baekhyun yang seperti kehilangan jiwanya seperti sekarang.

Tapi apa yang bisa ia lakukan?

"Kalau begitu susu saja, ya?" katanya sambil meletakkan mangkuk tadi dan beralih mengambil segelas susu, memberikannya lagi. Bersyukur kali ini Baekhyun bersedia meminumnya. Meskipun tidak sampai habis.

"Aku harus kembali, masih ada kelas sore."

Chanyeol memang sengaja pulang untuk melihat keadaan istrinya di sela jadwalnya mengajar. Ia merasa harus memastikan keadaan Baekhyun meskipun di rumah ada bibi Nam yang menjaga.

Ditatapnya Baekhyun hanya mengangguk lemah, mengiyakan.

Sepeninggalan Chanyeol, Byun Baekhyun turun dari tempat tidurnya, berpindah ke balkon yang ada di dalam kamarnya. Di sana ia menaiki ayunan gantung dan meringkuk seperti janin. Baekhyun bisa merasakan angin dingin dengan aroma petrichor yang menenangkan.

Hanya sekejap, kemudian kembali hampa dan kosong.

Kehilangan orang yang paling penting, yang paling berarti, dan yang paling ia cintai. Rasanya seolah juga ingin ikut mati. Tapi siapa ia? Baekhyun tidak bisa melawan takdir Tuhan. Hidup dan kematian adalah hal yang sudah tergaris. Begitulah keyakinannya.

Sekarang satu-satunya yang terasa menyakitkan adalah penyesalan. Setelah kakeknya berpulang. Ia akan menghadapi kehidupan yang tidak membahagiakan ini seorang diri. Baekhyun harus hidup bersama orang yang tidak ia cintai sama sekali.

Baekhyun terisak lemah. Tangannya bergerak mengusap perutnya yang rata. Ia mencoba merasakan sesuatu, sebuah kehidupan.

Chanyeol memang tidak mengetahui fakta bahwa dirinya tengah mengandung. Dokter memberitahu ketika Chanyeol sibuk mengurus pemakaman kakek. Mengetahui hamil anak dari suaminya sendiri, sama sekali tidak membuat Baekhyun bahagia. Hal itu malah menambah duka lara saat ia kehilangan orang yang paling dicintainya.

Seolah-olah dunia sedang menghukumnya atas dosa yang tidak ia lakukan. Mengapa semua ini terasa sangat tidak adil?

Kenapa dirinya harus mengandung anak dari pria yang sama sekali tidak Baekhyun cintai.

Windflower ; ChanbaekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang