Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Satu satu dari pemuda serta pemudi yang memasuki rumah kayu di tengah hutan itu keluar, ada yang saling berangkulan, memainkan ponsel dan ada juga yang mengobrol sambil tertawa sambil memainkan ponsel.
Seolah tak ada sesuatu yang baru terjadi, satu satunya yang tersisa di dalam rumah kayu itu adalah pemuda Lee, yang kini sedang mengancingi kemejanya dengan tangan yang bergetar hebat. Punggung tangannya mengusap area sudut mata yang basah oleh air mata.
"Anjing! Warna pink?!"
"Jie? Lu sange?"
"Ihh kamu! Gak puas kamu sama punya aku!" Chenle memukul kepala belakang kekasihnya, mengetahui bila yang dibilang Yeri benar.
Sedangkan Jeno kini yang ditelanjangi hanya bisa memejamkan mata dengan wajah memerah, badannya menjadi bahan tontonan.
Belum lagi tangan dan kakinya di cekal, ia tak bisa berbuat banyak bahkan untuk menyembunyikan wajah saja tak mampu.
"Mngh!" Suara desah si Taurus tertahan ketika kemaluannya di diremas entah oleh siapa. Kedua kakinya yang ingin merapat bergetar, berusaha memberontak.
Dirasa penampilannya sudah rapi, ia merasa tertarik untuk menelusuri rumah itu. Sayup-sayup dari tempatnya berdiri kini masih terdengar suara para temannya yang mengobrol diluar rumah.
Beberapa area didatangi, mulai dari sofa yang telah usang, beberapa pintu kayu terkunci, meja makan dan yang terakhir meja dekat dapur. Dimeja itu teletak beberapa foto jadul yang begitu usang, gambarnya tak jelas dan mulai pudar.
Ketika jemarinya menyentuh permukaan dari meja itu, keningnya menyeringit heran. Tak ada satupun debu yang menempel. Pandangannya langsung mengarah ke seluruh penjuru rumah.
Benar juga.
Ia baru menyadarinya, jika ini rumah terbengkalai tak lagi ditinggalin pasti sudah tak terawat dan berdebu. Tapi rumah ini berbeda, meski barangnya usang dan kuno tak ada debu di berbagai tempat.
Matanya tertuju pada lemari kayu yang terdapat banyak tumpukan kertas usang sudah berwarna kecoklatan. Kening si Taurus mengerut, ia mengambil satu kertas dari tumpukan itu.
Dikertas yang sudah termakan waktu itu menerangkan pencarian orang hilang, sayangnya tak banyak yang Jeno tangkap karena kondisi kertas yang sudah tua.
Di kertas lainnya seperti koran juga kurang lebih menjelaskan pencarian orang hilang, lalu kasus pembunuhan.
Dengan cepat Jeno keluar dari rumah itu, merasa dirinya mulai tak nyaman masuk kedalam hunian seseorang tanpa permisi.
Huft~
Ternyata para temannya sedang berpencar di sekitar rumah, asik dengan dunia masing-masing. Hingga sayup-sayup mendengar bunyi sesuatu. Semakin lama suara itu semakin jelas dan nyata, Jeno berbalik beberapa kali ke kiri dan kekanan memastikan sumber suara itu berasal dari mana.
Ternyata yang menyadari hal itu bukan Jeno saja, yang lain juga mendengarnya. Dengan spontan saling mendekat melihat sekitar bersamaan.
Guk! Guk! Guk! Ngiingkk~
Mata Jeno membulat, suara anjing yang melengking. Dengan cepat langkah kakinya mendatangi sumber suara, para temannya yang melihat kepergian Jeno saling berpandangan.
Tak jauh dari hunian rumah kayu itu, ada pohon besar nan rindang. Akar pohonnya besar merambat dipermukaan tanah, dibalik itu akhirnya Jeno menemukan seekor anjing putih berbulu lebat terjepit diantara akar yang melengkung.
Tergerak hatinya untuk membantu karena kasihan dengan makhluk bermoncong tersebut. Namun, baru beberapa langkah mendekat, insting hewan yang peka membuat si anjing kembali menggonggong marah, menyalak merasa terancam dengan kehadiran Jeno.
"Tenang, tenang. Kumohon tenanglah, aku hanya ingin membantu .... " Ucap Jeno lembut dengan kedua tangan terayun kedepan, meski tak lagi menyalak anjing itu masih menatap waspada dengan raut marahnya.
Pemuda Lee itu jadi takut-takut dan waspada mendekati binatang berkaki empat tersebut. Sedikit menjaga jarang dengan tangan yang terulur panjang berusaha melepaskan kaki si anjing yang terjepit.
"Oh my God! Puppy!"
Jeno terkejut dengan suara cempreng yang begitu nyaring terdengar, sampai-sampai ia terduduk dan mundur secara refleks takut juga digigit si anjing.
Itu Chenle dan teman lainnya yang datang menghampiri Jeno. Tanpa takut si anak sultan itu mendekati anjingnya, karena biasanya anjing bulu putih mirip serigala itu jinak dan friendly.
Grr~
Krauk!
"AKHH!" Suara jeritan berasal dari Chenle memekakkan telinga, Jeno sampai menutup kedua telinganya pakai tangan sambil memejam.
Gigi runcing di anjing mengigit permukaan epidermis tangannya sampai koyak. Melihat itu Ji-Sung langsung menendang si anjing, lalu menginjaknya berulang kali tak memberi kesempatan si anjing untuk memberontak, lagian kakinya masih terjepit.
Tak banyak yang bisa dilakukan hewan malang itu hingga akhirnya tewas. Jeno syok ditempat menyaksikan ke brutalan Ji-Sung, ia sampai melongo membatu ditempat meratapi mayat di anjing yang mati dengan perut koyak dan isi dalamnya keluar.
"Kau tak apa-apa?" Tak merasa bersalah, Ji-Sung malah berjongkok didepan Chenle memastikan keadaan pria manis yang memegangi tangan kanan bersimbah darah itu merintih kesakitan sambil menangis.
"Ji-Sung! Cepat bawa Chenle ke tenda!" Suara Mark menyadarkan Jeno, semuanya panik dan mulai mengekori Ji-Sung yang menggendong si korban menuju tenda.
Meninggalkan Jeno seorang diri.
...
Keringat yang mengalir di pelipis Jeno diseka dengan lengan kemeja. Kedua telapak tangannya kotor oleh tanah, setelah berhasil menguburkan mayat si anjing.
Jeno mundur beberapa langkah melihat gundukan tanah coklat itu, ia tadi menggali tanah dengan bantuan ranting pohon lalu mengoker-oker seperti kucing agar mendapatkan lubang yang lumayan dalam.
"Semoga tenang ... " Lirihnya sebelum pergi dengan lesu menuju ke tenda teman-teman yang lain.
Setelah kepergian Jeno, kuburan yang tadi dibuatnya kini dihampiri seseorang dengan jubah plastik hitam langsungan, kedua tangan orang misterius itu mengepal lalu membongkar kuburan itu.
Ia berjongkok saat melihat anjing peliharaannya tewas menggemaskan, terdiam memandangi lama sebelum berdiri tegak.
"Nyawa dibalas nyawa," ucapnya sebelum menyeret si mayat anjing menuju rumah kayunya.
Pada dasarnya, sosok itu menyaksikan semuanya. Sebab ia telah memantau kawanan kemah itu sejak pertama kali membangun tenda di kawasan hutan Pinus ini dengan illegal.
[]
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.