Dos ✓

679 63 0
                                        

Plak!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Plak!

Pipi kanan Jeno yang mulus kini memerah karena tamparan pedas Yeji. Semua orang di sekitar bus pemberangkatan asik dengan dunia masing-masing, tak memperdulikan keributan yang terjadi meski ada beberapa yang melirik diam-diam.

"Maaf Ji. Aku benar-benar gak sengaja." Sudah berapa kali Jeno meminta maaf pada gadis itu, tadi ia tak sengaja menyenggol lengan Yeji saat kerepotan membawa banyak tas milik anak kelas dan naasnya kamera yang ada ditangan gadis itu terjatuh.

Yeji jadi murka dan tutup telinga soal permintaan maaf. Padahal yang salah juga dirinya terlalu asik mengambil gambar tanpa memperhatikan sekitar dan tak menjaga kameranya dengan baik sehingga disenggol dikit saja kamera itu jatuh dari tangan.

"Gak mau tau ya, pokoknya harus ganti rugi! Ini mahal tolol!" Yeji menarik rambut Jeno geram, mengarahkan kameranya yang rusak tepat didepan wajah pemuda Lee itu, beberapa kali membenturkan benda itu di kening Jeno.

"Sa-sakit, Ji."


"Kepala sekolah datang!" Pekik salah seorang dari mereka memperingati.

Sebenarnya disana bukan hanya ada mereka, tapi lima kelas yang seangkatan juga ada. Bersiap-siap pergi ketempat tujuan kemah masing-masing. Hanya saja kelas mereka yang terlihat heboh dan riweh dengan banyak bawaan, foto sana sini.

Semua kelas dua di briefing oleh kepala sekolah, dan bertepatan dengan itu, wali kelas mereka berhalangan hadir karena sakit. Seharusnya kelas mereka ditunda karena tak guru yang mau menggantikan untuk mendampingi, tapi mereka ngotot tetap ingin pergi lalu mencela si wali kelas gak kompeten.

Semua murid masuk kedalam bus masing-masing dan bersiap untuk berangkat. Namun ada sedikit problem pada bus terakhir, bus yang di tempati oleh kelas Jeno. Dimana pemuda Lee itu tak mendapat tempat duduk.

Padahal ada beberapa kursi yang kosong tapi orang disebelahnya tak mau duduk bersama Jeno. Alhasil supir bus menegur dan membuat Jeno didorong salah satu siswa dan terjatuh ke kursi panjang paling belakang.

Tanpa sengaja Jeno terjatuh meniban Renjun yang sedang memejamkan mata sambil mendengarkan earphone. Tentu pemuda aries itu terkejut dan refleks memeluk pinggang Jeno ketika keduanya bertatapan dengan jarak dekat, sebelum ia sadar dan menjauhkan Jeno dari atasnya.

Beberapa dari mereka yang duduk di samping renjun langsung menyingkir, barang-barang bawaan yang tak cukup masuk bagasi ditumpuk pada Jeno.

Setidaknya ia bersyukur, sebab masih mendapatkan tempat duduk layak dalam perjalanan panjang menuju hutan Pinus bagian Utara, meski sulit bergerak.

...

Pagi berangkat dan kini telah sampai pada siang menjelang sore. Barang bawaan yang banyak, tak mungkin mereka gotong masuk melewati gerbang utama.

Dengan akal cerdik nan licik, mereka menyeludupkan barang-barang itu ke sisi lain pagar dilempar masuk, tentunya diarea aman tanpa penjaga.

Setelah mereka masuk melalui gerbang depan beriringan dengan pengunjung lain barulah menggotong barang itu bersama-sama ketitik tempat kemah yang akan didirikan.

Hutan pinus ini begitu luas, hampir seluruh di daerah kawasan Utara Neo City bagian dari hutan tersebut. Selain jadi objek wisata, tak jarang pula ada beberapa kasus kriminal dihutan ini.

Misalnya ditemukan beberapa mayat gantung diri, orang hilang yang tak pernah kembali.

Salah satunya juga menyimpan kisah horor yang menjadi misteri. Namun panorama yang disajikan begitu memanjakan penglihatan, dan keasriannya masih begitu terjaga.

Makanya tempat ini hanya di jadikan objek wisata tanpa di perijinkan untuk para pengunjungnya berkemah dan sebagainya karena sulitnya mem back up seluruh area.

Karena tempat yang luas, para penjaga hutan tak bisa mengontrol sudut ke sudut penjuru hutan, bermodalkan pengeras suara yang terpasang dibeberapa meter setiap bagian hutan, itu menjadi pertanda jika masa waktu kunjung telah berakhir bila ada bunyi terompet.

Ada juga penunjuk jalan.

Setiap pengunjung yang masuk diberi alat kecil berupa kotak yang memiliki satu tombol diatasnya, terhubung dengan kantor pusat penjaga yang berada dipinggir hutan. Jika ada pengunjung yang tersesat atau terlalu jauh menelusuri hutan, maka ketika tombol itu di pencet alat radar di kantor akan menangkap sinyal dan segera mendatangi sumber.

Malam menjelang, para kawanan siswa yang tadinya berjumlah 23 orang, beberapa tidak jadi ikut serta dan memilih pulang begitu jam kunjungan berakhir.

Sisanya hanya sekitar 16 orang mendirikan tenda di tempat agak dalam yang tak jauh dari air sungai.

Totalnya ada 7 tenda yang di dirikan. Saat sore menjelang, beberapa murid laki-laki yang sebelumnya mencari rating kayu yang berjatuhan mulai menyalakan api unggun.

Sebagian wanita di sana memainkan ponsel, membuat vlog atau media sosial. Memamerkan pada dunia bila mereka ada di hutan yang sekarang sedang menjadi topik hangat.

"Gila, baru 8 menit lalu di upload udah 500 orang aja yang ngelike." Yeji tampak exited, belum pernah mendapatkan jumlah like sebanyak ini dalam waktu singkat, terlebih pengikut akunnya saja belum mencapai 500 orang.

Yeji memperlihatkan hal yang menurutnya spektakuler pada para temannya, yang lainnya juga begitu mengikuti jejak Yeji lalu mengobrol, saling bercanda pada teman di samping.

Berbeda dengan Jeno yang hanya diam ditempat dengan jarak yang lumayan terisolir dari yang lain, menumpu dagu pada tekukan lutut menatap api unggun dengan keheningan.

Yang lain duduk mengitari api unggun, padahal diatas sana rembulan sedang bersinar dengan terang tapi sayang pohon yang tinggi menjulang menutupi cahaya bulan menembus tempat mereka, satu satunya pencahayaan hanya dari api unggun.

Agak ngeri jika di lihat-lihat, bulu kuduk Jeno saja sampai merinding melihat sisi gelap penjuru hutan. Apalagi ini bisa dikatakan masuk pada area tengah hutan. Dimana jika mau keluar dari sini harus berjalan kaki beberapa jam hingga sampai di pos penjaga gerbang.

Jeno tak berani membawa pandangannya melihat sekitar, hanya kayu yang terbakar api tontonannya saat ini. Entah kapan ini semua berakhir baru beberapa jam disini ia sudah tidak betah, begitu berbanding terbalik dengan temannya lain yang terlihat bersemangat.

Whush~

Helaian rambut Jeno yang sedikit panjang terbang ketika angin berhembus lumayan kencang, badannya refleks merinding. Tanpa sadar membawa pandangannya mengarah ke arah pohon besar tak jauh dari keberadaannya.

Mata bulat itu melotot melihat seseorang bertudung hitam seperti jas hujan berdiri mengarah tenda. Tangan yang tertutup mantel jaket mencoba untuk mengucek mata, menjelaskan pandangan.

Begitu dilihat lagi, sosok itu telah hilang. Ia melihat sekeliling, hanya ada kegelapan dan kesunyian. Tak ingin membuat diri semakin parno, Jeno menangkup kepala dilipatan tangan hingga tak sadar mulai tertidur.

[]

Special on March 27, 2023

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Special on March 27, 2023.

PSYCHO - JAEMJENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang