chapter 2

0 0 0
                                    

murid kelas D

Pada hari kedua sekolah, meskipun secara teknis merupakan hari pertama kelas,

sebagian besar hari itu dihabiskan untuk interviu kebijakan dan peraturan. Banyak

siswa yang memiliki harapan punuh benar-benar terpesona oleh betapa baik dan

ramahnya para guru. Setelah membuat keributan yang besar beberapa hari yang

lalu, Sudou dibiarkan saat ia tidur sendirian dengan nyenyak di kelas. Para guru

melihat dia tidur, tapi tidak ada yang membuat peringatan untuk menghentikannya.

Lagipula, memutuskan untuk mendengarkan pelajaran atau tidak adalah pilihan

kita, sehingga guru tidak akan tidak peduli. Apakah ini cara guru berinteraksi

dengan siswa yang bukan lagi bagian dari pendidikan wajib?

Dalam suasana santai ini, segera menjadi waktu untuk makan siang. Sambil bangkit

dari tempat duduk mereka, para siswa mulai pergi makan siang bersama kenalan

mereka. Aku tidak bisa menahan diri untuk tidak mendekati orang lain. Sayangnya,

aku tidak bisa berteman dekat dengan teman sekelasku.

"Menyedihkan"

Satu-satunya orang yang melihat perasaanku mengejekku.

"... apa yang menyedihkan?"

" 'Aku ingin seseorang mengajakku, aku ingin makan siang bersama seseorang.'

Pikiranmu sangat jelas. "

"Kau juga sendiri, tidakkah kau merasakan hal yang sama? Atau apa kau berencana

untuk tinggal sendirian selama tiga tahun ke depan?"

"Ya, aku suka sendirian."

Dia menjawab dengan cepat, tanpa ragu sedikit pun. Sepertinya dia benar-benar

merasa seperti itu.

"Daripada mengkhawatirkanku, khawatirkanlah dirimu sendiri."

"Baiklah ..."

Lagi pula, bukan aku yang dengan bangga mengatakan bahwa aku tidak bisa

berteman.

Sejujurnya, sepertinya masa depan akan menyusahkan karena aku tidak bisa

mendapatkan teman.

Bagaimanapun, sendirian juga mencolok. Jika aku menjadi sasaran intimidasi, tentu

aku akan menjadi mencolok.

Tidak lama setelah bel berbunyi, separuh kelas menjadi kosong.

Orang-orang yang ditinggalkan entah itu ingin pergi tapi sendirian seperti ku,

tertidur dan tidak memperhatikan, atau suka dengan kesendirian seperti Horikita.

"Aku sedang berpikir untuk pergi makan, apakah ada yang mau ikut dengan ku?"

Hirata berkata sambil berdiri.

Dengan pemikiran seperti itu, dia terlihat seperti riajuu sejati.

Aku telah menunggu juruselamatku datang. Ini adalah kesempatan sempurna

bagiku.

Hirata, aku datang sekarang. Mengeraskan sarafku, perlahan aku mengangkat

tanganku.

classroom of elite full volumeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang