BAB 2

132 10 0
                                    

Happy reading

“Sudah siap??” Lee menenteng helmnya, ia terlihat agak ‘berbeda’ dari biasanya. Atau hanya perasaan Emily saja.

“Emm... sepertinya ada yang agak berbeda darimu??tapi apa ya? Kau merapikan rambutnya ya..”

“Aku bosan, makanya aku potong dan rapikan sedikit, tak apa kan?”Lee agak malu-malu mengakuinya.

“Bagus kok, gaya awut-awutanmu itu membuat sumpek pemandangan tau, ini jauh lebih baik.” puji Emily.

“....” Lee bergumam tak jelas. Di punggung Lee menggendong tas yang lumayan cukup besar volumenya.

“Apa yang kau katakan?”

“Ah tidak, ayo segera berangkat.”

@@@

Motor Lee melaju kencang tapi teratur. Sudah sekitar setengah jam lebih,tapi mereka belum juga sampai tujuan.

“Sebenarnya kita mau kemana?” Emily mulai penasaran

“Nanti juga tahu.” hanya itu jawaban Lee dari tadi jika ditanyai kemana tujuan mereka. Agak aneh memang karena mereka hanya berdua, biasanya ada Elisa. Dan Emilypun memilih diam dalam sisa perjalanannya

@@@

“Gimana udah kumpul semuanya belum??” Elisa terlihat berbicara dengan seorang laki-laki berumur sekitar dua puluh tahunan yang ada disebelahnya. Ia berjalan menyusuri lorong yang bercahaya remang-remang, dibelakangnya ada seorang lagi

Laki-laki itu hanya mengangguk pelan.

“Tenang saja, kau pasti akan disambut baik oleh mereka.” Elisa menatap pada seorang lagi yang berada dibelakangnya, yang ini sepertinya seumuran dengan Elisa, ia seperti mencoba memantapkan hatinya.

Lorong itu berakhir pada sebuah pintu besar. Laki-laki disebelah Elisa menarik gagang pintu, tangannya terlihat kokoh dan terlihat pula beberapa bekas luka yang sepertinya cukup dalam.

Dalam ruangan itu, tampak cahaya yang lebih terang daripada di lorong, didalamnya sudah berkumpul beberapa orang, jumlahnya sekitar dua puluh lima orang. Mereka duduk berjajar mengelilingi meja kayu besar yang umurnya sepertinya sudah sanga tua.didalam ruangan tak ada lagi perabot lain kecuali meja kayu besar itu dan beberapa kursi lainnya,tapi disetiap sisinya terdapat masing-masing sebuah pintu yang menuju entah kemana.

Semuanya langsung memandang pada Elisa dan kedua orang disebelahnya. Terdengar gumaman lirih diseluruh ruangan, entah menggunjungkan apa. Tapi Elisa hanya tersenyum tipis. Ia berjalan ke tempat duduknya, sementara laki-laki yang lebih tua darinya duduk di kursi utama diikuti oleh yang satunnya, tapi ia tak kebagian tempat duduk, ia hanya berdiri disamping laki-laki yang berumur dua puluh tahunan itu.

“Semuanya sudah berkumpul??” suara laki-laki yang duduk di kursi utama itu menggema diseluruh ruangan menghentikan dengungan-dengungan tak jelas. Beberapa orang menjawab dengan anggukan kecil dan yang lainnya mengiyakan.

“Kalau begitu langsung saja. Aku ingin memperkenalkan anggota baru pada kalian. Dia adalah adikku sendiri, Zion Olivanus.”

“Mohon kerja samanya..” laki-laki yang bernama Zion itu membungkuk dalam.

“Zorovic,apa dia bisa jadi pemburu sepertimu?” celetuk salah seorang.

“Jangan meremehkan!!” nada Elisa meninggi.

“Dia bisa lebih dariku nantinya, aku sendiri yang akan melatihnya.”terang Zorovic,nadanya begitu datar dan amat terkontrol emosinya.

Suasana ruangan itu kembali gaduh oleh dengungan beberapa orang, entah meremaehkan atau mengandalakan, semuanya menggunjing.

Magical of ZeelagoysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang