BAB 4

112 9 0
                                    

Apa ini mimpi?

Bukan, ini nyata, amat nyata. Bukan bunga tidur yang akan hilang jika kau terbangun. Atau khayalan dari petualangan bawah sadar yang yang tak masuk akal. Ini real, benar-benar terjadi, nyata didepan mata kepala Emily.

Tak sempat Emily menjerit, apalagi berteriak meminta tolong. Orang atau mungkin bisa dibilang sesosok makhluk didepan Emily ini, secepat kilat membekap mulut Emily. Emily hanya melihat sekilas sosok didepannya ini sebelum terjebak dalam bekapan tangannya yang kokoh. Ia tadi dengan jelas melihat ada sepasang sayap berwarna hitam pekat terpasang pada punggung sosok berpenampilan ala scream ini. Sesaat Emily mengira itu hanya sayap kostum halloween. Tapi sayap itu terkembang melebar.

Emily berontak, namun tangan si pembekap terlalu kuat. Ia mengeram, tak bisa berteriak.

"Percuma saja", kata makhluk itu lirih. Dan hal yang tak pernah Emily sangka sebelumnya, yang hanya ia rasakan dalam mimpi-mimpi yang belum lama ini ia alami. Emily terbang, kakinya tak memijak pada bumi.

Emily gemetaran, tangan yang tadi mencengkeram lengan si makhluk bersayap untuk melepaskan diri, kini ia mencengkeram kuat karena ia takut terjatuh. Ia ketakutan setengah mati. Laju angin yang menerpa dirinya menambah gigilalan tubuhnya. Ia sama sekali tak menikmati ini, jauh dari mimpinya tentang melayang diantara awan-awan. Bahkan langit yang penuh temaram bintangpun menjadi hal yang menakutkan.

@@@

Ia mendarat di sebuah tempat yang belum pernah ia kunjungi sebelumnya. Tanahnya agak basah dan ditumbuhi rumput liar. Tak jauh dari situ, Emily bisa melihat sebuah danau yang menurutnya cukup luas dan dalam, ia tak bisa melihat dengan lebih jelas lagi karena gelap menguasai.

Emily berpikir keras merencanakan usahanya untuk melarikan diri. Tapi bagaimana? Dan pula, apa yang sebenarnya diinginkan oleh makhluk ini?

"Larilah..." perintah si makhluk bersayap.

Ia melepas bekapan Emily. Emily heran, ia tak salah dengarkan? Makhluk ini menyuruhnya lari?. Tanpa menunggu aba-aba lagi, Emily lari sekuat tenaga. Tapi ia bungung mau lari kearah mana.

Danau yang nenakutkan? Tidak.. lagipula Emily tak bisa berenang. Emily lebih memilih lari ke arah pepohonan. Hubungi sesorang. Itu yang terlintas dipikiran Emily.

Polisi? Tidak tidak tidak... prosedurnya terlalau lama. Ibu? Elisa? Atau Lee? ia merogoh ponsel di saku jaketnya. Siapa..siapa....

911

Polisi juga akhirnya yang dipercaya Emily.

"911 sebutkan nama, kejadian, tem..."
Suara diseberang telphone langsung diptong Emily dengan cepat "Emily Zeelagoys, entah dimana aku hanya melihat danau yang lumayan luas..." napas Emily terpotong-potong. "Di sekitarnya banyak pohon tua, dan jangan anggap aku gila, ada seorang yang berusaha membunuhku, ia punya...ia punya sayap." Ia memberi penekanan pada kata sayap. Kakinya agak bergetar, Emily terus berlari tanpa menengok kebelakang lagi. "Halo...halo...???"

Tak ada jawaban dari seberang telephone.

Sial....

Ia langsung menekan angka dua

Langsung setelah terdengar nada angkat, "Ibu, tolong..."

Ponsel Emily jatuh saat tubuh Emily tertarik oleh sesuatu. Sebuah energi tak terlihat menariknya ketempat semula ia mendarat, tepat didepan makhluk tadi. Bunyi debam terdengar dari jatuhnya tubuh Emily.

"Ergh...." erang Emily. Punggungnya terasa sakit sekali.

"Manusia bodoh...kau tak bisa lari dari cengkeramanku sekuat apapun dirimu!!!hahaha..." makhluk itu tertawa merendahkan. Ia juga mengacungkan sesuatu kewajah Emily, sebuah tongkat yang panjangnya sekitar 40 cm lebih.

Emily berusaha bangkit, tapi kaki kanan makhluk itu menginjak bahu kanan Emily dan menahannya tetap ditanah.

Ya tuhan....bagaimana ini..apa yang harus aku lakukan. Batin Emily. Ia meraih-raih sesuatu, apapun yang ada disekitarnya.

"Terima sajalah nasibmu, kau akan segera mati ditanganku!!" Si makhluk mengeluarkan sesuatu dari balik jubahnya. Yang satu ini tak terlihat seperti tongkat. Emily tak bisa melihatnya dengan jelas. Tapi benda itu memancarkan sinar terang berwarna kehijau-hijauan.

Hap. Emily memperoleh sesuatu. Ditangannya kini tergenggam sebuah batu. Seburuk apapun keadaannya aku tak akan pernah menyerah!!! Tekad Emily. Walau kau bilang seperti itupun aku tak akan mati begitu saja tanpa perlawanan.

Ia merunduk mendekati wajah Emily. "selamat tinggal gadis kecil...." sambil tetap merunduk ia mengangkat tinggi-tinggi benda bersinar yang ia keluarkan tadi. Ia bersiap-siap menghujamkannya pada Emily

"Tidak, kau tak bisa. Dasar brengsek...terima ini" dengan seluruh tenaga yang Emily miliki, ia menghantamkan batu yang ia peroleh ke wajah si makhluk.

Aaaaaaarrrrgghhh....

Teriakan kesakitan dari mulut makhluk tersebut membahana melewati relung-relung pepohonan. Benda yang semula akan merenggut jiwa Emily terlempar dari tangan makhluk itu. Tangannya ia gunakan untuk memegangi wajahnya yang terluka dan berdarah

Tak menunggu apa lagi, Emily bangun dengan kedua tangannya dan lari.

"Bedebah kecil kurang ajar!!! Beraninya kau!!!" umpat si makhuk.

Emily mendengarnya tapi ia tak mengacuhkannya, ia terus saja berlari. Dan tentu saja ke arah hutan. Yang ada di pikiran Emily saat ini adalah lari lari dan lari secepat yang Emily mampu.

Yah.. hampir sampai sedikit lagi

@@@

Emily hampir sampai ke area pepohonan tetapi lagi-lagi sebuah energi menariknya kembali. Kali ini Emily dilempar jauh kearah danau. Alhasil ia jatuh ke air dengan keras. Suara deburan airnya mengalahkan teriakan si makhluk tadi.

Bbbyyyuuuuurrrrr..........

Terbanting ke air dengan hebat, tubuh Emily merasakan sakit yang luar biasa, rasanya hampir seperti terbanting ditanah. Teriakannya tak lagi bersuara dalam air. Hanya gelembung-gelembung udara yang keluar dari mulut kecilnya.

Tidak... kenapa air..aku tak bisa berenang.

Seluruh badan Emily tenggelam dalam air. Air langsung memenuhi teliganya dan menghalangi gendang telinga Emily dari suara yang ada. Air danau yang keruh hitam menghalangi penglihatan Emily. Ganggang-ganggang menjalar mengerumuni Emily serta tumbuhan air yang hidup didanau seperti menaari-nari membuat kengerian tersediri bagi Emily. Tangan Emily berusaha menggapai apapun yang ada diatas keplanya, tapi yang ada hanya air.

Ya tuhan...apa aku hanya akan berakhir disini..?? apa mimpiku waktu itu berarti kamatianku hari ini??

Napas Emily menipis, rasa panas menjalar di rongga paru-paru Emily. Kakinya terus menendang tak karuan, dan ia tak juga sampai kepermukaan

Emily hampir putus asa ketika akhirnya ada yang menarik tangan Emily. Tapi ada rasa was-was yang juga menggelayut, dia mau menolong Emily ataukah si penarik itu makhluk yang bernafsu ingin membunuh Emily tadi.

Emily sudah tak bisa menahan napasnya lebih lama lagi, kepalanya berdengung dan dadanya serasa mau meledak. Dan disaat terakhir itulah, Emily dengan samar-samar melihat wajah yang terus berusaha menariknya keatas. Emily sempat berusaha melepaskan tangannya dari orang itu saat ia melihat ada sayap dipunggungnya, Emily kira dia makhluk yang tadi, tapi bukan. Dia bukan makhluk yang tadi, sayapnya terlihat putih bersih walau berada dalam air yang keruh. Maka Emily tak jadi melepaskan tangannya, lagipula tenaganya sudah habis terkuras.

Bersambung..

Magical of ZeelagoysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang