(26) Dua Nyawa

556 19 7
                                    

Bagas Adi Nugroho

Aku bingung karena dari kemarin Dhira gelisah. Semenjak pulang nonton bola di stadion sampai sekarang. Bahkan tidurpun masih gelisah. Entah apa yang mengganggu pikirannya. Setiap ku tanya dia tidak pernah mau menjawab. Ya sudah ku biarkan dulu, kalau sudah saatnya nanti dia cerita sendiri tanpa diminta. Dan pagi ini dia betul-betul aneh, ketika ku bangunkan untuk subuh kemudian dia sudah menuju ke kamar mandi tetapi malah kembali lagi ke kamar mengambil sesuatu dari tasnya, kemudian kembali lagi dan di kamar mandi cukup lama. Puncak keanehannya adalah sekarang dia masih berada di kamar mandi setelah subuh tadi. Aku khawatir sekali. Aku menuju ke kamar mandi

"Sayang" panggilku, tidak ada jawaban "Dhira" panggilku lagi "Kamu gapapa kan?"

Pintu kamar mandi dibuka. Wajahnya kusut

"Kenapa? Ada apa?"
"Kita ngomong di kamar" kata Dhira

Aku bingung, aku salah apa? Kenapa Dhira marah? Aku memintal memoriku, sepertinya aku tidak berbuat apapun. Aku mengekor Dhira dan ikut duduk di kasur. Kemudian dia menarik nafas dalam

"Aku gak expect ini cepet terjadi di kita, aku belum ada persiapan apapun, kita belum pernah ngomongin tentang ini sebelumnya" Ya Allah apa ini maksud Dhira, jantungku berdetak 2 kali lipat lebih keras "Aku gaktau ini kabar baik atau kabar buruk buat kamu. Tapi apapun keputusan kamu, gak akan merubah keputusanku" Apa lagi maksud Dhira sekarang, perasaanku campur aduk

Dhira menyerahkan sesuatu yang aku tahu itu adalah testpack, alat pendeteksi kehamilan. Ada  alat yang Dhira tunjukkan padaku. Semuanya menunjukkan bahwa Dhira sedang hamil. Aku menatapnya

"Aku hamil, Mas" katanya

Duarrrr!!! Kejutan luar biasa pagi ini. Aku masih mencerna keadaan. Bukan tidak mensyukuri, tapi aku kaget. Sama seperti Dhira. Aku tidak expect akan secepat ini, kami juga sama sekali belum membicarakan tentang hal ini sebelumnya. Tapi sungguh, ini kabar baik, sangat baik. Aku memeluk istriku

"Mas, aku mau mempertahankan bayi ini, entah kamu setuju atau tidak" katanya
"Loh, aku belum bilang apa-apa masa kamu udah menyimpulkan sih?"
"Ya karna aku pikir karier kamu di bola lagi bagus-bagusnya, kamu mungkin pengen fokus di karier dan gakmau terganggu dengan urusan lain. Kalaupun bener gitu aku beneran gapapa. Kamu fokus ke kariermu, aku fokus ke bayi ini"

Aku menggenggam kedua tangannya. Menatap wajahnya yang sangat cantik ini dalam waktu yang lama

"Udah ya? Aku boleh gantian ngomong?" Tanyaku "Aku belum bilang apa-apa tapi kamu udah menyimpulkan aja" dan dia hanya menunduk "Sayang, peranku itu menjadi pendamping kamu, aku akan dukung apapun keputusan kamu, tapi tentang ini aku gak setuju sama kamu" kataku
"Gak setuju?" Tanyanya kaget
"Aku gak setuju kalo kamu suruh aku hanya fokus di karier, aku juga mau ikut membesarkan anak kita" kataku sambil mengusap pipinya "Dia darah dagingku. Aku juga berhak dan berkewajiban atas anak ini. Kalo kamu tanya perasaanku sekarang, jujur aku masih mencerna kejadian ini, sama seperti kamu. Semuanya terjadi begitu cepat, diluar ekspektasiku, tapi ini adalah rejeki yang sangat luar biasa, rejeki yang mungkin sangat diidam2kan orang lain di luar sana dan Allah memberikan kita kepercayaan ini. Ucap syukur alhamdulillah dulu, sayang" Kami mengucap hamdalah dan bersyukur atas rejeki ini "Kita jaga dan rawat kandungan ini, sampai nanti setelah dia lahir kita urus dan rawat dia sama2. Ya?" kataku
"Trus karier kamu di bola? Kalo kamu jadi gak fokus gimana?"
"Justru kehadiran dia membuat aku makin semangat. Semangat mencari rejeki lebih banyak untuk menjamin masa depan dia, yang artinya aku harus berusaha berkali-kali lipat dari biasanya. Motivasiku bertambah, Dhir. Dari awalnya menghidupi kamu sekarang jadi menghidupi anak kita juga"
"Jadi kita rawat dia sama2?"
"Pasti, sayang" kataku sambil memeluk dan menciumnya

⚽⚽⚽

Aku bersyukur Allah memberi kami kepercayaan seperti ini. Sungguh kejadian yang belum ada dibayanganku sebenarnya. Tapi aku tau, Allah memberi kami kesempatan ini karena kami mampu. Hari ini kami memutuskan untuk ke obgyn, agar kami berdua semakin yakin bahwa Dhira memang benar hamil. Hari ini sepulang latihan aku akan menemani Dhira ke obgyn untuk memeriksakan kandungan Dhira sebelum aku harus berangkat ke Jayapura untuk bertanding melawan Persipura lusa. Selesai latihan aku menuju ke parkiran dan sudah ada mobilku disana. Aku segera menuju mobil dan membuka pintu kemudi

"Assalamualaikum" kataku
"Waalaikumussalam"
"Udah daritadi?"
"Belum kok"
"Kamu udah reservasi?"
"Udah ini tadi"
"Langsung kesana ya?"
"Iya mas"

Aku mengemudikan mobil dengan perasaan bahagia. Pertama kali aku akan menemui anak pertamaku. Sampai di klinik, aku dan Dhira turun, aku menuntun Dhira

"Apasih ini kok kaya gini" kata Dhira
"Memastikan kamu baik2 saja"
"Astaga, aku tuh gak kenapa2 mas"
"Gapapa udah pegangan aja sama aku"

Dhira yang semula geleng2 kepala akhirnya menurut. Setelah mendaftar dan menunggu antrian sekitar 30 menit, Dhira dipanggil masuk ke ruangan. Ada seorang dokter perempuan disana

"Selamat sore Ibu Andhira dan Bapak Bagas" katanya ramah
"Sore dok" jawab Dhira
"Bagaimana, bu? Ada kabar baik apa?" Kata dokter yang setelah ku baca namanya di meja adalah Kamila
"Saya kemarin baru sadar ternyata sudah telat haid 1 minggu dok, trus karna saya ragu apakah memang karena siklusnya yang lagi gak normal atau malah hamil, saya beli testpack, dan ini hasil testpacknya" kata Dhira sambil menunjukkan testpack kemarin
"Baik bu. Memang kalau dari hasil testpack  kemungkinan ibu hamil. Dari perhitungan HPHT berarti ibu sudah memasuki minggu ke-6 kehamilan, harusnya kantong rahim sudah terbentuk. Silahkan berbaring di bed. Kita coba cek dengan USG" kata dokter Kamila

Dhira menatapku dan aku mengangguk tanda setuju. Dhira segera menuju ke bed. Dokter Kamila mulai mempersiapkan alat USG. Kemudian menaruh sensornya ke perut Dhira

"Nah ini kantong rahimnya sudah terbentuk, Bu, Pak. Lihat ini yang kecil ini, janinya. Sudah mulai terlihat calon janinnya"

MasyaAllah. Sungguh besar kuasamu ya Allah

⚽️⚽️⚽️

Sudah pulang ke rumah setelah periksa

"Sayang, jadi mau vc Ibu sama Bunda?"
"Jadi mas" kata Dhira setelah berganti baju
"Aku telpon Bunda dulu ya" kataku

Aku memencet nomor Bunda. Cukup lama baru diangkat

"Assalamualaikum Bunda" kataku
"Waalaikumussalam. Udah pulang latihan, Mas?"
"Sampun Bunda" jawabku
"Lha Dhira mana?"

Dhira segera menyusul

"Bun" panggil Dhira
"Sehat kamu?"
"Alhamdulillah. Aku mau nunjukin sesuatu sama Bunda"
"Apa?"

Dhira segera memperlihatkan foto USG tadi dan testpack

"MasyaAllah kamu hamil, Dhir?" Tanya Bunda
"Iya Bun" jawab Dhira
"Alhamdulillah ya Allah. Dlan dlan, kamu mau jadi om2" teriak Bunda heboh

Setelah ngobrol2 dan berbagi kebahagiaan dengan Bunda, kami bergantian menelepon Ibu. Ibu mengangkat dan pas disamping Bapak

"Bu, aku mau bilang sesuatu" kataku
"Apa Gas?" Tanya Ibu

Aku segera menunjukkan foto USG dan testpack. Ibu malah langsung menangis, Bapak terlihat sangat bahagia

HER (Bagas Adi Nugroho)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang