(21) Suami-Istri

537 21 2
                                    

Andhira Pradina Putri 👷🏻‍♀️

Asian Games sudah selesai. Indonesia harus terhenti di babak 16 besar setelah kalah dari Uni Emirat Arab dengan skor 3 - 4 melalui adu penalti. Dan selama Asian Games kemarin Bagas memang tidak banyak main sebagai starter. Hanya satu kali main ketika melawan Palestina, itupun Indonesia harus menelan kekalahan, karena itu kondisi Bagas agak sedikit drop dan merasa kurang maksimal. 2 hari lalu Bagas sudah harus kembali ke Malang, dari Jakarta langsung menuju ke Malang untuk memulai liga 1. Aku tidak sempat bertemu dengan Bagas, sayang sekali. Aku masih di proyek sekarang, menunggu jam pulang kerja

"Mas" panggilku pada mas Human
"Kenapa?" Tanya mas Humam yang masih sibuk
"Mas aku pengen ngajuin cuti deh besok jumat sama senin"
"Tumben? Emang mau kemana?"
"Mau ke Malang"
"Nyusul suami?"
"Iya mas"
"Pak Tyo lagi ke kantor cabang, besok aja ngomong ke beliau, Dhir"
"Gapapa aku tinggal ini mas kerjaannya?"
"Gapapa, masih ada Gilang, bisa back up kerjaan kamu selama kamu gak ada"
"Beneran mas?"
"Iya beneran"
"Makasih ya mas" kataku pada mas Humam
"Santai, Dhir"

Jam pulang kerja sudah tiba, aku segera turun ke lantai 1 untuk absen dan keluar menuju ke parkiran. Aku mengemudikan mobil menuju rumah Ibu. Aku memang lebih banyak di rumah Ibu daripada di rumah Bunda. Menemani Ibu yang sering sendiri karena Bapak dan Mbak Endah pulang malam, atau bahkan mbak Endah sering pergi ke cabang di luar kota. Bunda tidak mempermasalahkan itu dan justru bahagia anaknya bisa diterima dengan baik di rumah mertuanya. 40 menit perjalanan dan aku sudah sampai rumah, pintu gerbang sudah dibuka jadi aku langsung memarkirkan mobil. Aku menaruh sepatu di rak dan melihat ada sneakers Bagas di rak. Sepertinya kemarin tidak ada sepatu Bagas di sini

"Assalamualaikum" kataku
"Waalaikumsalam" jawab Ibu kemudian aku salim
"Dhira kok lihat sepatu Bagas di depan, Bu?"
"Haa?" Ibu terlihat panik, aneh ya "Ketinggalan mungkin Dhir kemarin pas sebelum Asian Games"
"Ah masa? Kayanya Bagas sering pakai itu kok, masa lupa"
"Ya bisa jadi to, Dhir"
"Masa sih bu? Kayanya kemarin2 Dhira gak lihat ada sepatu itu lho di rak"
"Mungkin kamu gak sadar. Sudah ke kamar dulu sana mandi" kata Ibu

Aku agak bingung, tapi langsung menuruti perintah Ibu menuju ke kamar. Membuka pintu kamar kemudian menutupnya, tapi aku baru sadar kenapa lampu kamarnya sudah nyala? Oh mungkin tadi dinyalakan Ibu. Tiba2 pintu kamar mandi terbuka

"Astaghfirullah" kataku sambil terduduk di lantai tepat di balik pintu karena kaget, aku melihat ke arah kamar mandi, ada Bagas disana
"Ya Allah aku kira siapa, Gas" kataku, tapi tiba2 aku sadar kenapa bisa ada Bagas disini?
"Bagas?" Panggilku lagi  Tapi kenapa dia hanya tersenyum saja? Tidak mengatakan apapun? Ini halusinasiku atau jangan2 setan? Sampai kemudian sosok yang mirip Bagas berjalan menuju ke arahku, menarik bahuku untuk berdiri dan memelukku erat. Terasa nyata. Ini benar Bagas? Aku melepaskan pelukannya, mengusap kedua pipinya dan benar kulitnya terasa di kedua tanganku
"Iya ini Bagas, Dhir. Bagasnya Dhira" katanya

Refleks aku langsung kembali memeluk Bagas dengan erat, diapun sama

"Aku kangen banget sama kamu, Gas" kataku jujur, hatiku menghangat menerima pelukannya
"Aku juga kangen banget sama kamu" katanya

Kami masih berpelukan sangat erat, sampai satu tangan Bagas mengunci slot pintu kamar dari dalam. Bagas melepas pelukannya, mengarahkan wajahnya ke wajahku. Bibirnya mendekat ke bibirku dan mulai menciumku dengan lembut dan sangat hati2. Aku memejamkan mataku dan menikmatinya. Cukup lama kami ada di posisi ini sampai Bagas membawaku ke arah kasur dan terjadilah

⚽⚽⚽

Bagas Adi Nugroho

Aku masih duduk di kasur sambil menunggu istriku yang sedang mandi. Pengalaman pertama yang tidak pernah aku lupakan seumur hidupku. Akhirnya aku benar2 menyempurnakan tugasku sebagai suami Dhira. Aku betul2 tidak bisa menyembunyikan kebahagiaanku sekarang. Aku memiliki Dhira seutuhnya. Aku sengaja memberi surprise Dhira. Tadi pagi aku berangkat dari Malang dan siang sampai di Jogja. Dhira keluar dari kamar mandi memakai bath rob dengan rambut basah, menarik. Dia duduk di meja belajar, menyisir rambutnya. Maklum di kamar ini tidak ada meja rias jadi semua barang2 ditaruh di meja belajar

"Mandi Gas" katanya padaku
"Iya sayang" kataku sambil memeluknya dari belakang. Aku melihat wajahnya dari kaca kecil di depannya, dia tersenyum saja "Boleh kan?"
"Malu" kata Dhira
"Kok malu?"
"Gak pernah dipanggil gitu"
"Harus belajar berarti, ya sayang?" Kataku
"Tapi di depan keluarga jangan lho, malu"
"Yaudah kalo di depan keluarga aku panggilnya dek Dhira aja gimana?" Kataku sambil mencium puncak kepalanya
"Makin malu dong"
"Kalo semuanya malu trus apa dong?"
"Kaya biasanya aja"
"Yaudah iya pelan2 dulu ya, gak bisa langsung berubah kan?" kataku kemudian masuk kamar mandi

Aku mandi dan setelah selesai menuju ke lemari mengambil baju

"Udah aku siapin diatas kasur itu" kata Dhira
"Wah terbaik istriku" kataku kemudian menutup pintu lemari "Rambutnya udah kering sayang?" Kataku dan Dhira refleks tersenyum malu
"Sedikit lagi" katanya sambil masih memakai hair dryer
"Habis ini sholat maghrib dulu ya" kataku
"Kamu udah wudhu?"
"Udah tadi sekalian"
"Oke aku keringin bentar lagi"

Setelah selesai mengeringkan rambut, Dhira segera menuju kamar mandi untuk berwudhu. Aku menggelar 2 sajadah dan menyiapkan mukenanya. 3 rakaat sudah selesai kami tunaikan. Aku berbalik menghadap Dhira, dia mencium tanganku lama sekali. Aku membalas dengan memeluk dan mencium kepalanya berkali2

"Terima kasih, Dhira" kataku
"Untuk apa?"
"Semuanya" kataku "Semoga pernikahan ini menjadi pernikahan yang sakinah, mawaddah dan warahmah"
"Aamiin aamiin yaa rabbal 'alaamikn" kata Dhira "Habis ini makan dulu trus kamu istirahat"
"Iya" kataku

Kami keluar kamar dan mendapati Ibu sedang ngobrol dengan Bapak di ruang tamu

"Bu, gak masak?" Tanyaku pada Ibu
"Enggak, Ibu mau beli makan nanti habis isya sama Bapak, kalian mau sekalian?"
"Oh nanti aku keluar aja deh sama Dhira" kataku
"Ibu Bapak mau ikut?" Tanya Dhira
"Enggak kalian berdua aja, Bapak capek Dhir, nanti makan yang deket2 sini aja" kata Bapak
"Yaudah kamu ganti baju gih" kataku pada Dhira kemudian dia balik ke kamar

Setelah memastikan Dhira masuk kamar aku menghampiri Bapak dan Ibu mengajak tos

"Bagus juga akting Bapak sama Ibu"
"Demi kamu ini Bapak bohong sama Dhira" kata Bapak
"Makasih ya, Pak" kataku sambil tersenyum
"Wah Ibu udah dari tadi sore bohongnya pak. Gara2 Dhira curiga ada sepatu dia di depan tuh"
"Gapapalah sekali2, bohong demi kebaikan ini Bu, Pak" kataku
"Ya gapapa. Bapak Ibu seneng lihat kalian kaya gini Gas" kata Bapak

Dhira keluar kamar memakai kaos lengan panjang, celana kulot warna hitam dan jilbab hitam polos

"Kamu mau kaya gitu perginya?" Katanya padaku yang masih memakai celana kolor
"Aku ganti celana dulu bentar"

HER (Bagas Adi Nugroho)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang