1.2

40.3K 4K 33
                                    

Elunar Mirah Btari, 21 tahun, lahir dan tinggal di Yogyakarta yang saat ini sedang menempuh perkuliahannya di salah satu universitas negeri yang ada di Bandung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Elunar Mirah Btari, 21 tahun, lahir dan tinggal di Yogyakarta yang saat ini sedang menempuh perkuliahannya di salah satu universitas negeri yang ada di Bandung. Seorang mahasiswa psikologi semester 6 yang sedang menikmati waktu liburan semesternya. Ayahnya adalah seorang dokter spesialis kejiwaan yang bekerja di salah satu RSJ di Jogja, dan ibunya yang seorang sarjana psikologi dan sudah memantapkan diri menjadi ibu rumah tangga. Adiknya yang pertama, Bhumi Sargio Darmawangsa berusia 19 tahun yang sedang kuliah di jurusan psikologi di salah satu universitas di Yogyakarta dan juga adik bungsunya Mentari Skasih Purnama, 17 tahun dan bersekolah di Yogyakarta juga.

Mengingat keluarganya yang seluruhnya tinggal di Yogya dan tidak ada satu pun kerabat di Bandung, awalnya Lunar memiliki kesulitan untuk meminta izin berkuliah di kota yang berbeda. Kedua orang tuanya pastilah sangat paham bahwa Lunar adalah anak yang pendiam dan pemalu. Sedikit sulit berinteraksi dengan orang lain yang membuat orang tuanya khawatir untuk melepaskan anak sulung mereka. Lunar hampir gagal saat itu untuk mendapatkan restu.

Kemudian ... malaikat penolongnya hadir tiba-tiba.

Lunar ingat, sore itu, dengan membawa seluruh keberaniannya, dia menghubungi Laskar. Meminta bertemu untuk meminta bantuan. Laskar mengiyakan hingga mereka bertemu di sebuah taman yang tidak jauh dari rumah Laskar.

Lunar juga masih ingat, bagaimana dia tergagapnya saat bicara dengan Laskar mengenai bantuan itu.

"A—ayah nggak kasih izin aku untuk pergi," kata Lunar di sore itu. "Mama juga. Mereka khawatir aku sendiri di sana dan nggak punya siapa-siapa."

Gadis itu menunduk, tidak berani menatap lawan bicaranya.

"Kamu tuh kebiasaan, ngomong sama orang selalu nunduk. Nggak sopan."

Barulah, setelah mendengar protes dari Laskar itu, Lunar memberanikan diri mengangkat kepala dan memandangnya dengan sedikit malu-malu.

"A—aku ..."

"Mau minta tolong supaya aku ngomong ke Om Raska?" potong Laskar langsung.

Dengan pelan, Lunar menganggukkan kepalanya. "Siapa tahu, ayah dan Mama berubah pikiran kalau kamu bantu aku bicara."

"Oke, aku bantu," sahut Laskar langsung.

Lunar cukup terkejut dengan persetujuan Laskar saat itu.

"Kamu ... serius?" Gadis itu sedikit ragu. Mereka jarang berinteraksi dan Lunar tidak tahu bahwa semudah ini meminta bantuan dari Laskar.

"Nanti aku akan bilang sama Om dan Tante kalau aku juga akan kuliah di sana dan mereka nggak perlu khawatir kalau kamu nggak punya siapa-siapa."

Serdadu BulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang