2.1

34.1K 3.9K 66
                                    

              "Aku dipojok ya, aku mau tidur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

              "Aku dipojok ya, aku mau tidur."

Lunar mengangguk, membiarkan Laskar lebih dulu untuk duduk di dekat jendela dan setelahnya Lunar menyusul duduk di sebelahnya. Gadis itu sedikit melirik pada Laskar yang langsung menjatuhkan kepala pada jendela dan terpejam. Lunar menghembuskan napasnya pelan. Menggeser duduknya ke pinggir agar tidak berdempetan dengan Laskar. Melihat bagaimana Laskar yang langsung tidur seperti itu padahal kereta belum jalan, semakin memperlihatkan pada Lunar bahwa laki-laki itu tidak mau mengajaknya bicara.

Dengan memeluk ranselnya di pangkuan, Lunar menatap jam di tangannya. Lima menit lagi kereta akan berangkat dan mereka akan menghabiskan waktu sekitar 7 jam lebih untuk sampai Bandung. Tujuh jam berdua bersama Laskar di kereta. Lunar sudah menghabiskan waktu untuk hanya sekedar berdebar tadi malam di dalam kamarnya saat membayangkan hal ini. Tapi tentu, tidak akan terjadi apa-apa karena seperti biasa, Laskar akan tertidur sampai kemudian mereka tiba di Bandung.

Lunar membuka kantung depan ranselnya kemudian mengambil permen. Memakannya dan kembali diam memerhatikan orang-orang yang masih berlalu lalang menuju tempat duduk masing-masing.

"Tasnya nggak mau kamu taruh di atas aja?"

"Hm?" Lunar sedikit terkejut dan langsung menoleh saat mendengar suara Laskar. Laki-laki itu sudah tidak terpejam meski masih bersandar pada jendela dan menatap Lunar di sampingnya.

"Dari pada kamu pangku begitu. Nanti capek. Taruh di atas aja," ulangnya.

Lunar berusaha mengulum senyumnya akan perhatian Laskar. Tentu, ransel milik laki-laki itu sudah lebih dulu diletakan di tempat penyimpanan bagasi di atas. Setelahnya Laskar langsung menyerobot masuk duduk di kursinya.

Lunar pun menggeleng menjawabnya. "Aku pangku aja."

"Nanti kalau kamu ketiduran aku susah lewatnya karena ada tas kamu," kata Laskar lagi.

"Kan aku pangku?"

Laskar menghela napasnya. Laki-laki itu tiba-tiba berdiri dan menyerobot keluar dari kursi.

"Sini, taruh di atas aja." Kemudian tanpa bisa Lunar menahan tasnya lagi, Laskar sudah mengambil alih untuk menaruh tas Lunar di samping tasnya di tempat penyimpanan bagasi.

Setelah selesai dengan pekerjaannya, Laskar kembali duduk di kursinya. Menyilangkan tangan di depan dada dan kembali bersandar pada jendela kemudian memejamkan mata.

"Makasih," cicit Lunar kecil. Entah Laskar dengar atau tidak.

Lunar pun kembali diam. Membiarkan kereta perlahan melaju. Tidak lama, kondektur jalan ke masing-masing kursi untuk memeriksa penumpang dan Lunar sempatkan untuk menyerahkan tiketnya dan juga milik Laskar yang ada padanya. Laki-laki itu memang menyerahkan urusan check-in pada Lunar sedangkan dia hanya mengekor di belakang.

Serdadu BulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang