「OO2」

610 85 3
                                    

Happy Reading...

Kriiiinngggg!!

Suara nyaring yang menandakan waktu pulang sekolah terdengar oleh seluruh siswa. Sorak sorai para siswa yang tak sabar untuk pulang juga ikut terdengar.

"Baiklah pelajaran hari ini sampai disini dulu. Ingat, kerjakan tugas yang saya berikan, minggu depan kita bahas" jelas sang guru.

"Baik, paaakkk.." sahut para siswa.

"Yasudah, bereskan barang kalian, jangan sampai ada yang tertinggal, hati-hati di perjalanan pulang, ingat, langsung pulang! Selamat siang menjelang sore" setelahnya sang guru pun pergi meninggalkan kelas.

Haidar masih berkutat dengan bukunya, dan Rayyan yang sudah siap untuk pulang menyenggol lengan kiri Haidar.

"Ngapain si? Ayok pulang, itu bisa di lanjut di rumah, Idar" ucap Rayyan.

"Jangan panggil Idar, yang boleh panggil Idar cuma ayah" sahut Haidar tanpa mengalihkan fokusnya dari buku.

"Iya iya, sorry. Lo ngapain sih?! Ayok pulang, betah amat lo di sekolah" Rayyan kembali mengajak Haidar pulang.

"Sabarr, ini dikit lagi selesai" jawab Haidar.

Akhirnya Rayyan menunggu Haidar selesai menulis dengan perasaan kesal. Kelas memang belum sepi, masih ada beberapa siswa yang berada di kelas untuk piket membersihkan kelas. Tak lama, Haidar selesai dengan bukunya. Ia membereskan bukunya, memasukan alat tulisnya kedalam kotak pensil berwarna hitam miliknya, memakai hoodie hitam kesayangannya.

"Udah, ayo pulang" ucap Haidar.

"Lama lo" protes Rayyan.

"Lo udah nebeng pulang sama gue, protes lagi" sahut Haidar.

"Hehehe...."

Rayyan dan Haidar akhirnya meninggalkan kelas, sempat berpamitan dengan teman sekelas yang masih melakukan piket. Mereka mengobrol selama perjalanan menuju parkiran sepeda.

"Ayah marah sama gue gara-gara kejadian tadi pagi" ucap Haidar

"Kok bisa? Kenapa?" tanya Rayyan.

"Ayah ga suka gue berantem karna dia, tapi gue lebih ga suka ayah di hina kayak gitu sama si anak mami itu" jawab Haidar.

"Tapi gue, kalo jadi lo sih kayaknya bakal ngelakuin yang sama. Tapi papa udah di dalam tanah duluan, jadi ga bisa" ucap Rayyan.

"Anjing, gelap"

Mereka akhirnya sampai di parkiran, Haidar mengambil sepeda nya, lalu berdiri di samping Rayyan.

"Ayo naik" ajak Haidar.

Rayyan pun duduk di depan dengan posisi menyamping, setelah dirasa Rayyan sudah pada posisi nyaman nya, Haidar mengayuh sepeda nya, meninggalkan area sekolah yang mulai terlihat sepi. Haidar mengayuh sepeda nya dengan santai, Rayyan tidak terlalu berat untuk Haidar, karena laki-laki itu memiliki postur tubuh yang kecil, pendek dan kurus.

Selama di jalan, mereka mengobrol lagi membicarakan apa saja yang mereka lihat. Bahkan gadis-gadis yang berbonceng tiga dengan celana pendek pun mereka bicarakan, apa saja yang mereka lihat, akan menjadi topik yang seru dan lucu. Sampai tidak terasa, Haidar sampai di rumah Rayyan.

"Udah sampe, jangan lupa traktir telor gulung kayak yang lo janjiin" ucap Haidar.

"Dih, medit lo, perhitungan banget sama temen" protes Rayyan

"Ga ada yang gratis di dunia ini, Ray" jawab Haidar.

"Dah gue pulang dulu. Tante Ninta, Haidar pulang yaa" pamit Haidar pada ibu Rayyan yang sedang menyiram tanaman.

「Putra Ayah」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang