「OO4」

558 60 10
                                    

Happy Reading...


Keesokan paginya, seperti biasa Jonas akan bangun lebih awal untuk menyiapkan sarapan. Ia berjalan ke arah kamar mandi, ia mulai membersihkan dirinya. Hanya butuh waktu dua puluh lima menit untuk nya bersiap. Setelah itu Jonas pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapan, sebelum ke dapur ia sempat mendatangi kamar putranya.

Tok... Tok... Tok...

"Haidar, Rayyan, bangun udah pagi" ucap Jonas dari luar kamar.

Klek..

"Eh? Rayyan, kamu sudah bangun ternyata" ucap Jonas sedikit terkejut karena yang membuka pintu kamar adalah Rayyan.

"Iya, Om" jawabnya dengan muka bantal dan suara serak.

"Cepet mandi, ya? Bangunin juga Haidar, kalo ga bangun siram aja pake air. Om mau bikin sarapan dulu" jelas Jonas.

"Siap, Om"

Setelahnya Jonas pergi ke dapur meninggalkan Rayyan yang kembali masuk ke kamar.

"Dar, bangun, udah pagi" Rayyan mencoba membangunkan Haidar yang tidur seperti orang yang sedang simulasi meninggal.

"Haidar, bangun anjing!" Rayyan yang kesabaran nya setipis tisu dibagi dua mulai emosi.

"Eungg.. Apaan si anjir, ganggu lo, gue ngantuk" gerutu Haidar. Bukannya bangun, Haidar semakin menenggelamkan dirinya pada selimut dan memeluk erat bantal guling nya.

"Alah bocah" kesal dengan Haidar, Rayyan memilih mandi lebih dulu.

Setelah mandi, Rayyan meminjam seragam sekolah Haidar. Walaupun sedikit kebesaran dan celana seragamnya juga sedikit panjang, Rayyan tetap memakainya. Bahkan sampai Rayyan selesai bersiap, Haidar masih lelap tertidur.

Plak!

"Bangun heh! Lo mau telat sekolah apa gimana?!" amuk Rayyan setelah memukul wajah Haidar sampai sang empunya terkejut dan langsung membuka matanya lebar.

"Santai dong, anjing!" kesal Haidar.

Dengan berat hati, Haidar akhirnya beranjak dari kasurnya dan pergi ke kamar mandi. Rayyan meninggalkan Haidar, ia pergi ke dapur dengan niat membantu Jonas membuat sarapan.

.

.

.

Sarapan pagi ini cukup ramai karena adanya Rayyan. Lebih tepatnya ramai karena Rayyan dan Haidar yang selalu ribut berebut makanan.

"Sudah sudah, kalian ini. Ini masih pagi sudah ribut saja, itu makanan masih banyak. Haidar, kamu jangan ambil punya Rayyan terus" lerai Jonas pada akhirnya karena pusing juga mendengar setiap umpatan yang keluar dari dua remaja di hadapannya ini.

"Iya, ayah" Haidar akhirnya mengalah.

Sarapan selesai, Haidar berangkat bersama Rayyan dengan sepeda. Haidar seperti biasa akan membonceng Rayyan, dan Jonas akan berangkat sendiri dengan motornya.

Saat di perjalanan menuju sekolah, Rayyan tiba-tiba teringat dengan apa yang ia dengar semalam. Ia sampai melamun karena memikirkan hal itu dan mengabaikan Haidar yang terus berceloteh, meroasting setiap orang yang ia lihat. Bahkan sampai di sekolah pun Rayyan masih tetap diam.

"Oi, lo dari tadi ngelamun mulu sampe gue di kacangin. Mikirin apaan si?" tanya Haidar dan berhasil membuyarkan lamunan Rayyan.

"Haidar" panggil Rayyan.

"Apaan?" tanya Haidar, ia mengerutkan dahinya karena ekspresi serius dari Rayyan.

"Lo beneran anaknya Om Jonas, kan?" tanya Rayyan tiba-tiba.

「Putra Ayah」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang