"Sagara? Acia? Kalian sudah tidur?"
"Sagara, kasih Acia selimut tebal, ya. Udara dingin. Matiin Ac kamar kamu jangan lupa."
"Sagara, denger Mama?"
Bola mata Sagara terbuka lebar saat mendengar ketukan berkali-kali dari pintu. Buru-buru ia mendudukkan diri. Fokusnya tertuju pada pintu. Monica memanggil dirinya berkali-kali.
"Sagara? Buka pintunya. Mama mau masuk. Mama mau ngasih jaket bulu ke Acia. Udara dingin."
Sontak perkataan Monica membuat Sagara tersadar. Ia melompat turun dari kasur. Monica tidak boleh melihat Acia yang tidur di lantai. Bisa-bisa ia dimarahi lagi. Sagara berjongkok, membuka selimut Acia untuk membangunkan gadis itu.
"Kak Sagara... Acia dingin. Tangan Acia kaku banget." Bibir Acia bergetar menahan dinginnya lantai keramik yang beralaskan karpet dan selimut. Malam ini suhu udara terasa benar-benar dingin.
"Jangan nangis. Awas lo ngadu ke Mama. Lo boleh tidur ke kasur. Mama mau masuk, buat mastiin lo. Berani lo ngadu, gue nggak segan-segan buat ngusir lo dari sini," ancam Sagara sambil berbisik.
Acia mengangguk patah-patah. Kedua tangan yang terasa kaku ia gosok secara perlahan. Setelahnya memungut bantal dan selimut untuk ia bawa ke kasur.
Sagara tidak tinggal diam. Ia rebahkan tubuh Acia secara kasar ke kasur. Ia beri guling sekaligus menyelimuti Acia sampai sebatas kepala. Tidak peduli apakah gadis itu akan susah bernapas atau tidak. Setelah memastikan semuanya aman. Cepat-cepat Sagara berlari menuju pintu. Membukakan pintu untuk Monica, mamanya.
"Mama belum tidur? Acia udah tidur, Ma. Sagara tadi lagi di kamar mandi," bohong Sagara sambil mengamati wajah Monica yang terlihat tengah mengawasi dirinya.
"Bener Acia udah tidur? Bangunin, pakein jaket ini ke Acia. Jangan lupa, kasih kaos kaki juga. Kaos kaki ada di lemari. Acia pasti belum terbiasa sama udara dingin begini. Nanti Acia demam. Paham Sagara?" ujar Monica seraya menyerahkan jaket bulu berwarna putih ke tangan Sagara.
"Iya, Mah. Sagara tutup dulu, ya. Habis ini Sagara langsung tidur." Sagara memeluk jaket seraya menampilkan senyum manis pada Monica.
"Iya. Jangan kasar-kasar sama Acia, ya. Ingat pesan Mama waktu di bawah." Setelah mengatakan itu, Monica menjauh dari kamar Sagara. Ia harus kembali ke kamar dan tidur.
Sagara menutup pintu lalu menguncinya dengan wajah datar. Ia berbalik badan, melempar jaket bulu ke atas kasur. Sagara benar-benar kesal. Monica sekarang lebih memperhatikan Acia ketimbang dirinya. Sagara benci itu. Semua perhatian Monica hanya ada untuk Acia, bukan untuk dirinya lagi. Semua itu karena kehadiran Acia di sini.
"Bangun! Pake jaket!" Sagara menggoyang lengan Acia dengan kasar, buat gadis itu tersentak. Kemudian ia lempar jaket ke wajah Acia. Rasa marahnya semakin bertambah melihat wajah gadis itu. Sagara ingin Acia pergi selamanya dari sini.
"Iya, Kak Sagara." Acia menurut. Ia menunduk takut melihat betapa sangarnya wajah Sagara malam ini. Seperti ingin menerkam dirinya. Apa yang membuat Sagara semarah ini? Apakah dirinya melakukan kesalahan lagi?
"Lo seneng kan udah ngambil semua perhatian Mama termasuk Papa? Parasit banget idup lo! Lama-lama gue muak liat lo tinggal di sini. Mending lo pergi aja. Gue nggak sudi punya istri kayak lo!" Sagara mencekal pipi Acia, kemudian ia dorong.
Acia menggigit bibir bawah menahan tangis. Acia tidak pernah merebut perhatian Monica atau pun Darius. Kata-kata Sagara malam ini sangat menyakitkan hati. Acia tidak ingin menangis, namun tetap saja pertahanannya runtuh. Ia terisak dengan kepala menunduk. Jaket yang akan ia kenakan tidak jadi ia pasang.
KAMU SEDANG MEMBACA
TOUCH YOUR HEART (TERBIT)
أدب المراهقينBACA SELAGI ON GOING JANGAN NUNGGU SAMPAI ENDING NANTI NYESEL!!ಥ_ಥ "Kalo malu kenapa berani cium pipi gue?" -Sagara Venus. "Kak Sagara itu ibarat es batu dan acia matahari. Kalo Acia sinari terus sama kehangatan, pasti bakal meleleh." -Acia Ashana...