14. To The End

37 2 0
                                    

Siang ini cahaya yang dipancarkan oleh matahari cukup terik, sehingga cukup untuk membuat Han kepanasan di dalam ruang kerjanya dan memutuskan untuk singgah di tempat kerja Hyunjin sebentar sambil memanfaatkan jam makan siangnya.

Iya, Hyunjin sudah sehat dan sudah kembali bekerja hari ini. Untungnya Hyunjin tidak dipecat dari pekerjaannya, melainkan hanya mendapatkan potongan dari gajinya bulan ini.

Bukan hanya Hyunjin, tapi semua teman-temannya juga ikut merasa lega karena hidup temannya itu tidak kembali kehilangan arah.

Sepulangnya mereka dari tempat makan yang biasa Seungmin dan Hyunjin datangi kemarin, Seungmin hanya berceloteh tentang bagaimana jadinya hidup Hyunjin jika mereka sudah tidak bersama lagi sepanjang jalan. Sebagai pembuat keputusan yang hampir membuat Hyunjin kritis, Seungmin merasa sangat amat menyesal dan juga sangat kesal karena Hyunjin terlalu bergantung pada mereka demi keberlangsungan hidupnya.

Semua orang pasti akan datang dan pergi, tapi apa yang akan Hyunjin lakukan jika waktu untuk mereka bersama-sama sudah habis dan mengharuskan mereka semua untuk kembali ke jalan hidup masing-masing?

"Itu mah urusan nanti, yang penting kan sekarang kalian masih sama gue, jadi masalahnya dimana?" Balas Hyunjin kelewat berani dan Han cukup setuju dengan ucapan Hyunjin kemarin malam.

Mau berakhir seperti apa pun mereka, Han tidak akan pernah menyesal.

Sudah cukup waktu-waktunya ia habiskan demi menjaga dan melindungi teman-temannya dan jika saat itu sudah datang, mungkin Han harus kembali fokus dengan cara menjaga dirinya sendiri.

Kembali dengan suasana kafe yang panas terik, Han melangkahkan kakinya masuk lalu bersalaman singkat dengan Hyunjin sambil memesan sesuatu untuk diminum.

Waktu istirahat Hyunjin sayangnya lebih lama 20 menit dari waktu istirahatnya Han, sehingga pemuda itu hanya bisa diam dan termenung sambil menunggu Hyunjin.

"Gimana? Lo udah jawab perasaan Harlyn kemaren?"

Hyunjin menggeleng pelan tanda dirinya masih bingung. Disatu sisi, dirinya merasa tidak pantas, dan disisi lainnya, Hyunjin merasa sangat beruntung karena bisa memiliki seseorang yang mau menjaga dirinya.

"Gue ngerasa enggak pantes banget, Han. Kan lo tau kalo hati Harlyn itu selembut sutra."

"Terus?"

"Terus gue takut hubungan kita semua jadi rusak karena masalah gue sama Harlyn..."

"Masalah kayak gimana dulu, nih?" Tanya Han memastikan.

"Ya...kalo misalnya gue secara enggak sengaja nyakitin Harlyn emangnya itu bukan masalah?"

"Masalah, sih. Soalnya lo udah mikir sampe sana disaat anaknya aja belom tau jawaban lo."

Hyunjin berpikir terlalu jauh untuk hal-hal yang bahkan belum sempat dirinya jalani, sedangkan Han selalu hidup sambil memegang keyakinan kalau hari ini kita cukup berpikir sampai malam ini saja. Artinya, Han selalu berfokus pada saat ini dan tidak memikirkan hal-hal yang diluar kendalinya sehingga pemuda itu tidak terlalu khawatir.

Tapi sayangnya, Hyunjin berbeda.

Hyunjin terbiasa untuk selalu memikirkan akibat terbaik dan terburuk dari suatu kejadian agar dirinya bisa mempersiapkan diri lebih dulu jika keadaannya akan berakhir tidak sesuai dengan rencananya.

"Itu mah masalah simpel, semua masalah itu kuncinya komunikasi. Kalo lo sayang dia, jaga dia baik-baik. Enggak apa-apa jadi orang lain sebentar sambil ngurangin kebiasaan lo yang enggak bagus demi Harlyn. Itu tips kalo lo memang punya rasa yang sama, tapi kalo lo enggak suka ya jangan di jalanin."

Kepompong Muda || 00 Line (STRAYKIDS) √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang