04. Good Will

54 6 0
                                    

"Kalo Kim Seungmin udah sampe di sekolah satu jam sebelum bel bunyi, itu artinya kita udah masuk masa-masa ujian."

Begitu kira-kira perbincangan siswa-siswi di sebelah meja Seungmin. Saat masa ujian tiba, mereka akan terpaku pada sosok Seungmin yang harus belajar dengan giat sampai ikut memanfaatkan jam-jam terakhirnya dengan baik.

Menurut Seungmin, berapa pun nilai yang akan dirinya dapatkan, ia akan lebih menghargai usahanya sendiri ketimbang menyalahkan deretan angka yang akan tertera di atas kertas ujiannya nanti.

Pemikiran Seungmin cenderung lebih melindungi dirinya dari berbagai macam kejahatan, sedangkan Debora bisa membenci dirinya sendiri karena kecil hati.

Kira-kira, apakah semua perempuan di muka bumi ini memiliki hobi untuk membenci dirinya sendiri? Karena bukan hanya Debora, tetapi Harlyn juga sering melakukannya karena satu dan lain hal.

Berbeda dengan Seungmin yang masih berusaha untuk mengingat semua materi, Debora lebih memilih untuk berjalan santai ke arah toilet lantai paling bawah untuk sedikit mengisap rokoknya.

Mau belajar atau tidak, dirinya tidak akan pernah mendapatkan apresiasi yang baik. Kalau nilainya bagus, keluarganya hanya akan mengadakan makan malam bersama, dan kalau nilainya jelek, sang ibu akan mulai menarik rambutnya sampai terlepas beberapa bagian.

Tidak ada hal yang baru di hidupnya, semua terasa monoton.

Rokok ini juga sebenarnya milik Hyunjin yang selalu ia ambil secara diam-diam dari saku lelaki itu sejak beberapa bulan terakhir. Toh juga bocah itu tidak pernah sadar.

Jadi, lebih baik mengambil satu batang daripada harus mengeluarkan uang untuk membeli satu kotak penuh, kan?

Awalnya gadis berambut panjang ini tidak berniat untuk mengikuti jejak Hwang Hyunjin sebagai perokok handal, ia hanya mencoba untuk melakukan ini karena siapa tahu akan ada sisi tenang yang dapat dirinya rasakan setelah menghembuskan asap dari mulutnya.

Walaupun belum lama masuk ke dalam dunia perokokan ini, Debora tahu betul kalau rokok seperti ini tidak akan pernah bisa mengeluarkan aroma khas cokelat. Rokok yang bisa mengeluarkan aroma seperti itu hanyalah rokok elektronik yang harganya lebih mahal dari rokok biasa dan dirinya juga tidak terlalu gemar memakan makanan manis selain menu-menu yang ada di etalase kafe Han bekerja, jadi lebih baik mencoba rokok yang asli ketimbang membeli yang elektronik seperti itu.

Tapi semakin lama Debora amati, aroma cokelat dari rokok elektronik itu sangat menyengat di hidungnya seperti berada persis di sebelah kiri biliknya. Masalahnya, lantai paling bawah adalah wilayahnya anak kelas 10.

Siapa yang sudah berani mengisap rokok elektronik di umurnya yang bahkan belum genap 17 tahun?

Ia tahu ini bukan urusannya, makanya Debora tetap berniat untuk diam tanpa memusingkan bau dari aroma cokelat yang cukup menyengat di hidungnya. Tapi tak lama kemudian, gadis di sebelahnya itu malah mulai terbatuk dengan kencang seperti sedang tersedak.

"Kelas 10 udah ada yang berani ngevape?" Tanya Debora dengan suara yang cukup kecil tanpa mengharapkan adanya balasan.

"Eh? Ada orang?" Balas salah satu siswa tadi di sela batuknya.

"Baru pertama kali ngerokok, ya?"

Hening. Bau cokelat yang tadi sempat menyengat hidung Debora kini berhenti tercium dan tidak ada balasan lain yang ia dengar dari sebelah sana. Entah gadis itu sedang terkejut atau sedang memikirkan jalan keluar agar identitasnya tidak terbongkar, Debora masih ingin mendengar suara orang di sebelahnya ini satu kali lagi untuk memastikan sesuatu.

Kalau sampai hal yang ia curigai sekarang itu benar, entahlah apa yang akan dirinya lakukan pada gadis di sebelah biliknya ini.

"Hallo? Gue dikacangin, nih?"

Kepompong Muda || 00 Line (STRAYKIDS) √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang