10. Being Apart

44 7 2
                                    

"Nah, tempatnya paling cuman ini doang kalo mau yang strategis."

Kini Han dan Felix tiba di salah satu kafe yang terletak tidak jauh dari kafe Han bekerja. Ada alasan lain mengapa Felix memilih kafe ini sebagai salah satu pilihan basecamp mereka.

Kalau boleh jujur, ini bukanlah salah satu pilihan yang ada, melainkan satu-satunya tempat yang Felix pertimbangkan.

"Strategis?" Tanya Han sambil mengerutkan alisnya.

"Strategis sama angkringan di depan maksud gue hehehe."

Dari pada memikirkan pertengkaran yang tidak jelas, lebih baik mereka berdua mengurus sesuatu yang sudah pasti dan sedang dibutuhkan, kan?

Felix membawa Han kesini sebagai salah satu bentuk distraksi dari masalah tadi. Mereka berdua sama-sama butuh sesuatu untuk menenangkan pikiran mereka dan berbincang singkat seperti ini saja sebenarnya sudah sangat membantu.

"Gimana? Pake tempat ini aja, ya?"

"Kita pake rumah Debora aja bisa enggak, sih? Kayaknya ini bakal makin rame seiring berjalannya waktu. " Ujar Han sedikit ragu setelah memandangi beberapa pelanggan yang sudah datang dan keluar dari pintu kafe itu.

Padahal waktu sudah menunjukkan waktu hampir pukul 10 malam, tapi para pelanggan masih terus berdatangan sehingga membuat Han mau tidak mau juga ikut melirik kafe tempatnya bekerja yang memiliki situasi tidak jauh berbeda dengan kafe di depannya ini.

Terlihat sangat sibuk dan penuh, sama seperti hati dan pikiran pemuda itu yang selalu berkecamukan tanpa arah.

"Lo tahu alesan gue milih kafe ini enggak, Han?" Tanya Felix pada temannya yang tampak hanya mengedikkan bahunya tanpa peduli jawaban apa yang akan dirinya keluarkan.

"Hyunjin kerja disini. Gue sempet ngeliat dia beberapa kali keluar masuk kesana pas mau nyamperin lo."

Felix kira Han akan sangat terkejut atau menanyakan beberapa hal, tapi pemuda itu hanya diam lalu menganggukkan kepalanya paham tanpa lanjut bertanya.

Entah karena memang sudah tidak peduli atau tidak penting, Han tidak terlihat seperti seseorang yang sedang ingin membicarakan Hyunjin saat ini.

"Mending kita tanya Debora dulu deh, nanti baru balik kesini kalo enggak dikasih." Tidak menganggap ucapan Felix sebagai hal yang penting, Han malah membawa kembali topik terakhir yang ada di kepalanya tadi tanpa rasa bersalah.

"Emang dia bakal bolehin kita main? Kita dateng aja enggak dibukain pintu..." Lanjut Han yang menjawab pertanyaannya sendiri.

"Itu karena ada ibunya."

"Kenapa sama ibunya? Suka mukulin juga?"

Sebenarnya Felix mengatakan hal itu dengan sadar, ia tidak mengungkit perihal ibu Debora dengan tidak sadar, melainkan dengan sangat sadar agar kalau Debora lagi-lagi sampai kenapa-kenapa, setidaknya Felix memiliki seseorang untuk bersandar.

Sejak awal Debora tidak pernah melarang Felix untuk menceritakan hal ini kepada yang lain, kecuali Seungmin. Ia hanya tidak ingin orang lain mengetahui titik kelemahannya dan itu akan membuat Debora terlihat seperti sosok yang aneh karena bisa babak belur hanya karena tidak mendapatkan nilai yang bagus.

"Enggak mungkin dong, Lix? Debora cewek loh?" Han yang tadinya tidak peduli perihal masalah Hyunjin pun perhatiannya mulai teralihkan ketika nama Debora disebut bersamaan dengan sang ibu.

"Gue enggak pernah bilang dia dipukulin, Han. Itu kan kesimpulan dari diri lo sendiri."

"Iyasih..." Walaupun Han mengangguk, ia tetap saja merasa ada yang tidak beres. Felix mungkin akan menjadi teman yang paling menjaga rahasia seseorang dengan baik, tapi Han bisa mendeteksi gerakan-gerakan seperti itu dengan sangat mudah.

Kepompong Muda || 00 Line (STRAYKIDS) √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang