15. Finally End

59 2 1
                                    

Permasalahan Debora selesai dengan baik malam ini. Tidak seperti dugaannya, semua teman-temannya ternyata malah bisa menghadapi perpisahan ini dengan lapang hati secara dewasa.

Sungguh bukan keputusan yang mudah untuk dilakukan, tapi kalau tidak seperti ini, semuanya mungkin bisa menjadi lebih buruk lagi.

Mulai dari Seungmin yang akan kembali terkena pukulan sampai dirinya yang bisa datang ke teman-temannya entah dalam keadaan separah apa, Debora pikir sudah cukup sampai sinilah penderitaan teman-temannya mengenai kekerasan ini.

Salah satu dari mereka harus ada yang mau mengalah dan kali ini, Deboralah yang ingin mengalah demi kebaikannya sendiri juga.

Tidak seperti yang lainnya, Hyunjin malah lebih mengkhawatirkan keputusan Han yang sepertinya sudah sangat bulat. Bahkan hidupnya disini saja belum bisa masuk ke dalam kategori yang layak, bagaimana Hyunjin bisa melepaskan Han disana sendirian?

Walaupun ada Debora, Han akan tetap berjuang sendiri untuk bertahan hidup. Untungnya, ibu Debora tidak akan menyusul sang anak kesana karena masalah pekerjaan. Jadi selama Debora masih jauh dari sang ibu, Han harusnya masih bisa sedikit bersandar di bahu perempuan itu.

Karena percaya atau tidak, bahu Debora bahkan jauh lebih kuat dari bahu seekor gajah.

Hyunjin mematikan motornya begitu sampai di tempat tujuan dan menurunkan Harlyn tepat di depan rumahnya karena sudah larut. Mereka sempat berniat untuk sedikit mengelilingi kota, tapi karena malam sudah terlalu cepat berlalu, rencana itu mereka undur dulu untuk beberapa saat.

"Thanks ya, udah nganter gue balik. Lo hati-hati di jalan." Ucap Harlyn sambil senyum di akhir kalimatnya.

"Besok jangan lupa bangun agak pagian biar kita bisa nyusulin Debora ke bandara.."

Hyunjin mengangguk paham dalam diam. Seharusnya Felix yang mengantar Harlyn pulang malam ini, tapi Hyunjinlah yang meminta ijin pada Felix agar dirinya bisa mengantar Harlyn pulang karena ada suatu hal yang harus keduanya bicarakan.

Untungnya, Felix mengerti. Felix akan selalu mengerti dan sekarang malah Hyunjinlah yang tidak mengerti bagaimana cara mengungkapkan perasaannya. Harlyn masih diam di tempatnya tanda menunggu jawaban selanjutnya dari Hyunjin, tapi bibir pemuda itu malah terasa sangat lengket dan begitu berat untuk digerakkan.

Hal ini membuktikan kalau bahkan orang yang hatinya paling keras di antara mereka berenam pun masih memiliki kekurangan.

"Besok pagi...mau bareng lagi?" Tanya Hyunjin dengan mata yang entah menatap kemana.

Harlyn sedang menjerit dalam diam karena tahu kesempatan ini terlalu sayang untuk dilewatkan. Dirinya sama sekali tidak berniat untuk menolak ajakan Hyunjin, tapi Harlyn juga tidak setega itu untuk membatalkan janjinya dengan Felix, kan? Tapi tenang saja, karena otak Harlyn masih memiliki beberapa cara alternatif agar bisa menyenangkan keduanya.

"Boleh, tapi gue udah ada janji sama Felix. Kalo kita pergi bertiga aja, gimana?" Ucap Harlyn dengan nada yang berhati-hati karena takut Hyunjin menolak.

"Oke, kita naik taksi aja besok."

Setelah mendengar jawaban Hyunjin, Harlyn pun menghelakan napasnya lega karena dirinya tidak perlu membatalkan janjinya dengan Felix dan masih bisa menerima ajakan Hyunjin dengan baik tanpa merugikan sebelah pihak.

Helaan napas Harlyn yang terdengar begitu melegakan dan panjang sempat membuat Hyunjin merasa iri karena dirinya bahkan belum bisa membuang napasnya dengan layak sedari tadi.

"Lyn," Panggil Hyunjin pelan sambil membalikkan tubuhnya.

Lupakan sebentar mengenai detak jantung Harlyn, malam ini jantung Hyunjinlah yang terasa sangat amat berdebar. Perasaan berdebar ini bukanlah perasaan yang mudah di deskripsikan seperti perasaan yang selalu Hyunjin dapatkan saat dirinya meminum terlalu banyak minuman keras, melainkan tentang suatu perasaan yang bahkan bisa membuat sang empu tidak bisa tidur malam ini.

Kepompong Muda || 00 Line (STRAYKIDS) √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang