Halo, Gais!
Ini adalah cerita yang aku tulis saat aku masih SD. Jadi, cocok sekali dibaca oleh anak TK-SD, dan masih cocok dibaca oleh remaja ygy🙂👍⚽⚽⚽
Di sebuah sekolah, tampak anak-anak SD sedang berlari-larian kesana-kemari, ada juga yang mengobrol, makan, dan bermain. Suasana riuh terjadi di sana, kejadian yang sangat maklum pada saat istirahat, yang terjadi di Sekolah Tahfizh Plus Khoiru Ummah Metro-Lampung. Di salah satu bangku halaman, terdapat beberapa siswa sedang membincangkan sesuatu.
“Eh, maaf ya. Dari sejak pertama kali kenalan, nama kalian itu… aneh-aneh tahu, kayak nama kucing, hi hi hi…” terdengar suara anak laki-laki kelas empat SD, yang memulai pembicaraan dengan ejekan. Namanya Nikko.
“Kamu apa enggak?” tanya anak lelaki kelas satu SD, yang bernama Mochi.
“Iya siiih, tapikan namaku keren, Nik-Ko. Singkatan dari Nibras Khoiron,” jawab Nikko santai.
“Kalau itu udah tahu,” ucap kembaran Mochi, yang bernama Mochu.
“Nikko, namaku kan aneh, tapi ada singkatannya jugakan seperti kamu. Bil-Ly, singkatan dari Bilalirsyad El-Ghazy,” bela Billy, anak kelas empat SD.
“Ada apa ini? Sudah pada makan snack belum? Lima menit lagi masuk kelas lho,” tiba-tiba Ustadz Zhafran datang.
“Sudah, Ustadz,” jawab semua anak lelaki yang berkumpul di situ.
“Ustadz, Mas Nikko kurangi serratus nilainya, dia tadi ngejek kita Ustadz,” lapor anak lelaki kelas dua SD, namanya Kron.
“Enggak ding, Ustadz. Akukan Cuma ngomong,” bela Nikko.
“Bohong, Ustadz!” kata Nior setengah berteriak, dia anak kelas lima SD.
“Iya, tadi dia bilang, nama kita aneh, kan yang penting punya nama, yakan, Ustadz,” tambah Chello, anak kelas satu SD.
Wajah Nikko memerah. Ustadz Zhafran berbicara, “Nikko, apakah benar itu?”
Nikko menjawab, “Ya, sih, Ustadz. Tap-“
“Ssst… Kalau bersalah akui saja, Ustadz gak marah kok. Yang penting Nikko gak mengulanginya lagi. Tahu tidak, orang tua kita memberi nama untuk kita, pasti baik, dan itu doa’ untuk kita pula, agar kita bisa menjadi anak yang diimpikan orang tua dari nama itu. Jadi Nikko, itu tidak benar, jika kamu mengejek nama teman-temanmu dengan sebutan aneh, misalnya seperti Billy, Mochi, Mochu, Kron dan lainnya, nama aslinyakan bukan itu, dipanggil Billy, supaya apa?” Ustadz Zhafran menasehati.
“Keren!” jawab Mochi dan Mochu serempak.
Tet…. Tet… tet-tet…..
“Eh sudah bel tuh, sana masuk ke kelasnya masing-masing!” perintah Ustadz Zhafran, setelah semuanya mendengar suara bel yang agak cempreng.
Semua mengangguk, dan langsung berlarian ke kelas masing-masing.
“Eh, jangan lupa, nanti jam empat latihan silat di lapangan sekolah!” teriak Nior yang baru saja bangkit dari duduknya. Tak ada yang menjawab, tapi ia yakin semua mendengarnya. Lalu Nior langsung masuk ke kelasnya.
⚽⚽⚽
Tipis-tipis dulu.
Gimana, gais?🤣🙏VOTE YAA😠⭐
KAMU SEDANG MEMBACA
The Great Kids (ver.2018)
AdventureKisah tentang persahabatan anak laki-laki di masa SD. Menyukai sepak bola, namun Al-Qur'an tetap menjadi yang paling utama. --- Cerita ini pertama kali ditulis pada kurang lebih tahun 2018. --- 🥇#kisahanak (8-4-23)