⚽⚽⚽
“AAAAA!!!” ditengah kesibukan para murid, terdengar sebuah teriakan keras, siapa dia?
“Ada apa?” tanya Karrel, murid kelas enam SD. Yang lain ikut menghampiri tempat teriakan itu muncul. Ternyata Kron yang membuat masalah.
“Tadi aku melihat kejadiannya!” ucap Farra agak jengkel.
“Aku juga, ceritanya si Kron ndorong Aika sampai jatuh ke got,” cerita Nadhira cepat.
“Padahal dia baru mandi!” tambah Della kesal pada Kron.
Aika menangis, jilbab dan kerudungnya kotor, Farra membantunya naik ke atas, menghindari got yang kotor sekali itu. Kron diam saja, ia langsung pergi, menghindar dari tempat itu.
“Hei mau kemana kamu!” teriak Farra.
“Makanya kalau masih kelas dua gak usah ikut mabit! Ginikan akhirnya!” omel Della.
“Sudah-sudah. Farra antar Aika mencari baju cadangannya di lemari kelas!” perintah Iren, murid perempuan kelas enam SD.
“Iya, Mbak. Ayo Aika, kubantu!” jawab Farra, dan langsung menjalankan tugasnya.
“Sedangkan kamu, Kron! Cepat mandi, dan bersiaplah menghadapi nasehat Ustadz Zhafran, mengerti!” perintah Karrel tegas.
Kron hanya mengangguk biasa.
“Dasar sok-an, mentang-mentang kelas enam, marah-marahin adik kelas sampai ketakutan! Emangnya dia ketua disini,” ejek Billy dengan suara kecil, namun tetap bisa terdengar.
“Apa Billy?!” tanya Karrel, berbalik badan, ia menghadap ke Billy.
“Sok-an!” jawab Billy keras.
“Grrr....” Karrel marah.
“Karrel sudah, biarkan!” nasehat Faka, dia juga kelas enam. “Billy, apakah kamu sudah mandi?”
“Sudah, dong... emangnya Nikko, yang masih bau, belum mandi,” jawab Billy santai.
“Ya sudah, sekarang tadarus, gak usah ngejekin orang lain!” perintah Karrel.
Billy menjulurkan lidahnya, kadang-kadang anak ini memang suka mengejek orang, tapi maunya ia jadi teladan atau pemimpin bagi yang lain. Banyak temannya berkata, “Dia saja seperti itu, kok mau jadi pemimpin?”
“Astaghfirullah!” Karrel beristighfar.
“Tidak perlu diperpanjang, ayo kita tadarus!” Faka mengalihkan perhatian.
“ Yang lain segera mandi! Tadarus dan kultum akan segera dimulai,” perintah Karrel keras.
“Emang ngapa?” Billy mulai lagi.
“Diam saja Karrel, yuk kita siapkan tempat tadarusnya!” ajak Faka.
Karrel mengangguk, lalu ia segera mengambil Al-Qur’an di ruang kelas tiga. Ruang kelas tiga akan dijadikan ruang tidur bagi Ikhwan, dan ruang kelas enam akan dijadikan ruang tidur bagi akhwat. Sengaja dijauhkan kelasnya, supaya tidak ada fitnah antara ikhwan dan akhwat.
Selanjutnya Karrel berjalan bersama Faka ke Masjid untuk bersiap tadarus.
⚽⚽⚽
Nior dan Persi sedang berjalan menuju kelas lima SD, suasana disana sunyi, karena yang lain sedang berkumpul di masjid sekolah. Nior dan Persi hendak mengambil Al-Qur’an Nior yang ketinggalan dimeja kelas.
“Ih cepetan dong jalannya, Nior!” omel Persi marah.
“Iya-iya, ganteng. Sabar dong, nanti kalau cepet-cepet ditabrak setan, terus jatuh deh. Soalnya inikan mau Maghrib, hi hi hi” Nior memberi alasan.
“Mana ada gara-gara jalannya lama, ditabrak setan,” ucap Persi menengok kebelakang, ia melihat Nior yang masih agak jauh.
Bruk!
“Aduh!” Persi mengaduh, ia tertabrak setan, eh salah, ternyata ia tertabrak Farra.
“Maaf Persi, aku gak sengaja, soalnya buru-buru nih, mau nganterin Aika ke kamar mandi untuk ganti baju, maaf ya.....” Farra meminta maaf.
“Iya gak pa pa,” pertamanya nada bicara Persi biasa, tapi kemudian menjadi luar biasa, “Tapi jangan diulangin!”
“I-iya, sudah ya, bye!” Farra langsung berjalan cepat, diikuti Aika yang bajunya terlihat sangat kotor.
“Tuhkan apa kubilang, ditabrak setan! Ha ha ha!” ejek Nior.
“Emangnya Farra setan?!” tanya Persi marah.
“Iya, setan berjilbab,” jawab Nior cekikikan.
“Udahlah aku balik lagi!”
“Eh, maaf sih... akukan Cuma bercanda.”
“Ya udah kutunggu disini, sana cepat, tinggal lima langkah lagi tuh sampai kelas, awas ya lama!” kata Persi tegas.
“Iya deh,” Nior masuk ke kelas lima SD, ia segera mengambil Al-Qur’annya, ternyata tidak ada.
Lalu ia cari dimeja guru, tidak ada. Yang dia temukan malah secarik kertas bertuliskan “Lomba Futsal Tingkat SD”
“Hah, lomba futsal, tidaak! Jangan sampai aku ikut, aku gak suka futsal!” batin Nior, lalu ia ingat dimana Al-Qur’annya berada.
“Gak ada dikelas,” kata Nior sambil melangkahkan kakinya keluar kelas.
“Terus dimana?” tanya Persi sambil berjalan.
“He he he... aku baru ingat, ternyata sudah kutaruh dijendela masjid,” jawab Nior malu-malu.
“Astaghfirullah!” Persi beristighfar, ia mau marah.
“Tunggu dulu! Tadi... tadi...” ucap Nior, ia takut Persi marah padanya.
“Tadi apa?” tanya Persi, ia tak jadi marah.
ALLAHU AKBAR! ALLAHU AKBAR!
Suara adzan Maghrib terdengar, itu suara Faka.
“Hiiih! Nior, semua gara-gara kamu, pokoknya aku gak mau dikurangi nilainya, titik!” Persi marah, ia berlari meninggalkan Nior.
Nior diam saja, ia tetap berjalan lambat, bahkan selambat-lambatnya, sampai Persi sudah tiba di Masjid, Nior masih terlihat jauh. Ah dasar, Nior! Lambat!
⚽⚽⚽
Jokes nya aneh ya gais, soalnya aku pas baca lagi ngakak brutal😭 bukan karena terlalu lucu bercandaannya, tapi karena terlalu aneh😭🙏🙏
Vote jangan lupa😠⭐
KAMU SEDANG MEMBACA
The Great Kids (ver.2018)
AdventureKisah tentang persahabatan anak laki-laki di masa SD. Menyukai sepak bola, namun Al-Qur'an tetap menjadi yang paling utama. --- Cerita ini pertama kali ditulis pada kurang lebih tahun 2018. --- 🥇#kisahanak (8-4-23)