ㅤㅤㅤ
~❉✿❉~
Angin disertai hujan masih menderu menyapu aspal jalanan di salah satu sudut kota Busan. Lampu jalanan yang mayoritas berwarna kuning hanya memberi sedikit bantuan penerangan ketika malam mulai merambat turun. Langit di barat bahkan sudah sangat pekat dengan bayangan gulungan awan yang terlihat seperti tangan-tangan monster di cerita dongeng. Kaca jendela sekitar kafe mulai buram karena titik air yang mengembun akibat tekanan udara dingin. Seorang wanita yang sedari tadi duduk di dekat meja kasir beranjak berdiri setelah melihat arloji Olivia Burton berwarna silver yang ada di pergelangan tangan kanannya.
"Kita tutup saja kafenya, Hana," ucapnya pada seorang gadis lain yang berdiri di balik meja bar.
Dia adalah Bae Dita—gadis pemilik kafe Hollys yang terletak di 277 Jung-dong, Haeundae-gu. Gadis yang dia panggil namanya itu mengangguk dan berjalan ke arah sisi jendela sebelah kiri. Menarik panel korden dan memeriksa kunci-kuncinya. Menyalakan saklar lampu tambahan yang akan menerangi teras samping kafe. Tinggal mereka berdua yang masih di kafe ini setelah beberapa pegawai lain memutuskan pulang di tengah guyuran hujan yang belum mereda.
"Biar aku yang memeriksa pintu depan," lanjut Dita seraya berjalan menuju ke arah pintu masuk. Dia menyurai rambutnya yang sedikit panjang dengan jari-jari lentiknya. Kulinya yang putih terlihat sangat kontras dengan kemeja hitam kotak yang sekarang sedang dia pakai. Gadis itu sengaja keluar menuju teras ketika dilihat ada lampu teras yang belum menyala.
Saat akan berbalik masuk, gadis itu terjingkat kaget ketika melihat seorang gadis yang duduk dengan mendekap tubuhnya sendiri di salah satu bangku kafenya. Gadis itu sontak berdiri ketika pandangan mereka saling bertemu. "Maaf, saya numpang berteduh?" ucap gadis itu dengan membungkukkan badannya. Suaranya terdengar berpacu dengan deru hujan. Wajahnya pucat karena sudah lama dalam kondisi basah kuyup. Mungkin dia sudah duduk di sana sejak beberapa menit lalu.
Dita tergopoh menghampirinya dengan mengembangkan payung yang dia bawa. Sebenarnya sudah tidak ada fungsinya karena rambut dan baju gadis itu sudah basah. Namun, setidaknya cipratan air yang turun mengenai tembok pembatas tidak menambah basah gadis itu. "Masuklah! Di dalam lebih hangat," ajak Dita.
Gadis itu terdiam agak ragu. Tangan kanannya masih memegang tali tas selempang yang dia pakai. Sementara tangan kirinya terlihat memegang sesuatu—semacam name card atau photocard.
"Kau bisa hipotermia jika terus di situ. Kurasa hujan ini masih lama redanya," ajak Dita lagi.
"Baiklah."
Akhirnya gadis itu menurut dan mengikuti Dita yang berjalan masuk ke dalam kafe. Dita kembali menyalakan lampu tengah. Hal itu membuat Hana yang sedang membereskan meja bar menoleh. Dia juga kaget melihat gadis yang berjalan di belakang Dita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ephemeral (FOR A WHILE)
Fanfiction~ ketika AKU ingin berCERITA tentang sebuah CINTA ~ @ryubluemoon