Ephemeral chapter Three

10 3 3
                                    

~❉✿❉~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~❉✿❉~


Kota Seoul sedang memasuki akhir musim gugur di akhir bulan Agustus. Udara dingin mulai terasa menggigit sampai ke tulang. Walaupun sang raja siang tetap mengawasi di tempatnya.

Jihan berdiri dengan merapatkan mantelnya. Matanya nanar menyapu segala sudut kota yang terekam oleh indera penglihatannya. Kota Seoul benar-benar indah, lebih dari yang pernah dia lihat di drama. Kota ini begitu bersih dan tertata kendati ada beberapa sudut yang terlihat padat oleh kemacetan lalulintas.

Jihan mendongak menatap langit yang terang. Kanvas besar itu penuh dengan warna biru. Tak ada noda warna putih dari awan yang terkumpul. Gadis itu menarik napas panjang dengan memejamkan mata sebentar. Merasakan hawa dingin masuk ke parunya. Dia melukis wajah Jimin dengan jelas di benaknya.

"Ryu ada di kota ini, Jihan. Dia sangat dekat denganmu," monolog gadis itu dengan suara lirih berbicara pada dirinya sendiri.

Jantung Jihan berdetak sangat cepat. Tubuhnya bahkan rasanya gemetar ketika memikirkan dia menghirup udara yang sama di satu kota yang sama dengan pria yang begitu dia cintai. Seseorang yang bahkan bisa mengubah jalan hidupnya tanpa mereka pernah bertemu. Pria yang bisa dengan mudah membuatnya menangis hanya dengan melihat senyumannya. Jihan mungkin mulai terkena masalah kejiwaan dengan mencintai tokoh virtual sedalam itu, tapi dia tidak peduli. Dia bisa bahagia dengan melakukan hal ini.

Lelehan bening meluncur begitu saja di pipi Jihan tiap kali pikirannya berpusat pada Ryu. Dia seolah teringat lagi sekeras apa usahanya untuk datang ke negara ini. Dia harus berpacu dengan waktu jika tidak ingin terlambat dan pulang dengan penyesalan. Tak terhitung malam yang dia lewati dalam tangis ketakutan yang hanya dia dan Tuhan yang tahu.

Jihan menunduk ketika ponselnya bergetar. Mengambil benda pipih itu dari saku mantelnya. Satu pesan masuk dan makin membuat dia berlinangan airmata.

Princess, apa kau sedang ada di halaman istana pangeran tampanmu? Apa kau merasakan dia ada disana? Aku tahu kau pasti sudah menangis sekarang 'kan? Ingat jangan lelah untuk terus berada di jalan yang kau pilih. Karena kau berhak bahagia. Kalaupun air matamu jatuh, berikan hanya untuk Ryu-.mu. Aku mencintaimu sahabatku, Andhira.

Jihan terisak saat membaca pesan yang terkirim dari sahabatnya di Indonesia. Jihan memang mengatakan padanya akan pergi ke Seoul atas ajakan Dita. Sahabatnya itu adalah orang yang terus mendorongnya untuk bangkit dan berjuang melawan tekanan yang hampir membuatnya putus asa dan putus napas. Dia ada disaat Jihan sudah hampir hancur lebur. Dia orang yang mengenalkan Jimin pada hidupnya.

Jihan bermaksud menelpon Dhira namun urung saat melihat Dita berjalan ke arahnya. Gadis itu selesai memarkir mobilnya pada area parkir dekat pintu keluar 3 di stasiun Myeongdong. Jihan menunggunya di tepi jalan mirip gang kecil yang lumayan curam di dekat Hotel Pasifik Seoul. Jalanan itu sedikit menanjak dengan jalanan aspal yang mengkilap hitam. Mereka akan menuju ke stasiun Cable Car yang ada di ujung. Itu alat transportasi yang di pilih Jihan untuk sampai ke Namsan Tower, setelah menolak memakai mobil Dita atau bus.

Ephemeral (FOR A WHILE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang