Jeda 8: End

221 22 0
                                    

"Lo sakit lagi?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lo sakit lagi?"

"Enggak, males aja masuk.."

"Ck, gak ada kesian-kesiannya sama orang tua lo yang nyari duit. Bisa-bisanya males. Kalo lo minta duit semesteran dan mereka bilang 'males' gimana?!"

"Iya. Pokoknya tipsen, bye."

"RHEA?! RE--"

Rhea mematikan sambungan teleponnya dengan gaya slay sambil menirukan bagaimana bacotnya Sasha. Ya, yang di bilang Sasha memang tidak ada yang salah sih. Tapi timing untuk mendengarkannya sedang tidak pas. Rhea mau menggulung dirinya di bawah kukungan selimut. Rhea ingin bersantai seharian tanpa harus memikirkan tugas dan pekerjaan.

Kalau Kuliah sudah titip absen, maka kerjaan juga.

Ini satu bulan renggangnya hubungannya dan Bian. Laki-laki itu tidak pernah menghubunginya lagi, Rhea juga. Di pandangan masing-masing, mereka berdua seolah sama-sama hilang di telan bumi. Bahkan, meskipun satu fakultas, Rhea tidak pernah bertemu Bian, dari jauh maupun dekat.

Laki-laki itu biasanya nongkrong di kantin, tapi entah mengapa tidak pernah terlihat di sama juga. Terakhir melihat Instagram story nya sedang ada banyak job foto. Mungkin sibuk dengan part time nya.

Rhea tidak berusaha menghubungi maupun mencari tahu. Ini adalah jeda yang sesungguhnya. Gadis itu bangkit dari posisi rebahan nya, mencari flashdisk berisi film, Drakor, dan Anime. Sibuk meraba laci flashdisk nya, Rhea justru menemukan flashdisk lain.

Ia menatapnya lamat-lamat. Menyadari apa isi flashdisk yang Rhea temukan itu.

"Daripada hilang, mending kita simpen foto sama kenangan kita disini. Jangan sampe hilang ya."

"Genta.." air mata Rhea lolos begitu saja. Rhea yakin sudah selesai dengan masa lalunya, Rhea juga mulai belajar menyayangi Bian di tahun pertama ia jadian dengan Bian. Tapi saat mengingat laki-laki di masa lalunya--selain Bian, rasanya luka yang telah lama tertutup justru terkoyak lagi. Bian yang susah payah menyembuhkannya, Bian yang membuatnya lupa akan rasa sakit di tinggalkan. Rasanya, Rhea merasa sangat bersalah dengan Bian.

Pasti sakit menyukai seseorang yang selalu mengingat masa lalunya, pasti sakit menyembuhkan luka seseorang. Mengapa Bian yang bertanggungjawab sedangkan bukan Bian pelakunya.

Dan seharusnya yang mengeluh tentang hubungan mereka adalah Bian. Laki-laki itu menanggung amanah dari seseorang. Harusnya Rhea sadar dari awal.

"Tolol lo, Re!" Dengan peliknya rasa sakit yang kembali merayap, Rhea gagal menonton film nya. Ia lebih memilih menangis, menggenggam flashdisk seolah yang dia pegang adalah tangan seseorang.

Gadis itu mengusap air matanya dengan kasar, menyambar cardingan di gantungan, menyambar, handphone, kunci motor dan helm. Ia akan mencari Biantara, menjelaskan semuanya, memperbaiki semuanya. Rhea tidak mau kehilangan yang satu ini, cukup Gentala yang pergi dari hidupnya.

Jeda,Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang