Memoir #1

7 0 0
                                    

Dulu kamu pernah bilang kalau cara berpikir seseorang itu pasti akan berubah seiring dengan berjalannya waktu kan? Ya mungkin kamu sudah lupa pernah bicara seperti itu karena itu hanya sebuah kalimat yang kamu ucapkan secara spontan waktu aku tanya alasan kenapa kamu sangat membenci sup jagung.

"Nanti juga bakal suka, kalau cara berpikirku udah berubah!"

Kamu menjawab dengan wajah waspada seakan saat itu aku sedang berusaha memasukkan satu sendok sup jagung ke mulutmu dengan paksa. Padahal waktu itu kita sedang meneduh karena terjebak hujan, mana mungkin tiba-tiba aku punya sup jagung? Seperti jawabanmu, itu juga hanya sebuah pertanyaan yang aku tanyakan secara spontan karena teringat sup jagung buatan mama kemarin sore.

Tapi omong-omong tentang kalimat itu... Aku rasa itu  benar Ray. Cara berpikir seseorang pasti akan berubah seiring dengan berjalannya waktu. Dan menurutku itu bukan hal yang buruk loh? Seseorang memang harus berubah, karena perubahan merupakan sebuah pertanda bahwa mereka telah mengambil pelajaran dari pengalaman sebelumnya. Menurutku begitulah seseorang kemudian dapat terus bertumbuh menjadi versi terbaik dari dirinya.

Aku juga banyak berubah Ray. Kienna yang sekarang sudah bukan Kienna yang bisa keluar rumah dengan wajah polos tanpa riasan. Dia butuh setidaknya maskara dan lipstik untuk keluar rumah. Rambutku juga sudah jarang terurai bebas Ray, nyaris setiap hari diikat satu kebelakang. Pilihan parfume ku sudah bukan wangi sabun yang biasa kamu ledek karena menurutmu itu hanya akal-akalan ku agar dikira rajin mandi. Kurang ajar. Sekarang ini rata-rata parfume ku beraroma bunga, terutama mawar.

Kira-kira apa yang akan keluar dari mulut usil mu kalau kita bertemu sekarang ya? Apakah yang keluar adalah pujian atau ledekan lainnya? Entah mengapa hal pertama yang terlintas di pikiranku adalah suara kamu yang bilang "Wah, Kienna you've changed a lot!" dengan senyum lebar khas Raya.

Walaupun sedikit banyak masih ada hal yang sama dariku. Aku masih Kienna yang selalu antusias menonton film baru di bioskop. Aku masih suka makan makanan pedas, membenci kopi, dan aku juga masih suka mengoleksi stiker seperti remaja umur 17 tahun itu. Apa ini berarti aku belum sepenuhnya bertumbuh dewasa atau memang ada beberapa hal yang tidak bisa berubah dari seseorang? Entahlah...

Akhir-akhir ini aku sedang mencoba untuk menyibukkan diri dua kali lipat dari biasanya. Aku juga selalu coba untuk tidur sesegera mungkin agar bisa bangun lebih pagi setiap harinya. Pada saat aku menulis ini, aku sedang tinggal menunggu waktu untuk wisuda. Jadi tidak banyak hal yang bisa aku lakukan. Aku mulai banyak mendaftar kegiatan suka rela diluar kampus dan berpartisipasi sebagai panitia dalam berbagai event. Aku juga mulai berolahraga setiap hari, terkadang  hanya sekedar lari keliling komplek atau bermain voli dengan teman-teman. Saat tidak ada lagi yang bisa aku lakukan biasanya aku ikut membantu Fina menjalankan bisnis online-nya.

Pokoknya apapun aku lakukan agar bisa terus sibuk bergerak, sampai tiga hari yang lalu tiba-tiba aku jatuh pingsan di gudang penyimpanan barang milik Fina. Oh, bukan masalah serius kok! Kata dokter aku cuma kelelahan dan butuh istirahat berkualitas untuk beberapa hari. Burnout kalau menurut kesimpulan Fina. Menurutku aku masih kuat lari pagi kalau saja mama tidak melarangku dengan tegas dan mengancam untuk tidak datang ke wisudaku minggu depan.

Jadi selama tiga hari belakangan aku mulai menyibukkan diri dengan mencoba hobi baru yang dapat dilakukan di rumah dan tidak terlihat melelahkan. Aku sempat coba menjahit, tapi tidak cocok. Punggungku pegal karena terlalu lama duduk dan memikirkan pola jahitan malah membuat kepalaku pusing. Lalu aku coba menggambar, tidak bisa. Aku tidak menemukan ketenangan pada saat menggambar karena terlalu sibuk mengoreksi setiap garis yang kubuat. Aku juga sempat coba memasak di rumah. Ya... Cukup menyenangkan sih, tapi aku tidak suka aktivitas mencuci piring setelahnya. Sampai akhirnya aku mulai mencoba menulis lagi. Sepertinya cukup cocok kalau melihat aku sudah nyaris menulis selembar penuh dalam sekali duduk saat ini walaupun rasanya alur ceritaku berantakkan.

Kalau kamu ingat, dulu aku sering menulis saat senggang atau saat perasaanku sedang berat. And that really helps to calm me down. Jadi sekarang aku akan coba kembali menulis Ray. Kamu saja yang menilai apakah aku sedang senggang atau perasaanku sedang berat. Terserah kamu mau memutuskan yang mana. Tapi yang jelas... Sejak pertama aku mengangkat pena dan mulai menulis tadi, hanya kamu yang terus teringat.

Tentang kamu dan semua yang kamu lakukan untuk membuatku tersenyum. Tentang kamu dan semua kata-kata manis yang terdengar menggelikan bahkan setelah aku ingat kembali saat ini. Tapi entah mengapa itu selalu berhasil untuk menenangkanku setiap aku membutuhkannya. Juga tentang kamu dan gantungan kunci yang selalu kamu gantungkan di tas sekolahku (jimat katanya, untuk menemaniku). Atau tentang kamu yang suaranya selalu terdengar pada saat jam makan siang pada hari jum'at di kantin sekolah, membicarakan topik random melalui siaran sekolah. Semuanya teringat begitu saja Raya. Tidak mau pergi walaupun aku sudah berusaha memikirkan topik lain untuk ditulis. Jadi aku akan menulis tentang kita.

Entah karena aku sedang senggang atau karena perasaanku sedang berat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 07 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Simply MemoirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang