Senin pagi pada pukul setengah tujuh, sudah lumrah jika kebanyakan sekolah di Indonesia untuk memulai jam belajar. Begitupun dengan Sma Diwantara, semua siswa siswi diwajibkan segera masuk kelas masing masing.
Seorang cewek di dalam kelas 11 mia 1, sedang duduk dan bersandar di tembok sambil membaca buku yang entah apa judulnya. Ketenangannya mulai terganggu, saat teman kelasnya sudah masuk semua. Seperti biasanya yang terjadi di kelas, mereka bergosip dengan topik masing masing. Sedangkan cewek itu masih tetap pada bukunya, tidak ada teman sebangku, bahkan teman bicara.
Hanya sendiri.
Ya, dia adalah Aretta Chelsea, cewek cantik yang memiliki sifat yang begitu dingin. Sifatnya yang mudah marah membuat teman temannya tidak ada yang berani mengganggunya. Meskipun masih ada beberapa yang berani mengganggu, tapi baginya itu hanya angin lalu lalang saja, karena bagi Retta mereka orang orang yang tidak penting. Selama masih tidak melampaui batas, Retta tidak akan bertindak keras.
"Selamat pagi anak anak." sapa Pak Mashudi, guru bahasa Indonesia.
"Selamat pagi Pak Mashud." jawab mereka kompak, terkecuali Retta yang hanya diam menatap keluar kelas.
"Sebelum kita memulai pelajaran pada hari ini, Bapak akan memperkenalkan teman baru kepada kalian. Kamu, silahkan masuk." perintah Pak Mashudi, dan seorang cowok yang berseragam sama dengan mereka masuk dan berdiri di samping Pak Mashudi.
"Eh ganteng beut,"
"Lumayan."
"Pepet dikit ah, siapa tau cocok."
Berbagai pujian terlontar kepada siswa baru itu. Wajahnya tampan, kulitnya putih bersih, dan yang pasti murah senyum.
"Perkenalkan diri kamu."
"Perkenalkan, nama saya Rivano Aditya. Panggil aja Rivan, saya pindahan dari Jawa." katanya sopan dan ramah. Ditambah lagi dengan senyum manisnya.
"Kamu duduk sama Retta ya, itu bangkunya di nomor dua." perintah Pak Mashudi. Raut muka Retta berubah sebal, karena Pak Mashudi membuatnya akan kehilangan ketenangan.
"Iya Pak."
Rivan melangkahkan kakinya perlahan, duduk di samping Retta dengan pe-denya. Sedangkan cewek itu hanya bersikap bodoamat, ia terdiam seperti tak ada sesuatu di dekatnya. Cowok itu menatap Retta aneh, menatap bagian ujung rambutnya hingga ujung kakinya. Seragamnya sedikit berbeda dari yang lain, jika siswi lain menggunakan kaos kaki panjang, Retta malah memakai kaos kaki pendek.
"Rivan." katanya sambil menyodorkan tangannya pertanda ingin kenalan. Tetapi sepertinya Retta tidak tertarik, ia menatap Rivan sejenak lalu mengembalikan pandangannya kepada Pak Mashudi yang memulai pelajaran.
Memang sudah sikapnya.
Selama pelajaran, Retta hanya diam mendengarkan. Sedangkan Rivan si murid baru malah berkali kali menatap teman sebangkunya itu. Ia melihat betapa tenangnya wajah Retta, dia begitu cantik, tapi tak seimbang dengan perilakunya. Jika diibaratkan seperti sekolah lain, maka Retta adalah most wanted girl.
"Gak usah liat liat." kata Retta tiba tiba yang tanpa menoleh dan mengejutkan Rivan.
"Maaf."
Seketika itu Rivan mengalihkan pandangannya ke papan tulis lagi. Ia tak habis pikir, sedingin dan sejudes itukah Retta.
***
Tak bisa dipungkiri, jam istirahat menjadi waktu surga bagi siswa siswi Sma Diwantara. Mereka berlari tak karuan hanya demi berebut kursi kantin.
Sedangkan Retta masih tetap pada tempat duduknya dan membaca buku. Rivan terdiam di samping Retta, dan menolak beberapa ajakan dari teman temannya yang lain untuk pergi ke kantin. Ia merogoh sakunya dan mengambil ponsel, melihat beberapa berita yang menurutnya menarik. Terutama soal makanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
You and My Diary
Teen Fiction"Perasaan bisa berubah sewaktu waktu Van, jadi lo gak perlu susah susah buat ngejar gue yang belum tentu cinta sama lo juga." jawab Retta yang masih dalam pandangannya. "Gue bukan Sena." kata Rivan merendah dan membuat Retta membalikkan badan. "Gue...