Prolog : Kesalahan.

102 16 3
                                    

Hai guys, disini masih pada stay nggak sih? dimana kalian para seulmin lovers? kok nggak nampak batang hidungnya.. kapal kalian karam? ayo, kita bucinin lagi mereka! absen dulu yuk, sambil nikmatin cerita baru lagi~


***

Rumah Sakit Warmaguna.

Suasana nya cukup mencekam, beberapa kertas laporan kesehatan di ruangan itu tercecar dilantai, beberapa map dokumen pasien terlempar tak aturan, bahkan kursi pasien yang ada didalam sana pun sampai terbalik. Ada salah seorang dokter dan suster dengan raut wajah panik serta bersalah, ada pula seorang pria dengan raut wajah marah, memerah, mengerikan.

"Lalu? apa yang bisa dilakukan oleh pihak rumah sakit jika ada kesalahan sefatal ini? hah? apa kalian bisa bertanggung jawab? astaga." pria itu memegangi kepalanya yang sudah sangat sakit dan ingin pecah saja rasanya.

Sang dokter berdehem sebelum menjawab caci maki pasiennya tersebut, ia memberanikan diri melangkah mendekat sembari berusaha menenangkan. "Kami, dan seluruk staff rumah sakit benar benar minta maaf, pak. Kami tahu, salah satu staff kami lalai, dan kami siap menerima segala keputusan anda dalam menyikapi kesalahan kami, pak." ujarnya.

Pria itu mendecih. "Kau kira semudah itu? hah? hah! pikirkan saja, reputasiku bagaimana? kau tahu, aku bukan orang biasa, aku sangat berpengaruh. Bagaimana reputasiku jika semua orang tahu? sedangkan, aku sama sekali tidak memiliki riwayat dekat dengan seorang wanita manapun. Bagaimana bisa aku menghadapi dunia, jika mereka tahu bahwa aku akan menjadi seorang ayah dari wanita yang tidak aku kenal sama sekali?!!!!." pria itu berteriak, benar benar meluapkan amarahnya. Namun, sang dokter dan rekan nya tidak bisa berbuat apa apa.

***

Sementara itu, tak lama setelah pria itu pergi, datanglah seorang wanita, dengan raut wajah sendu, dan kedua mata yang membengkak. Berbeda dengan pria itu, si wanita justru tak banyak bicara, setelah membuka pintu ruangan dokter, ia langsung duduk di hadapan sang dokter, kemudian ia tertunduk sembari menggenggam jemarinya sendiri.

"B-bagaimana bisa? apa yang harus aku lakukan sekarang? siapa pria itu? dan bagaimana caraku melanjutkan hidup? bagaimana.. katakan, aku sudah sangat putus asa." ucapnya gemetar.

Perasaan sang dokter pun kacau, ia tahu bahwa ini kesalahan yang sangat fatal dan benar benar merugikan banyak pihak.

"Kami benar benar meminta maaf, bu.. kami tidak menyangka jika hal ini bisa terjadi, kami tidak hati hati dalam bekerja.. kami tidak mengira jika salah satu rekan kami telah menyuntikan sesuatu ketika itu, dan ternyata.. itu kepemilikan dari pasien kami, Bapak Krisvero Adijaya Hannen.."

Si wanita langsung menegakkan tubuhnya, kedua matanya nanar, rasanya dunia terhenti sejenak. Ia benar benar tidak sanggup mengatakan apapun, apalagi setelah nama itu di sebut.

"Ini... salah." desisnya pelan. Tak terasa, tiba tiba airmatanya turun begitu deras, ia menggenggam rok nya dengan sangat kuat.

***

Mau tidakmau, keduanya menceritakan kecelakaan parah ini kepada keluarga masing masing, dan pihak rumah sakit pun di tuntut tanpa ampun oleh pihak Kris. Sementara si wanita, ia tidak bisa berbuat banyak, sebab banyak hal lain yang harus ia pikirkan, juga ia seorang yatim piatu yang tinggal di sebuah panti asuhan. Panti yang dimiliki oleh seorang paruh baya, bernama Anton Sudibyo, yang tidak lain adalah "ayah" bagi nya disana. Tidak hanya keluarga Kris yang terkejut, Anton pun sama, emosi, dan ingin sekali membakar rumah sakit tersebut. Namun, ia tidak bisa meluapkan amarahnya, sebab, putrinya terlalu sabar dan melarangnya bertindak seenaknya.

Karena Kris bukanlah sembarang orang, pihak keluarga pun mengambil keputusan yang cukup menegangkan, dan sebenarnya Kris menolak dengan keras keputusan itu. Tetapi, demi nama baik keluarga dan perusahaan, mereka harus melakukannya.

"Kamu harus menikahi perempuan itu." ucap Soraya, ibu dari Kris.

"Apa? aku? mengapa harus begitu, bu? aku bahkan tidak mengenalnya, aku juga tidak tahu apakah kami selevel? apakah dia perempuan yang layak untukku?." balasnya.

Soraya membuang muka, ia memijat pelipisnya sembari bersandar pada sisi meja kerja putra nya. "Lakukan, kalau kamu mau nama baikmu aman. Kalau dia tidak menikah dengan kamu, nanti dia akan bertindak bodoh dan membuat reputasimu hancur. Menikah, dan kurung dia di sini. Bagaimanapun juga, bayi yang nantinya tumbuh di dalam perutnya, adalah bayimu. Ck, rumah sakit bodoh." Soraya kembali membuang muka.

Ada benarnya, Kris paham, dengan menikahi perempuan itu, jelas ia tidak akan menyebarluaskan kesalahan ini dan membuat reputasinya terancam.

"Baik, atur saja semuanya. Aku ingin pernikahan kami secara tertutup, jangan ada yang tahu, media sekalipun." jawabnya acuh.

Soraya mengangguk. "Ibu akan meminta Gerald untuk mencari wanita itu dan mengatur semuanya. Tenangkan pikiranmu, fokuslah pada keselamatan reputasi dan karirmu, setelah bayi itu lahir, kamu bebas menentukan hal yang ingin kamu lakukan nantinya, paham?." jelas Soraya.

Kris menganggukkan kepalanya. "I'm so glad to have you mom, thankyou so much."

Soraya tersenyum sembari melangkah mendekati putra semata wayangnya. "Anything for you, Kris."

***

Krisvero Adijaya Hannen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Krisvero Adijaya Hannen.

Krisvero Adijaya Hannen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aluna Melody Farandy.

TERANG DALAM GELAP.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang