Hai guys, disini masih pada stay nggak sih? dimana kalian para seulmin lovers? kok nggak nampak batang hidungnya.. kapal kalian karam? ayo, kita bucinin lagi mereka! absen dulu yuk, sambil nikmatin cerita baru lagi~
***
Kris bolak balik memperhatikan jam yang melingkar di pergelangan tangan nya, entah mengapa waktu berjalan begitu lamban, rasa rasanya ia tidak sabar segera pulang dan makan siang bersama Melody.
"Ah, masih jam 9? lama sekali." cetusnya sebal. Ia memainkan pulpen nya dengan cara diputar disela sela jemarinya. Meski sebenarnya ia masih ragu, apakah yang ia lakukan adalah benar atau tidak. Kembali ia mengingat, kejadian malam kemarin, begitu melekat dalam pikiran nya.
Tak lama kemudian, pintu ruangan kerja nya di ketuk. Lalu muncullah Soraya dari balik pintu tersebut.
"Kris." sapa nya sebelum duduk di sofa.
Sadar jika Ibu nya datang, Kris langsung bangkit dan menyambut kedatangan ibu nya.
"Tumben? apa ada pertemuan mendadak?." tanya Kris memastikan.
Soraya hanya menatap Kris, kemudian ia mengeluarkan rokok dari dalam tas nya. Tanpa sungkan, ia memantik korek api dan mulai menghisap rokoknya.
"Ibu, sejak kapan merokok lagi?."
Soraya tersenyum kecut. "Sejak kamu menikah dengan Melody." jawabnya singkat.
Kris menunduk sejenak, lalu ia mengambil posisi duduk tepat di sebelah sang ibu. "Ada apalagi? bukankah ini saran ibu, untuk menikah dan memperlakukan dia dengan baik? dimana lagi salahku?."
"Tidak ada, ibu teringat ucapan mu kemarin lalu. Bagaimana kalau selama 9 bulan, kalian jatuh cinta satu sama lain? Kris, itu tidak benar, tidak boleh terjadi." Soraya kembali menghisap rokoknya.
"Kalau hal itu sampai terjadi, bagaimana?."
Soraya menghembuskan asap rokoknya tepat di depan wajah Kris. "Kamu pikir, ibu akan membiarkan hal itu terjadi?."
Kris menelan salivanya sendiri, merasa gugup dan enggan menyinggung lebih lama.
"Semua ini anggap saja tentang bisnis, ambil bayinya, dan beri uang yang banyak untuk keluarga Melody. Ibu punya banyak koneksi dan kenal dengan beberapa perempuan yang lebih layak menjadi pasanganmu."
"Lakukan saja apa yang ibu mau, kalau sudah tidak ada yang perlu di bicarakan, ibu bisa keluar. Aku, ada janji dengan seseorang."
Soraya tersenyum sinis, ia membuang rokoknya dilantai lalu menginjaknya sampai mati dan hancur. "Seseorang? sebut saja namanya Melody, makan siang berdua, benar?."
"Bu.." Kris menatapnya dengan tatapan tajam.
"Baiklah, aku harap sikap baikmu ini hanya sandiwara sampai bayi itu lahir. Ingat Kris... dia bukan yang terbaik." Soraya sengaja membuang puntung rokoknya dilantai ruangan putra nya sendiri, sebab ia kelewat sebal atas sikap Kris yang mulai keluar dari garis aman.
Kris tidak ambil pusing ucapan Soraya, meski Soraya telah berhasil membuat pikirannya kacau. Pria itu meraih jas nya, kemudian berjalan cepat keluar dari kantor untuk segera pulang dan mengajak Melody makan siang sesuai janjinya. Ia melangkah tanpa merespon beberapa karyawan yang menyapa nya, sebab hatinya begitu gundah, dan takut jika Melody akan meninggalkan dirinya. Sesampainya di basement, ia langsung menaiki mobilnya dan tancap gas pulang kerumah, padahal jam masih menunjukkan pukul 10.30.
Setibanya di rumah, Kris berteriak memanggil nama Melody berkali kali, dan membuat seisi rumah terkejut akan teriakannya.
"Ada apa tuan? apa terjadi sesuatu?." tanya salah satu pelayan nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TERANG DALAM GELAP.
FanfictionApalah arti pernikahan, jika di dalam hubungan tersebut tidak ada cinta dan kepercayaan? pernikahan tidak semudah yang kita kira, yang saling mencintai saja bisa berpisah, bagaimana dengan pernikahan yang terjadi tanpa adanya perasaan suka maupun ci...