Part 1 : Pernikahan.

52 16 6
                                    

Hai guys, disini masih pada stay nggak sih? dimana kalian para seulmin lovers? kok nggak nampak batang hidungnya.. kapal kalian karam? ayo, kita bucinin lagi mereka! absen dulu yuk, sambil nikmatin cerita baru lagi~

***

Hatinya bergejolak, bukan ini takdir yang Melody inginkan. Kisah cinta nya yang berakhir tragis 4 tahun lalu masih menyisakan luka dan belum benar benar ia lupakan. Itulah sebabnya, Melody menutup diri dan hatinya dengan sangat rapat, menolak siapapun yang hendak memasuki hatinya, entah untuk memberikan luka baru, ataupun menyembuhkan luka. Tetapi, dunia ini konyol baginya, sekarang, ia berdiri sebagai seorang istri dari pria yang sungguh tak pernah ia bayangkan akan jadi seorang suami untuknya. Apalagi, pria itu adalah Krisvero, sosok yang sangat sangat terhormat dan jelas berbeda dengan dirinya. Ia merasa sangat hancur, belum juga sempat sembuh akan luka di hati, kini ia harus menghidupi "bayi" yang berada didalam perutnya. Lucu bukan?

Pria itu, Kris namanya. Ia masih betah berdiri bersandar di tembok dengan tatapan kosong. Sedangkan Melody, ia memilih duduk diatas kasur sambil terus menunduk, merapalkan doa karena ia sangat ketakutan dan kebingungan dengan kondisi yang seperti ini, sungguh tidak nyaman. Apalagi, Kris tidak menunjukkan sikap yang baik padanya. Padahal, disini Melody juga korban.

"Siapa namamu tadi? lucu sekali, kami menikah tapi tidak saling mengenal satu sama lain." Kris bersuara.

Melody semakin tertunduk, ia mencakar sisi sofa dan menggenggamnya dengan erat.

Kris melempar tatap, melihat istrinya tidak merespon pertanyaannya. "Hey, aku sedang bicara denganmu." ucapnya lagi.

Perlahan, Melody menghembuskan nafasnya yang berat, kemudian ia mengangkat dagunya, memberanikan diri menatap Kris. "Melody." singkatnya, kemudian ia kembali menunduk.

Kris mendengarnya. "Aku harus bekerja, dirumah ini ada 6 pelayan yang bisa melayani semua kebutuhanmu, ada 3 supir, dan aku juga meninggalkan beberapa credit card, barangkali kamu ingin membeli sesuatu. Aku tidak menyiapkan kado pernikahan apapun, kamu bisa membelinya sendiri. Aku akan dengan senang hati memberikan semua fasilitas untukmu tanpa batas, asal kamu bisa jaga rahasia dan jangan pernah mengungkap kebenaran soal kami berdua. Anggap saja, kamu tidak tahu siapa itu Kris. Paham?."

Melody tidak menjawab, ia hanya mengangguk pasrah.

Kris kembali menatap Melody, kali ini dengan tatapan penuh tanya. "Ingat, pernikahan ini hanya berlaku sampai bayi itu lahir. Setelah lahir, akan aku pikirkan bagaimana kelanjutannya. Oh satu lagi, kamar ini adalah kamarmu, aku tidak akan tidur denganmu disini. Point nya adalah, kami berdua menikah hanya karena kesalahan rumah sakit brengsek itu, jadi kamu paham kan soal batasan ini?." Kris memastikan.

Lagi, Melody hanya menganggukkan kepalanya tanpa bersuara.

Kemudian, Kris beranjak pergi, meninggalkan Melody sendirian di kamar super megah dan mewah ini. Setelah Kris menutup pintu kamar, Melody langsung menangis sejadi jadinya, ia masih belum bisa menerima kenyataan pahit ini. Meskipun ia tahu, ia tidak akan lagi hidup susah, tetapi sungguh, bukan cara ini yang ia mau. Bagaimanapun juga, impian Melody adalah, menikahi pria yang mencintainya, dan hidup sederhana bahagia. Bukan seperti ini.

"Tuhan, mengapa harus begini? apa salahku?." lirihnya pelan, sebelum kembali menangis dan meraung sendirian.

***

Malam hari, jam sudah menunjukkan pukul 22.00, Kris yang baru saja tiba pun langsung menuju kamar, dan bersiap bersih diri sebelum beristirahat. Tetapi, tiba tiba hatinya gusar, kira kira apakah Melody sudah menghamburkan uangnya? atau, berbelanja seenaknya? tiba tiba, salah satu pelayan menghampirinya.

"Selamat malam tuan.." Sapa nya lembut.

"Hm? ada apa?."

Si pelayan ragu untuk bicara, namun ia harus berkata jujur, sebelum hari berganti pagi. "Nyonya Melody..."

"Ada apa? dia berulah?."

Si pelayan menunduk. "Bukan begitu tuan, tetapi nyonya tidak keluar kamar sama sekali, dan pintunya di kunci dari dalam. Kami berusaha membuatnya keluar untuk makan, tetapi nyonya tidak merespon apapun tuan.."

Kris terdiam sejenak. "Baiklah, terimakasih sudah memberitahu, biar aku yang mengurusnya. Jika tugasmu sudah selesai, lekaslah beristirahat."

"Baik tuan.."

Kris mengoyak dasinya sebelum ia menaiki anak tangga dan melangkah cepat menuju kamar sang istri. Setibanya di depan kamar Melody, ia langsung memegang tuas pintu dan berusaha membukanya secara paksa.

"Buka pintunya, atau aku hancurkan pintu nya." ujarnya dari luar kamar.

Sengaja Kris menunggu beberapa saat, namun Melody tetap tak memberi respon apapun, di satu sisi, Kris marah, tetapi ada rasa khawatir, sebab bagaimanapun juga, ada janin didalam perut Melody, dan itu adalah buah hati nya sendiri.

"Melody. Buka. Pintu nya."

Karena tak sabar, Kris memakai kunci cadangan untuk membuka kamar tersebut, dan betapa terkejut nya dia, melihat Melody tergeletak dilantai dengan wajah yang sungguh pucat. Melody masih mengenakan dress pengantin nya, wajahnya juga masih terpoles oleh makeup yang menipis, mungkin karena ia menangis seharian, kedua matanya sembab. Tanpa basa basi, Kris meraih tubuh Melody, mengangkatnya dan menidurkan sang istri diatas kasur.

"Bodoh." ujarnya. Ia menatap Melody yang mengenaskan, ia tidak menyangka jika Melody justru menangis dan menyiksa dirinya seperti ini, padahal dalam khalayan Kris, Melody sudah bersenang senang dengan credit card miliknya, namun dugaannya pun salah. Lalu, ia meminta 2 pelayan wanita untuk membersihkan makeup dan menggantikan pakaian milik Melody, setelah selesai, Kris masih berada di kamar tersebut, memastikan jika istrinya baik baik saja.

"Apa enak nya menyiksa diri seperti ini? kamu belum makan, bagaimana nasib bayiku jika kamu tidak bisa menjaga diri?." ujarnya lirih. Ia melihat wajah tenang Melody dari dekat. "Apa kamu tersiksa dengan semua ini?." tanya nya lirih sembari menarik selimut untuk Melody.

Sadar akan gerakan dan merasa ada yang memperhatikan nya, Melody pun tersadar dan terkejut melihat Kris berada di hadapannya.

"Hah." Melody bergerak mundur menjauh, dan wajahnya berubah ketakutan.

Kris memalingkan wajahnya sejenak, sebelum ia menatap Melody kembali. "Apa yang kamu lakukan? sampai pingsan di lantai? kamu lupa ya, aku bilang apa tadi? bahkan kamu nggak keluar kamar untuk makan. Setidaknya, jangan egois untuk bayiku. Dia butuh nutrisi."

Melody menghela nafasnya perlahan.

"Cepat turun, akan aku buatkan bubur." ujar Kris.

Namun Melody menggelengkan kepalanya.

"Apalagi? apa ini caramu, untuk membunuh darah dagingku? dengar ya, disini bukan hanya kamu korban nya, aku juga. Jadi tolong, bekerjasamalah denganku. Bayi itu tidak tahu apa apa." jelas Kris sebelum ia meraih pergelangan tangan Melody dan menariknya keluar kamar.

Melody hanya bisa pasrah, langkah kakinya mulai mengikuti ritme langkah Kris, genggaman tangannya begitu kuat dan hangat. Mereka menuju dapur, dan Kris memberi perintah agar Melody duduk manis, menunggu bubur buatan Kris. Sempat Melody tertegun, tetapi ia segera menyadarkan dirinya, hal ini lumrah, Kris melakukan ini sebab ia tidak ingin bayi nya kenapa kenapa, bukan untuk memerhatikan Melody. Lagipula, pernikahan ini tanpa cinta, tidak ada perasaan apapun, dan sebaiknya memang tidak melibatkan perasaan.


***

To be continue, see you di part selanjutnya besok. Jangan lupa vote dan komen yaa! 🐾

TERANG DALAM GELAP.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang