05

27 6 0
                                    

"Kenapa pulang?." Viora menghentikan langkah kala mendengar suara Mamanya, terdengar berbeda. "Kenapa kemarin rissa minta beliin snack kamu gak mau?."

Viora memutar bola matanya sudah pasti Charissa mengadu pada sang Mama. "Dia masih punya tangan sama kaki kenapa gak beli sendiri? Bukannya anak kesayangan Mama itu punya mobil? Digunain dong mobilnya jangan cuma dijadiin pajangan." Ungkapnya.

"Tapi kan kamu lagi diluar jadi sekalian beliin."

"Harus banget aku yg beliin padahal Charissa punya uang banyak yg Mama kasih? Sedangkan uang ku udah nipis."

"Kan ntar juga gue ganti pas lo dirumah." Ucap Charissa.

Viora tersenyum miring. "Ganti? Gue mau lo ganti uang gue yg lo pake 5 hari yg lalu, 500000 rb." Ucap Viora.

"Yaelah cuma 500000 rb, minta diganti."

"LO PIKIR UANG SEGITU DIKIT? ENGGA GUE NABUNG, ITU UANG TABUNGAN GUE DAN LO MAIN AMBIL CELENGAN GUE!." Seru Viora kesal.

"Astria! Jaga sikap kamu!." Bentak Mamanya membuat mata Viora berkaca-kaca.

"Lebih baik Mama ajarin anak kesayangan Mama itu buat jaga sikapnya, aku selama ini udah sabar dengan keenggak adilan Mama-."

"-Semenjak Mama nikah lagi Mama berubah, oke aku gak keberatan sama pernikahan Mama, tapi kenapa Mama harus nikah sama Papanya musuh aku? Aku gak benci sama Papa tapi aku benci sama Charissa!-."

"-Andai Mama tau gimana sikap Charissa ke aku selama ini! Walaupun aku ceritaiin pasti Mama bakal bela Charissa, seharusnya dari dulu saat Mama sama Ayah pisah aku ikut Nenek aja biar Mama bisa bahagia sama keluarga baru Mama." Kemudian Viora melangkah menuju kamarnya, namun saat mendengar ucapan sang Mama ia menghentikan langkahnya air mata yg sedaritadi berubah ia tahan sudah membasahi kedua pipinya.

"Mama kecewa sama kamu Astria, Mama gak pernah ngajarin kamu bersikap kayak gitu. Sekarang Mama tau apa kemauan kamu, kamu mau keluar dari rumah ini kan?-."

"-KELUAR KAMU SEKARANG BAWA SEMUA BARANG-BARANG KAMU DAN JANGAN PERNAH LAGI KEMBALI KERUMAH INI ATAU PUN MENGINJAKKAN KAKI DIRUMAH INI!." Final Mamanya membuat hati Viora seolah terhiris².

Sedangkan Charissa yg berada disamping Mamanya tersenyum penuh kemenangan, baginya sekarang ia sudah berhasil menghancurkan hubungan Viora dengan Mamanya.

"Oke fine aku pergi sekarang!." Gadis berambut panjang sepundak itu berlari menaiki tangga menuju kamarnya dengan air mata yg masih berjatuhan.

Brak

Viora mengambil kopernya yg berada di atas lemarinya kemudian membuka lemarinya memasukkan semua bajunya dan seragam sekolahnya, bahkan tidak ada satu helai pakaian pun yg gadis itu tinggalkan semuanya sudah masuk kedalam koper.

Setelah memasukkan pakaiannya Viora memasukkan semua barangnya yg lain kedalam tas sekolahnya dan beberapa kedalam koper. Setelah semuanya masuk Viora memasang cardigan nya lalu pergi tak lupa membawa dompet dan hpnya.

Saat diruang tengah Viora meletakkan kunci mobil dan kunci motornya diatas meja. "Aku gak butuh ini." Ucapnya.

Mamanya tersenyum remeh. "Liat aja nanti kamu pasti pulang kesini karna kamu gak pernah bisa hidup sendiri tanpa pasilitas."

Viora tersenyum tipis. "Kita liat aja Ma." Lalu ia melangkah pergi dari rumah itu dengan membawa koper dan tas yg terhambin di pundaknya.

Just Friend

Kini Viora sedang duduk di halte bus menunggu bus.

Tik tik tik

Setetes dengan setetes air hujan jatuh hujan yg lebat beserta petirnya. Gadis ber cardigan hitam itu menundukkan kepalanya sambil menutup kedua telinganya ia takut dengan suara petir.

"Hiks...."

Tiba-tiba saja ia merasa ada seseorang yg menggenggam tangannya. "Lo gak perlu takut lagi."

Suara itu familiar bagi Viora, ia mengadahkan kepalanya menatap orang itu. Matanya membulat saat mengetahui jika orang itu adalah Reygan. "Tenang gue gak ngapa ngapain lo gue cuma mau bantu lo nenangin diri lo." Ucap Reygan.

Suara petir semakin nyaring membuat Viora menundukkan kepalanya semakin ketakutan.

Sekitar 35 menit hujan berlangsung kini sudah mulai reda dan tidak ada lagi suara petir. Viora juga sudah mulai merasa lega. Ia perlahan menjauhkan dirinya. "Makasih ya." Ucapnya.

"Sama-sama, kalo lo takut sama petir lo hanya perlu peluk sesuatu atau saat lo lagi sendiri peluk diri lo sendiri, dengan cara tadi juga bisa meredakan rasa takut terhadap petir." Ucap Reygan lalu membuka tudung hoodienya.

"Lo tau dari mana?."

"Karna seseorang juga pernah punya ketakutan kayak lo bahkan lebih parah."

"Kasian banget dia."

"Iya kasian banget kan."

"Btw kenalin gue Reygan panggil aja Rey." Reygan mengulurkan tangannya kearah Viora.

Tetntu saja Viora menyambutnya dengan senang hati. "Gue Viora." Lalu Viora pun menjauhkan tangannya perlahan.

"Sorry gue kepo lo bawa koper mau kemana?." Tanya Reygan setelah melihat koper Viora.

"Gue diusir dari rumah."

"Oh sorry."

"It's okay."

"Pasti masalah sama keluarga kan?." Tebakan Reygan benar, tapi kenapa laki-laki itu bisa tau, pikir Viora. "Gue juga pernah ngalamin kayak lo."

"Owh gue kira lo cenayang." Keduanya sama-sama tertawa. Kemudian perlahan tawa itu berhenti. "Gue cuma pengen ngerasain yg namanya bahagia tapi kok susah banget ya?." Keluh gadis dengan cardigan hitamnya.

"Namanya juga bahagia emang susah, kalo datang juga cuma sebentar terus ngilang." Ucap laki-laki disampingnya.

"Btw sekarang lo udah kepikiran mau tinggal dimana?."

"Pengennya sih tinggal di apartemen."

Tiba-tiba Reygan bangkit dari duduknya lalu kembali memasang hoodienya. "Gue tau apartemen yg murah dan bagus, walaupun murah tapi apartemennya elit."

Viora pun bangkit dari duduknya. "Oh ya dimana?."

"Ikut gue."

(...)

Just Friend ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang