William merenung di dalam kamarnya. Apakah wanita itu benar bermaksud mengusirnya dari rumah? Atau hanya terbawa emosi saja?
Awalnya William berusah untuk berfikir positif, dia tidak tega juga meninggalkan mamanya sendirian di rumah dalam keadaan rapuh seperti sekarang. Namun setelah dipikir-pikir, rasa kecewa yang ia timbulkan kepada wanita itu bukan kecewa yang main-main.
Pada akhirnya, dia merasa tak pantas untuk menampakkan wajah di depan mamanya lagi. Dengan berat hati William mulai mengeluarkan satu-persatu baju dari dalam lemari.
"Buset dah, mau ke mana gue habis ini."
"Tidur di jalanan kah?", tanya William pada dirinya sendiri. Dia benar-benar tak memiliki opsi. "Yang deket sama gue cuma Gifar, tapi Gifar lagi di rumah sa- oohh!" dia langsung tersenyum, bangga pada dirinya sendiri.
William berencana untuk tidur di rumah sakit bersama Gifar untuk sementara waktu. Lumayan kan? Daripada di jalanan, pikirnya.
William menyisihkan pakaian yang menurutnya tidak akan terpakai karena ukurannya sudah terlalu kecil. Sempat heran dengan diri sendiri, dia ini habis diusir, tapi seakan-akan sedang menyiapkan pakaian untuk pergi berlibur.
Gak ada nangis-nangisnya ni orang.
Atau belum? Entahlah, biasanya cengeng.Setelah merasa barang yang ia bawa sudah lebih dari cukup, William langsung menutup kopernya, tak lupa untuk menggendong gitar kesayangan pemberian Gifar.
---
Ting tong...
Gifar dan Reyhan terkejut saat melihat William berdiri di depan pintu sambil menenteng banyak sekali barang, pria itu hanya tersenyum polos.
"Hai, ganggu gak?"
"William, sedang apa?" tanya Reyhan sambil membantu William mendorong koper masuk ke dalam kamar rumah sakit.
"Gakpapa, habis diusir dari rumah."
Gifar langsung menghela nafas panjang. "Lo serius? Kenapa bisa sampai diusir?"
"Ceritanya panjang Far, tapi gue boleh kan sementara tidur di sini?"
"For sure. Reyhan, nanti tolong pesan satu kasur lagi buat di sini ya."
"Siap Gifar."
"Hah, bisa pesan kasur kah? Ini bukan hotel Far, udah gakpapa gue tidurnya di sofa aja."
"Bisa, William. Rumah sakit menyediakan kasur khusus untuk orang yang menginap bersama pasien, tenang saja, saya akan atur semuanya," jelas Reyhan, dan akhirnya William mengangguk paham.
"Begitu toh..."
"Kalau gitu, saya pamit keluar sebentar ya." Reyhan membungkuk sedikit, kemudian langsung keluar dari ruangan.
"Sini William." Gifar menggerakkan tangan, mengisyaratkan William untuk mendekat.
"Kenapa Far?"
Mata Gifar menganalisa, bola matanya bergerak dari atas ke bawah, memastikan Williamnya tidak ada luka.
"Matanya kok gak sembab, tumben?"
KAMU SEDANG MEMBACA
LUNAMOVAS 🌙 ; Kookv
RandomAku paham, semesta telah membangun tembok tinggi melebihi ancala. kita terlalu kecil, untuk bisa menghancurkannya, tapi yang ada di dada, membuat ku menganggap tidak ada hal yang mustahil di dunia.